38. KALIAN SIAPA?

513 42 239
                                    

Hallo, selamat membaca bab 38, Love!

Minimal 20 vote for this chapter lagi, yuk!

⚠️ Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya.

Tumben ya aku up di jam segini? 😁 Pengen nyoba aja hihi.

Bacanya jangan di skip yaa, narasi nya baca juga 😡😗

Sabtu, 29 Juli 2023-

Happy Reading, enjoy love 💕

*Btw, kalo ada typo atau apa gitu kasih tau ya, aku suka agak mabok kalo revisi 😁

38. KALIAN SIAPA?

🌻🌻🌻

Thea baru saja selesai merapihkan semua buku-buku yang besok akan dibawa ke sekolah. Sejak tadi, selepas makan malam, Thea sudah menghabiskan waktunya untuk sekedar membaca pelajaran yang mungkin besok akan di pelajari, kebiasaannya sejak dulu.

Thea menghampiri hamparan kasur yang sudah tubuh nya rindukan. "Cape banget hari ini. Padahal gak ngapa-ngapain," oceh Thea.

Gadis itu duduk di atas kasur dan bersandar pada pinggiran kasur. Menutupi kaki nya yang ia luruskan dengan selimut tebal.

Thea terdiam, saat melihat sebuah foto yang Ayah nya pasang dalam sebuah story WhatsApp. Gadis itu baru saja membuka handphone.

Thea tersenyum, senyuman yang mengiris hati nya. "Ayah," lirih Thea.

Sebuah foto gadis kecil menggunakan dress merah jambu dengan sebuah hiasan kepala terpampang jelas di layar handphone itu.

Happy Birthday, Tania, putri kecilnya Ayah ❤️

Mengapa rasanya sesakit ini?

Gerdapati, memanggil gadis lain, sebagai putri kecilnya. Kalimat yang selama bertahun-tahun hanya dipakai oleh Thea.

"Putri kecil Ayah, bukan Thea lagi, ya?" gumam Thea dengan senyum terpaksa itu.

"Gimana caranya, supaya Thea ada di posisi itu lagi? Thea ingin jadi putri kecil Ayah lagi."

Rasanya, semua ini tak bisa membuat Thea kembali baik-baik saja. Padahal, bercerita sudah, mendengarkan sudah, tapi kenapa masih terasa sakit? Thea hanya butuh tenang. Thea ingin merasakan itu.

Thea memilih untuk menghapus nomor milik Ayahnya. Setidaknya, ini adalah langkah awal agar dirinya tak melihat hal-hal yang seharusnya tak dia lihat.

Baru kali ini, Thea melihat itu. Mungkin, Gerdapati pikir, semuanya sudah tau, dan tidak ada yang perlu ditutupi lagi.

"Gue gak boleh seperti ini terus. Buat apa? Bahkan mungkin, Ayah udah terlalu sibuk untuk mikirin gue."

"Galang," ucap Thea tiba-tiba.

Apa mungkin, mendengar suaranya akan membuat Thea kembali membaik?

"Galang lagi apa ya?"

Jam dinding menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Seharusnya Galang sudah pulang bekerja sejak tadi.

"Kayaknya gue bisa telepon dia. Mungkin ngobrol sama Galang, bisa ngembaliin suasana hati gue. Apalagi denger gombalan konyol nya," kata Thea dengan senyuman nya yang berubah menjadi manis.

Thea pun memutuskan untuk menghubungi Galang saat ini. Semoga saja lelaki itu belum tidur dan tak terganggu olehnya. Meskipun seharusnya tidak, karena mungkin sekarang Galang sedang lelah, namun, Thea butuh Galang.

Sebelum 365 Hari | end. Where stories live. Discover now