21. terlanjur mencintai

656 132 13
                                    

Happy reading~
Typo!!!

.

.

Waktu terus berlalu. Namun, apa yang terjadi seminggu yang lalu masih membekas dalam ingatan.

Telah ia tekadkan dalam hati, dimasa depan tak akan ada derita lagi. Telah ia tekadkan dalam hati, dimasa depan hanya ada cinta dan kasih. Malam itu akan menjadi akhir dari semua penderitaan dan awal dari kebahagiaan.

Ia tak akan melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. Saat ini keinginannya adalah menjadi bahagia bersama seseorang yang ia cintai.

"Jevan..."

Ia menoleh, menatap Lily diambang pintu sebelum melangkah mendekatinya. "Mau makan malam bersama?" Tanya lily hati hati.

Keinginannya untuk berubah sepenuhnya membuat Lily bekerja keras, membantunya untuk melupakan masa lalu dimulai dari hal terkecil seperti makan malam yang sebelumnya tak pernah ia lakukan. "Apa boleh?"

Lily tersenyum kecil melihat keraguan jevan. Ia bersimpuh dihadapan jevan yang duduk disofa. Menggenggam dengan ragu tangan besar jevan lalu berkata... "Tidak apa apa. Ini rumahmu, semua yang ada disini milikmu. Tidak ada yang berani melarangmu untuk melakukan sesuatu"

Entah mengapa, ucapan Lily selalu berhasil menyentuh hatinya. Menciptakan segaris senyuman disusul helaan nafas lega. Hanya mendengar kata kata itu sudah membuatnya merasa lebih tenang.

"Ayo keluar, Zack juga akan makan bersama"

"Hm" jevan berdehem pelan lalu beranjak menyusul Lily yang saat ini berjalan satu langkah didepan, menetralkan detak jantung yang berdetak lebih cepat. Ia belum terbiasa dengan sikap lembut jevan. Seolah berhadapan dengan orang lain. Dari pada jevan ini seperti berbicara dengan jaehyun.

.
.

Setibanya dimeja makan. Lily tersentak saat jevan hendak duduk dilantai. "Jevan..." Lebih parahnya lagi, jevan seperti tak menyadari apa yang dia lakukan.

Lily terenyuh. Segera memalingkan wajah saat manik matanya mulai memanas. Kemudian melangkah mendekati jevan. Tangan besar itu ia genggam erat. Hatinya sakit. Bagaimana bisa jevan melakukan itu tanpa sadar, seolah terbiasa... Tidak, apa yang dilakukan jevan saat ini mungkin telah menjadi kebiasaannya dulu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Ibu..." Ucapan jevan terhenti. Ia menatap Lily yang menatapnya cemas. "Maaf, aku lupa"

Lily tak mengatakan apapun. Genggamannya semakin erat, berusaha menguatkan hati. Ayo lakukan secara perlahan pikirnya. "Tidak apa apa, kau tak perlu meminta maaf" ia beralih kearah meja. Mengambil makanan untuknya dan jevan. Lalu duduk dilantai. "Dulu, aku juga suka makan dibawah" ia mendongak menatap jevan dengan senyuman kecil. "Ayo makan dibawah bersama" Bagaimanapun caranya, ia akan terus berusaha untuk memulihkan jevan.

"Kau tak perlu melakukan itu"

Bertepatan jevan mengatakan itu Zack muncul dan duduk disisi Lily. "Saya juga terbiasa makan dibawah" ucapnya dengan wajah datar.

Lily terkekeh melihat Zack. Kini, keduanya menatap jevan yang masih terdiam.

"Tuan muda, makananya bisa dingin"

Dengan penuh penyesalan, jevan akhirnya ikut duduk disisi Lily. "Maaf, karena aku kalian harus..."

"Tidak, ini kemauan kami, iya kan Zack?"

Zack mengangguk pelan tanpa menoleh. Menunduk, menatap sepiring makanan dipangkuannya. Zack juga belum terbiasa mendengar tuan muda jevan terus meminta maaf. Tapi, ini adalah kemajuan pesat. Ia harus bersyukur. Sedikit demi sedikit ia yakin tuan muda jevan pasti akan pulih sepenuhnya. Ini memang sudah direncanakan.

Serupa Tapi Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang