Happy reading~~
Typo!!!.
.Sinar mentari masuk melewati cela jendela, mulai memberikan kehangatan ruangan yang terasa semakin panas. Lily terbangun dengan keringat memenuhi wajah. Beranjak dengan mata terpejam mematikan penghangat ruangan. Lalu melangkah membuka pintu balkon. Ia berdiri disana cukup lama melupakan apa yang telah ia alami semalam.
Tidak, ia tidak sepenuhnya bisa melupakan dan mengabaikan apa yang jevan lakukan semalam. Hanya saja disaat matahari telah terbit dan langit mulai cerah ia tak perlu merasa cemas tentang jevan. Hanya pada saat fajar menyingsing hidupnya akan kembali damai.
Lily menghirup udara segar, tersenyum kecil merasakan angin sepoi menyentuh kulit wajahnya dengan lembut. Mendengar suara burung berkicau dan melihat para pelayan yang sibuk mengerjakan tugasnya masing masing dipagi hari adalah kehidupan normal yang sangat ia impikan.
Ketenangan hati tanpa sedikitpun merasa takut dan terancam.
"kau sudah bangun?"
Lily tersenyum mendengar suara jaehyun dibelakangnya.
"bajuku terlihat cocok padamu"
Jika jaehyun tak menyinggung mungkin lily tak akan menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan kemeja putih besar milik laki laki itu. Tidak, sebenarnya itu milik jevan dan lily tak tau kenapa bisa berakhir dengan kemeja putih melekat pada tubuhnya.
Segera lily berbalik menghadap jaehyun. Sebelum ada kesalah pahaman yang dapat menyakiti perasaan jaehyun ia melangkah mendekat, melompat kepelukan suaminya.
"a-aku mencintaimu"Tapi balasan acuh jaehyun berhasil mengejutkannya.
"apa yang kau lakukan?"
Jantungnya seperti berhenti berdetak, tiba tiba lily seperti kembali merasakan atmosfer malam menakutkan bersama jevan. Nada suara yang terdengar dalam, dingin dan acuh itu mengingatkannya pada jevan yang seharusnya tidak ada disini. Ia memberanikan diri mengangkat wajah menatap jaehyun. Tatapan tajam dan angkuh namun tersirat penderitaan mendalam itu membuat lily terkejut, jatuh tersungkur dengan tatapan tak percaya. Itu bukan jaehyun.
Lily beringsut mundur. Ia benar benar takut hingga tanpa bisa dicegah air mata mengalir membasahi pipi pucatnya. "di.. dimana jeahyun?" suaranya terdengar gemetar. Tangannya terkepal erat lalu menangis sejadi jadinya sembari berteriak keras. "dimana jeahyun?! Apa yang kau lakukan padanya?!"
"apa yang aku lakukan? Hey, tidak ada jaehyun. Mulai saat ini, aku, jevan, yang akan mengambil alih tubuh ini seutuhnya"
Lily menggeleng lemah. Ia merangkak memeluk kedua kaki jevan. "j-jangan lakukan itu... a-aku mohon hiks... kembalikan jaehyun, kembalikan suamiku" ia mengguncang pelan kaki jevan. "jaehyun! Kembalilah, jaehyun!!!"
Keputus asaan, kehancuran dan kesedihannya seolah hiburan yang seru untuk ditonton, jevan terkekeh puas melihat rendah hidupnya yang secara perlahan akan hancur berkeping keping hingga tak tersisa.
Lily berharap ini mimpi. Ia mengangkat tangannya yang gemetar ke udara lalu menampar dengan keras pipinya sendiri. Tepat saat telapak tangannya mendarat ia terkejut, membuka mata dengan nafas memburu. Itu... benar mimpi. Nyatanya ia masih berada diatas kasur bersama jaehyun disisinya.
"sa-sayang, kau sudah sadar... hiks"
Entah, sejak kapan jaehyun menangis disisinya. Namun laki laki itu pasti sangat mengkhawatirkannya sampai kedua matanya merah dan bengkak. Dia menangis seperti bayi yang berharap ibunya kembali dan tak ingin ditinggalkan.
Lily terdiam sejenak. Manik matanya memerah, liquid bening menumpuk dipelupuk mata. Ia pikir, ia benar benar akan kehilangan jaehyun. Ia pikir jaehyun tak akan pernah kembali padanya. Tapi, kini, ia lega, benar benar lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serupa Tapi Tak Sama
Fanfictiondia orang yang sama namun juga berbeda. dia mencintaiku namun juga membenciku. dia memiliki hati yang lembut namun juga berhati dingin. Dia yang membebaskanku dari neraka namun juga menjadi neraka bagiku. Apa yang harus aku lakukan? . . . ....no pla...