23. THEA SAYANG BUNDA

503 48 82
                                    

Selamat membaca kisah milik Galang Reynandika dan Calithea Zevanya Aurora di "Sebelum 365 Hari."

Don't forget to tap the star and comment 🌟

Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya.

Happy Reading, enjoy love 💗

Selasa, 6 Juni 2023

23. THEA SAYANG BUNDA

🌻🌻🌻

"Thea."

"Bunda belum boleh masuk? Masih marah sama bunda?"

Samara mengetuk pelan pintu kamar anak perempuannya itu.

Sudah beberapa hari terakhir ini, hubungannya dengan Thea tidak baik. Padahal setelah hari dimana Ali meminta Thea untuk meminta maaf, Thea sudah akan melakukan itu. Namun sayangnya, saat itu entah kenapa Samara yang tak sengaja acuh.

Thea semakin memperpanjang episode-episode marah nya pada Samara.

Samara menghela nafasnya pelan. Jujur, dirinya merasa bersalah. Seharusnya masalah ini tak membuat hubungan mereka ikut tak baik-baik saja.

"Sudah lama ya kita tidak ngobrol lama kayak gini, mba," ucap Elis, atau yang biasa dikenal dengan Dokter Elis.

Elisabeth Kania, adik bungsu dari seorang Samara Kanara, kakak beradik yang terpaut tiga tahun. Mereka baru bertemu lagi, setelah keluarga Bimantara kembali ke Jakarta, dan Elis lah dokter yang merawat Thea selama masa koma itu.

Pertemuan Samara dan Elis sepertinya memang tidak di sengaja. Samara yang sangat suntuk setelah urusannya hari ini, pergi mengunjungi sebuah cafe yang tak jauh dari rumah sakit tempat Elis bekerja, dan bertemu dengan adiknya itu.

"Kondisi Thea gimana, mbak?"

"Thea? Anak aku baik kok. Kenapa tiba-tiba nanyain Thea? Ali dan Theo nggak?"

Elis tersenyum kecil. "Soalnya yang harus kita perhatikan lebih kan dia. Makannya aku nanya soal kondisi nya. Aku takut setelah dengar kabar penyakitnya, dia murung."

Samara yang tadi asik menyeruput mochaccino hangat nya, kini terdiam.

"Penyakit apa?"

Elis mengerutkan keningnya. "Gak mungkin kamu gak tau kan?"

"Tau apa sih, El? Aku benar-benar gak ngerti maksud ucapan kamu."

Elis kira, Thea sudah menceritakan ini pada keluarganya, terutama pada bunda nya ini. Namun, Samara belum mengetahui apa-apa.

"Thea gak cerita apapun sama kamu?" tanya Elis.

Samara menggeleng. "Thea kenapa?"

"Thea menderita prosopagnosia, Mbak. Kecelakaan itu yang menyebabkan cedera pada otak nya," kata Elis.

Bak disambar petir siang hari, Samara merasa hancur mendengarnya. Penyakit langka itu bersemayam pada diri anak perempuan satu-satunya.

"Prosopagnosia? Face blindness? Penyakit buta wajah?"

"Iya. Thea mengalaminya."

Air mata Samara menetes, mengingat ucapan Elis saat pertemuan mereka sore tadi. Tentang Thea dan prosopagnosia itu.

"Maafin bunda, Thea."

"Maaf kalau bunda akhir-akhir ini suka emosi, bunda jarang punya waktu untuk Thea."

Sebelum 365 Hari | end. Where stories live. Discover now