19. jatuh cinta

608 137 16
                                    

Happy reading~~
Typo!!!

.
.

Dulu, saat berdiri ditempat dimana semua orang membenci kehadirannya bukanlah suatu hal yang baik, Lily cukup menyadari itu. Mungkin dirinya dianggap hiburan semata atau pecundang yang tak mengerti situasi.

Ya, dulu ia memang pecundang yang bisa mereka perlakukan semena mena, karena saat itu ia hanya berpikir tak perlu melawan. Untuk apa melawan? Disaat hidupnya sudah menderita, akan lebih baik jika dihancurkan sampai tak tersisa. Juga, ia merasa, tak memiliki apapun untuk dipertahankan.

Tapi, sekarang, hidupnya berbeda. Ia telah memiliki tujuan hidup yang harus ia pertahankan hingga akhir.

Dan saat ia kembali ketempat dimana para pembenci berkumpul, ia tidak datang untuk kembali menjadi pecundang. Ia tidak datang untuk melayani para pembenci. Ia tidak datang untuk menuruti semua ucapan para pembenci. Namun, ia datang untuk membuktikan bahwa hidupnya kini telah menjadi lebih berarti untuk seseorang. Seseorang yang sangat mencintainya dan ia cintai. Miliknya, yang harus ia pertahankan hingga akhir.

Saat ini, saudara tirinya berdiri dihadapannya. Lily tersenyum, ia akan senang jika ayahnya benar benar memanggilnya tapi ia tau Areum hanya mengatakan omong kosong.

Ia datang ketempat ini bukan tanpa bersiapan dan ia tau akan terjadi seperti ini.

"Aku harus menemui jaehyun"

Untuk pertama kalinya, Areum merasa Lily membantahnya. "Kau... Cih, aku sudah bilang, ayah ingin menemuimu, mungkin rindu..."

Lily tersenyum pahit.
"Apa kau pikir, ayah yang jelas mengabaikan keberadaanku akan merindukanku?..."

Areum terdiam. Ia tak percaya lily akan menyahut ucapannya seperti itu. Seolah tau kebohongannya.

"Maaf, aku akan menemui ayah bersama jaehyun"

Sebelum Lily melangkah, Areum dengan cepat mencengkram lengan Lily. "Aku berusaha mengatakannya dengan baik tapi kau malah menyia nyiakan kebaikanku?..." Ucapnya pelan namun penuh penekanan sembari mengeratkan cengkraman menimbulkan ringisan pelan dari Lily yang berusaha untuk tetap tenang.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar. Apa kau ingin mengacaukan hari bahagia orang tuamu dan mempermalukan mereka dihadapan para tamu?... Tolong... lepas"

Yang diucapkan Lily memang benar. Hari ini adalah hari penting untuk ibunya. Jika ia sampai memperpanjang masalah mungkin akan mempermalukan nama keluarga bahkan dirinya sendiri. Tapi, bukan berarti ia akan diam saja dan melihat Lily duduk bahagia bersama suaminya. Tidak, ia tidak akan pernah membiarkan itu.

Jika ia sampai memukul Lily didepan para tamu maka ia akan menjadi orang jahat.

Kalau begitu, bagaimana jika dibalik?...

Plak!

Itu terjadi begitu cepat hingga sulit untuk menghindar. Lily terpaku dengan mulut sedikit terbuka, menatap tak percaya telapak tangannya yang mendarat dengan keras dipipi saudara tirinya hingga menimbulkan suara keras yang menggema diseluruh ruangan tenang itu. Kini, semua perhatian tertuju kearahnya.

Ia tak mengerti pada apa yang Areum pikirkan saat ini. Tangannya yang dicengkeram tiba tiba ditarik ke arah wajahnya dan itu terlihat begitu alami seolah ia benar benar memukul Areum.

"...a-apa yang kau lakukan?"

Areum menutup pipinya yang merah dan mulai menangis. Air mata jatuh, mengalir kearah pipi lalu melewati sudut bibir yang tiba tiba terangkat, tersenyum miring. Lily tertegun melihat itu.

"Apa yang kalian lakukan?"

Ayah dan ibu mendekat.

"Aku tidak..." Ucapan Lily terhenti ketika Areum meraung sembari memeluk ibunya. "Ibu, Lily menamparku" adunya.

Serupa Tapi Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang