27. Bandung

4.6K 629 130
                                    

Hallo teman-teman, selamat malam, apa kabar?

Maaf yah aku telat up, maklum minggu kemarin hektic banget, mohon di maklum yah.

Kayanya banyak pembaca baru nih yang masuk notif, heheh.
Dimohon untuk di follow dulu yah, jangan lupa juga klik bintang yah, vote sayang. Makasih yah.

Sama satu hal lagi jangan lupa follow ig aku yah deameilani98 dan tiktok aku CreatDaisy, makasih semuanya.

Selama membaca, maaf kalau ada typo
Kalau mau aku up lagi harus nyampe target yah votenya 450 komennya gak apa- apa 300 aja, awas jangan ada yang komen next thor, up thor, rulesnya kalian baca lagi di bab selanjutnya yah. Oke, makasih semuanya.
Aku sayang kalian banyak-banyak.

Love.

Keberadaan tiga orang dewasa tepat di pintu Aparteman hunian milik Nabila, cukup membuat ia terkejut, pasalnya tidak biasanya ketiga orang yang terbilang banyak kesibukan berbeda bisa datang bersamaan dalam satu waktu, kalau tidak ada hal yang sangat  penting untuk dibicarakan.

Melalui sudut ekor mata, Nabila melirik Aro sebentar, wajahnya tampak semakin pucat, kedua tangannya mengepal di kedua sisi, ia menarik bibir, mencoba menyapa ramah.

Nabila mengerti hari ini akan datang, tapi kenapa bisa secepat ini? Nabila belum selesai dengan semua hal yang terjadi akhir-akhir ini padanya, kini situasi sulit kembali membuat ia harus menarik nafas panjang untuk menghadapinya.

Aro masih mematung berdiri disamping Nabila, ia tampak bingung dengan situasi yang ada, Nabila mengerti bagaimana Aro saat ini, tapi Nabila juga tidak bisa berharap banyak pada posisi Aro, sudah pasti bukan hal yang mudah.

Alhasil, Nabila memutuskan memberanikan diri maju lebih dulu, kakinya tampak berat untuk ditapaki, setiap langkah kaki Nabila berpijak, maka semudah itu ingatan di pulau Dewata Bali berputar cepat.

Sekarang, kedua mata Nabila mulai  perih, tangannya ikut gemetar, ia tidak mengerti kenapa perasaannya harus membawa perasaan sakit itu kembali, dan otaknya seolah bekerjasama untuk saling mengungkap bagian paling menyakitkan dalam perjalanan hidup seorang Nabila dan Aro.

Memalingkan wajah adalah tindakan yang harus Nabila lakukan, ia mencoba menutupi bulir air mata yang lolos dari kedua matanya. Padahal Nabila yakin, tindakkannya menghapus air mata sudah kentara terlihat oleh tiga manusia di depannya.

Untuk kesekian kalinya sebelum Nabila berbicara, ia mengambil nafas kasar, lalu melempar senyum.

"Assallamualaikum bi," sapa Nabila dengan suara bergetar.

"Wallaikumsallam."

"Ka, Zak," sapa Nabila.

"Jam ditangan kamu mati ka?" Tanya Abi.

Nabila menggeleng kaku, ia mengerti pertanyaan yang abi lontarkan, bukan hanya sekedar pertanyaan biasa, melainkan pertanyaan tersebut adalah sebuah sindiran halus karna Nabila pulang larut malam, seperti sekarang, pukul satu malam.

"Masuk bi." Nabila hendak menekan angka yang ada di luar pintu masuk, tapi urung dilakukan, gerakannya mendadak harus terhenti akibat suara Aro mencoba menyapa Abi.

"Abi." Sapa Aro, cowok berdarah Swedia itu hendak mengulurkan tangan pada Abi, Namun secara bersamaan Abi mundur perlahan menjauh pada Aro, Nabila melihat hal tersebut dari ekor matanya yang diam-diam memperhatikan langkah kedua laki-laki dewasa di belakangnya.

"Tidak perlu," Kata Abi.

"Abi, maaf Nabila harus pulang malam, semua salah Paul." Aku Paul pada Abi.

All About Aro (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang