10. kegilaan

574 125 9
                                    

Happy reading~
Typo!!!

.
.

Malam itu cuaca tiba tiba memburuk, terjadi badai. Zack kembali setelah menelepon dokter pribadi tuan muda jevan. Mengetuk pintu dengan perasaan cemas namun wajah datarnya tetap seperti biasa. Memasuki kamar setelah mendapat balasan dari dalam.

Matanya langsung tertuju pada nona lily yang terbungkus selimut lalu menatap jevan disisi kasur. "maafkan saya tuan muda, sepertinya dokter niels akan membutuhkan waktu dua jam untuk sampai kesini karena cuaca buruk tak memungkinkan untuk melewati badai dengan mudah"

Mata merah penuh amarah dan ketidak sabaran milik jevan membuat zack terdiam. Tatapan itu seolah berkata 'dasar tidak berguna'. Ia tau akan berakhir seperti apa. Jadi, ia sedikit merunduk dihadapan jevan, siap menerima pukulan. Namun tuan muda jevan untuk pertama kalinya berhasil menahan emosi dan berkata dengan suara parau. "keluar"

Zack tak ingin memancing amarah singa tidur. Tanpa membantah keluar. Sebelum benar benar keluar ia kembali melirik nona lily sejenak lalu dengan enggan keluar dan menutup pintu.

Jevan menatap kosong lantai beberapa menit. Lalu berdiri menghadap lily, tangannya bergerak membuka kemeja putih yang ia kenakan, sedikit basah. Sembari menatap dingin lily yang masih belum memberikan tanda pergerakan. Bahkan tubuh gadis itu sama sekali belum menghangat namun ia bisa sedikit bernafas lega, bibir gadis itu tak lagi membiru dan pernafasannya mulai teratur.

Tubuh lily sedikit begerak saat jevan naik keatas kasur, menarik selimut yang gadis itu kenakan hingga menampilkan tubuh mulus lily. Gadis itu tak mengenakan apapun. Tadi, karena panik Jevan melepas seluruh pakaian basah lily, hanya menyisakan pakaian dalam yang terlihat kontras dengan kulit putih lily. menghidupkan penghangat dan menyelimutinya, berharap suhu tubuh gadis itu kembali normal.

Jevan masuk kedalam selimut setelah lama menimang nimang, dengan ragu menarik tubuh mungil itu masuk kedalam pelukannya. Memeluknya dari belakang. Suhu tubuh gadis itu benar benar dingin menyatu dengan suhu tubuhnya yang hangat.

Awalnya jevan mendongak tak ingin melihat lebih lama lily. tapi kulit punggung yang menyentuh dadanya terasa lembut. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasakan betapa lembutnya kulit seorang wanita. Jevan menunduk, menatap cukup lama leher, bahu dan punggung mulus lily.

Tanpa disadari jevan lebih menarik lily keatas, kearah wajahnya hingga ujung hidung jevan hampir bersentuhan bahu lily. Aroma air dan manis menyeruak masuk kedalam hidungnya. Sesaat jevan benar benar lupa. Lupa bahwa gadis itu milik jaehyun, juga makhluk yang paling ia benci.

Sepertinya jevan sudah gila. Hidungnya kini benar benar menempel pada bahu lily, menghirup aroma manis tubuh gadis itu yang begitu memabukkan membuat tubuhnya semakin memanas. Aroma manis itu mengingatkannya pada rasa permen susu strawberry waktu masa kecil dulu. Itu rasa permen favoritenya sebelum ibu melarangnya mengonsumsi permen lagi.

Saat itu, pada malam hari sebelum ibunya pulang bekerja, jevan kecil menyembunyikan satu permen disaku celana pendeknya, pemberian paman tetangga. Ia ingin menolak namun rasanya tak pantas menolak kebaikan paman tetangga yang selalu memperlakukannya dengan baik seperti keponakannya sendiri. Dengan terpaksa ia menerima dan menyembunyikannya didalam saku celana.

Sedikitpun tak berpikir ingin melanggar perintah ibunya. Ia hanya menyimpan permen dari paman tetangga untuk menjaga perasaan paman, sama sekali tak ingin memakannya. Tapi, ibu dengan cepat mengetahuinya.

Malam itu ibu pulang dalam keadaan mabuk dan dalam keadaan ketidak warasan ibu, ia malah membuat masalah. Alhasil teriakan demi teriakan kembali terdengar diruang bawah tanah. Ibu menyuruhnya menjilat permen dalam keadaan tertusuk di telapak tangannya.

Serupa Tapi Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang