20. Pak Boga

5.9K 542 129
                                    

Langkah jenjang kaki Aro mengayun sempurna memasuki kantor Firma Hukum milik Boga Sitompul, seorang pengacara kondang yang Nabila ketahui banyak menangani kasus pidana ringan sampai kasus pidana besar.

"Paul," panggil Nabila pelan.

Aro menahan langkah kakinya, ia memutar sedikit tubuhnya menghadap Nabila. "Kenapa?

"Aku takut," cicit Nabila jujur.

Aro mengulas senyum, ia meraih tangan Nabila penuh sayang. "Nab," jeda Aro, "ada aku, kamu gak perlu takut apapun, aku bakalan terus ada disamping kamu," lanjut Aro.

"Tapi powl, apa gak terlalu cepat kita melakukan hal ini? Tanya Nabila bingung.

"Nabila, kita ke sini bukan untuk menyerahkan perkara kasus, kita tanya dulu saran terbaik gimana, aku buta hukum, kamu apalagi," seloroh Aro enteng.

Nabila memberikan tatapan sengit, buru - buru melepaskan tangannya dari genggaman Aro, "kamu kenapa sih?ngejek aku mulu dari tadi," keluh Nabila.

Aro terkekeh kecil, ia tampak gemas dengan wajah Nabila ketika kesal seperti sekarang. "Becanda," jelas Aro.

"Gak lucu," sahut Nabila jutek.

Aro menyempurnakan posisi berdiri menghadap Nabila, ia mencoba membujuk Nabila agar tidak bete pada dirinya. "Maaf," tutur Aro lembut.

Nabila membuang wajah salah tingkah, ia mengulum senyum kecil, mencoba menahan kedut di kedua sisi ujung bibirnya, "aku minta maaf yah," bujuk Aro lagi.

Nabila tidak mau menjawab, ia putuskan untuk diam saja sambil menunggu kalimat selanjutnya dari bibir Aro. "Kita masuk dulu, marahnya jangan sekarang, oke," lagi Aro membujuk.

Seutas senyum Aro berikan pada Nabila, kemudian ia berlalu lebih dulu memasuki kantor, sedangkan Nabila, ia menyusul dibelakang sambil menenangkan diri, ia tidak sanggup menghadapi sikap Aro yang sangat lembut dan tenang seperti sekarang.

Nabila seperti bertemu sosok lama Aro, sikap yang sama ketika masa di karantina Idol. "Kamu duduk, aku ke resepsionis dulu,"

Menurut, Nabila duduk di kursi tunggu yang sudah disediakan, kebetulan saat itu tidak ada tamu siapapun lagi, selain Nabila dan Aro, mungkin karna masih pagi, jadi orang belum berdatangan.

Nabila memperhatikan obrolan Aro dengan perempuan berambut panjang yang berada dibalik meja panjang dengan papan di depannya bertuliskan resepsionis.

Aro disambut dengan hangat, Nabila tidak mengetahui Aro membicarakan apa, yang pasti mata Nabila jeli jika perempuan yang ada di depan Aro tampak antusias bicara dengan Aro.

"Dih," cicit Nabila kecil.

Tidak ingin berada dalam perasaan tidak baik, Nabila segera mengalihkannya pada hal lain, mata Nabila jatuh pada baju yang dikenakan oleh Aro.

Mata Nabila membulat, ia tidak mengira jika bekas ingusnya akan membekas pada ujung baju kaos hitam yang Aro pakai, memalukan sekali.

Nabila harus bicara pada Aro, sebelum orang lain melihatnya, tak berapa lama Aro datang menyusul Nabila duduk di kursi tunggu.

"Mau nunggu disini atau di dalam? Sebentar lagi sih, pak Boga masih ada zoom, katanya lima belas menit lagi selesai," terang Aro.

Nabila tidak menjawab pertanyaan Aro, ia lebih mengkhawatirkan Aro yang mungkin bisa saja malu akibat ketidaksadarannya karna ulah Nabila.

"Kamu harus ganti baju," cicit Nabila pelan.

Aro mengernyitkan dahinya. "Kamu liat baju kamu, ingus aku disana masih nempel," bisik Nabila lagi.

All About Aro (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang