24. Menuai Yang Ditanam

43 3 0
                                    

Apa yang kau tanam, akan kau tuai meskipun kepahitan.

Wanita itu buru-buru mencari taksi, melesat bagaikan peluru menuju rumah duka. Ya, Chakra baru saja menghubunginya bahwa Arlen meninggal dunia. Kali ini, Anjani datang murni untuk berbela sungkawa.

Keramaian membuat tubuh Anjani tak dikenali. Namun, dari kejauhan, wanita itu masih mampu menemukan Chakra yang bersedih sembari memeluk sang istri. Aura duka terpancar nyata di antara para pelayat yang ikut ke pusara untuk mengebumikan.

Berdosakah jika terbesit rasa cemburu ketika ia melihat Chakra bersama Sisil? Jujur, Anjani sangat merindukan pria itu, mungkin karena hormon kehamilannya. Namun, sampai kapan ia akan tenggelam dalam bahagia semu yang fana?

"Sakit apa anaknya Pak Chakra, Teh?" Wanita muda di sisi kirinya bertanya satu sama lain.

"Kanker. Udah sering kemoterapi, tapi Tuhan berkehendak lain."

Mendengarnya, pipi Anjani tiba-tiba basah. Wajah pucatnya pun makin pucat.

"Pak Chakra sama Bu Sisil udah mati-matian usaha untuk kesembuhan si bungsu, tapi namanya takdir ...."

"Eh, tapi aku dengar-dengar dari si Satria, Pak Chakra main belakang sama perempuan muda. Sampai-sampai, dia enggak ikut saat si bungsu kemo."

Mendengar fakta tentang dirinya, Anjani meremas ujung selendang yang menjulur hingga perut wanita itu.

"Kalau benar, Pak Chakra keterlaluan." Wanita muda di sisi kanan Anjani menggeleng, tampak tidak habis pikir. "Padahal, Arlen dekat banget sama Pak Chakra. Kata Bu Sisil, kalau Pak Chakra di luar kota, dia suka nyari."

"Hush! Jangan asal ngomong, Bu Satria. Nanti kalau enggak benar, jadinya fitnah. Sekretarisnya mereun." Anjani terkesiap ketika pundaknya ditepuk oleh salah satu dari ibu-ibu yang baru saja membicarakan Chakra. "Iya, 'kan, Teh? Bisa aja itu sekretarisnya. Soalnya, 'kan, sekretaris memang geulis-geulis pisan euy."

Dengan terpaksa, Anjani mengangguk bersama senyum yang agak dipaksakan. Memperhatikan kedukaan hari ini dan tenggelam di dalamnya, wanita itu tiba-tiba menggenggam satu keputusan.

Larut dalam duka, akhirnya prosesi pemakaman pun selesai. Wanita itu ikut melangkah di tengah keramaian untuk meninggalkan pusara sebelum memaku karena mengingat makam seseorang.

Anjani harus berbelok ke kiri menuju parkiran, tapi wanita itu mengambil jalan ke arah kanan sebelum tiba di pusara yang hingga detik ini masih sangat terawat. Karena merasa sangat letih, wanita itu bersimpuh. "Hai, Hany." Bibir pucatnya tersenyum manis. "Kamu pasti senang karena Mas Bian udah pulang." Ia menarik napas.

Di pusara Hany terdapat bunga segar, mungkin dari Abian.

"Aku pernah kagum sama kakak kamu sebelum aku sadar kalau sampai kapan pun Mas Bian enggak akan pernah jadi milik aku." Ia terkekeh samar. "Sebentar lagi kakak kamu punya bayi lucu dari Alanis yang cantik."

Satu bulir air mata Anjani luruh. Mengapa setiap berusaha mencari kebahagiaan, kebahagiaan tersebut terasa makin jauh?

Ia menarik napas. "Tapi satu hal yang mau aku sampaikan ke kamu tentang Mas Bian, yaitu mas kamu akan selalu ada di hati aku walaupun masing-masing dari kita udah jadi milik orang lain." Satu bulir air mata Anjani menetes hingga dagunya lagi. "Ketemu sama mas kamu, aku jadi percaya kalau malaikat tanpa sayap benar-benar ada."

Wanita itu beranjak susah payah sebelum meninggalkan pusara dalam perasaan sakit yang luar biasa karena buih luka. Namun, ketika hendak menyetop taksi, ponselnya kembali berdering, tapi kali ini karena pesan.

Dari: Mas Chakra
Anjani, saya di mobil warna hitam, di seberang jalan. Saya tunggu kamu di gang ketujuh arah barat dari tempat kamu berdiri.

Wanita itu refleks menyorot kuda besi di depannya sebelum melangkah lebih dulu. Jarak dari tempatnya berdiri menuju gang yang Chakra maksud tidak terlalu jauh, tapi ia benar-benar merasa lelah hingga tiba di sisi kiri pria itu dengan napas terengah. Tak satu pun membuka suara selain dengungan mobil yang berusaha menjauhi pusara sebelum akhirnya berhenti di tempat paling aman menurut Chakra.

Bidadari Tanpa RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang