9. penderitaan

558 124 19
                                    

Happy reading~
Typo!

.

.

Waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya. Didalam ruang gelap, dingin dan basah tubuh lemahnya benar benar tak mampu lagi bertahan namun matanya harus terus terjaga atau hukumannya akan bertambah dan mungkin matahari terbit hukumannya baru bisa berakhir.

Juga, ia benci gelap tapi jevan akan tau dan marah jika Ia menekan saklar lampu.

Tubuhnya yang basah kuyup menggigil, bersandar dinding transparan kamar mandi, sedikitpun tak memiliki tenaga untuk bergeser ke lantai yang kering. Jangankan bergeser, suara yang terus menjerit meminta pengampunanpun tak lagi bisa mengeluh. Ia haus, tenggorokannya benar benar kering seolah berdiri ditengah tengah gurun, namun hanya ada air  keran yang terus meluap didalam bhathup, mengalir membanjiri lantai.

Didalam hati telah menorehkan sebuah kebencian mendalam yang tak bisa dimaafkan. Tapi, ia lebih benci dirinya sendiri yang terus berkhianat. Seharusnya, ia membuang keraguan dan kecemasan untuk jevan. Laki laki berhati dingin, kejam sepertinya tak pantas mendapat kekhawatirannya. Tapi, lagi lagi, tubuh dan hatinya terus berkhianat dengan pikirannya.

Jevan adalah jevan, laki laki kejam berhati dingin. Dan jaehyun adalah jaehyun, laki laki lembut dan hangat. Mereka jelas berbeda. Namun saat melihat jevan dengan wajah suaminya membuat hatinya bimbang dalam mengambil langkah. Mau bagaimanapun ia menyangkal keduanya itu satu.

Jika ia tak berbalik dan terus lari, ia takut jevan akan melukai dirinya sendiri, yang berarti jaehyun juga akan terluka, merasakan sakit dan sakit. Ia sangat mencintai jaehyun dan tak rela jika jevan benar benar melukai dirinya sendiri.

Hiks...

Air matanya kembali meluruh namun kali ini bukan karena penyiksaan yang ia derita saat ini, melainkan mengingat luka ditelapak tangan jevan. Laki laki itu terluka... Jaehyun terluka. Ia berharap jevan sudah mengobati lukanya agar keesokan hari jaehyun tak lagi merasakan sakit.

Tubuhnya yang menggigil dan tak berdaya tiba tiba terkesiap mendengar pintu kamar mandi terbuka. Cahaya lampu kamar dari luar menyeruak masuk, sedikit mengurangi kegelapan kamar mandi. Bayangan hitam menjulang tinggi diambang pintu. Jevan melangkah mendekat. Berjongkok dihadapannya yang meringkuk ketakutan, kuku jari jemarinya yang gemetar menusuk kulit pahanya seolah telah bertemu malaikat maut. Laki laki itu menatapnya dengan kepala miring, lalu menyeringai, puas.

"kau benar benar mampu bertahan? Hebat, kau bahkan lebih kuat dariku. Dulu, tubuhku yang kecil tak mampu bertahan dan pingsan saat ibu menghukumku seperti ini" jevan mengusap dagunya, menatap lily dengan mata menyipit. "apa aku terlalu lembut? Ah, itu benar, hukumanku terlalu ringan untuk gadis dewasa sepertimu"

Tubuhnya semakin menggigil, memberanikan diri untuk menatap jevan. Kebencian jelas tersirat dalam hatinya, ia marah dan ingin berteriak keras memberitahu laki laki itu kesakitan yang ia alami saat ini, namun saat matanya yang merah dan bengkak bertemu tatap dengan mata tajam itu, penderitaan dan kesakitan tersirat jelas dimanik mata kelam itu, membuat lily tertegun dan kembali menunduk.

Penderitaan panjang yang sulit untuk dilupakan jelas tergambar dikedua mata angkuh itu, seolah memberitahunya betapa sakit dan menderita dirinya selama ini, sendirian dan tak bisa keluar dalam garis bayang bayang kekelaman masa lalu yang dilakukan oleh ibunya sendiri. Seseorang yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan kasih sayang malah menjadi neraka yang dikenang seumur hidup.

"kenapa, kau ingin mengatakan sesuatu? Ayo katakan, aku ingin mendengar pendapatmu. Hukuman apa selanjutnya yang cocok untukmu"

Plak

Serupa Tapi Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang