Satu minggu, setelah pertemuan Aro dan Nabila di pembukaan restoran baru Salma, sampai hari ini, Nabila belum bertemu kembali dengan Aro, ia mencoba beberapa kali menghubungi nomor Aro, kesalnya laki - laki itu tidak mau mengangkatnya.
Nabila bukan ingin bertemu Aro, tidak sama sekali, Nabila hanya butuh mobilnya dikembalikan, Nabila merasa tertipu dengan kedok kebaikan Aro menyuruh supirnya untuk mengantar Nabila agar terhindar dari wartawan, kini justru berbalik merugikan Nabila.
Abi, yang kebetulan berkunjung ke Apartemen hendak meminjam mobil Nabila terpaksa harus Nabila bohongi untuk menutupi kejadian sebenarnya, kalau saja Nabila tidak mengatakan mobil itu tengah di servic habis-lah Nabila.
"Kamu coba hubungi Salma lagi, masa dia gak tau mobil kamu dimana? tanya ka Bunga.
"Udah ka, ka Salma bener - bener gak tau mobil aku dimana, katanya dia udah nyuruh ka Roni buat cek mobil aku di rumah Paul, tapi gak ada," papar Nabila.
"Sekarang gimana? Semua draf clint masih ada di mobil, baju kamu buat manggung minggu depan di Bandung, masih disana, gak mungkin kita pesan gaun lagi, apa kita lapor polisi aja," saran ka Bunga, membuat Nabila terkejut.
"Hah? Lapor polisi? Ulang Nabila.
"Iyah, satu minggu loh dia gak ada itikad baik buat balikin," timpal ka Bunga.
"Jangan dulu ka, masa iyah sih Paul maling," Nabila masih ragu.
"Kenapa? Kamu masih peduli sama dia? Tanya ka Bunga penasaran.
Panik, Nabila menggeleng cepat. "Enggak, bukan gitu, cumakan masa iya Paul maling, sedangkan dia punya mobil yang jauh lebih mahal dan bagus dari yang aku punya," terang Nabila.
"Buktinya sekarang? Mobilnya gak ada kan? Tuntut ka Bunga.
Nabila diam, memikirkan prilaku Aro yang tidak jelas, sebenarnya apa yang diinginkan Aro? Buat pusing saja.
"Biar nanti aku coba hubungi lagi," putus Nabila.
Nabila beranjak dari duduknya menuju kamar, ia membawa smartphone-nya dari nakas. Nama Paul menjadi kontak teratas panggilan keluar Nabila.
"Plisss angkat, kalau sampe gak di angkat juga, awas aja," monolog Nabila.
Lagi, nomor telpon Aro terhubung, tapi tetap tidak di angkat, salah satu hal yang Nabila tahan untuk tidak buru - buru menghubungi polisi adalah, hal tersebut, Aro masih mengaktifkan nomor hp-nya. Pikir aja, mana ada maling mau mengaktifkan nomor yang sudah dipakai setelah berbuat jahat?
Nabila mendesah lemah, panggilannya masih tidak di angkat, pesan suara hingga pesan chat belum juga ada balasan, bukan hanya balasan, Aro bahkan tidak membaca pesannya.
"Ihhh, sumpah yah," gerutu Nabila.
Tidak menyerah, Nabila masih berusaha mencoba menghubungi lagi, hingga pada dering menuju akhir, terdapat suara disebrang telpon.
"Kenapa nab? tanya Aro.
Nabila melotot, kepalanya mendadak panas, jika divisualisasikan, mungkin kepala Nabila kini sedang bertanduk menghadapi kelakuan Aro yang diluar nalar. "Kenapa? Ulang Nabila.
"Iyah," sahut Aro enteng.
"Balikin mobil aku," pinta Nabila.
"Oh soal mobil, aku antar hari ini ke Apartemen," papar Aro.
"Gak usah, mana alamat kamu, biar aku sendiri yang bawa," putus Nabila.
"Baguslah, nanti ku kirim, aku tutup dulu telponnya, nanti aku hubungi lagi, bye," putus Aro secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Aro (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Harusnya aku tidak ikut kumpul," Nabila. Masa lalu adalah bagian, masa depan adalah tujuan sedangkan hari ini, adalah perjalanan. Dipertemukan kembali dalam satu acara, adalah kejadian yang tidak diharapkan Nabila, bertemu orang lama, hanya membua...