4. Apartemen

4.5K 422 85
                                    

Suasana Jakarta dimalam hari memang sangat menggoda mata, Nabila yang kini duduk dibalkon apartemen sendirian, sibuk menyisir tiap bagian ibu kota dengan mata telanjang.

Sore tadi, jakarta baru saja dilanda hujan, bekas masih tertinggal, hawa dingin selesai hujan, membuat malam minggu kali ini terasa lebih dingin, tenang sekaligus romantis.

Nabila jadi membayangkan anak seumuran dirinya diluar sana, apakah sama seperti Nabila? Lebih suka sendiri? Di rumah? Atau justru sebaliknya?

Ditemani gitar lamanya dengan coklat panas serta camilan kesukaan. Nabila, gadis kelahiran 21 November 2005, sangat menikmati waktu kesendiriannya, sesekali ia akan terdiam menatap nyalang keluar, sesekali ia juga akan menyanyi sembari mencari nada yang bagus, semoga saja bonus Nabila duduk sendirian bisa lahir sebuah karya, karna terbukti album ketiga Nabila, itu lahir saat Nabila dalam kesendiriannya.

Tapi sepertinya, ketenangan itu tidak berlangsung lama, karna suara bel begitu nyaring dan cepat menganggu Nabila.

"Siapa sih? Monolog Nabila.

Nabila bergegas berjalan menuju pintu, penasaran, siapa orang yang berani bertamu malam - malam.

"Yah," sapa Nabila ketika membuka pintu. "Paul," panggil Nabila, tidak percaya cowok asal singaraja itu kini sudah berada di depan Apartemennya dengan keadaan yang sangat menghawatirkan.

"Nab," Paul maju beberapa langkah hendak memeluk Nabila, tapi Nabila lebih dulu bisa menahan tubuh Aro yang sempoyongan.

Penciuman Nabila, berfungsi sangat tajam, apalagi dengan jarak Aro dan tubuh kecil Nabila sangatlah tipis, bau minuman beralkohol bercampur bau asap hasil nikotin begitu kuat mengguar disekitar Nabila. 

"Powll kamu minum," cicit Nabila.

"Nab," panggil Aro lirih.

Nabila melirik sekitar, tidak ada siapapun, itu berarti Aro datang sendirian dengan keadaan mabuk. Gila, berapa nyawa yang Aro punya? Berani sekali? Bagaimana jika saat menyetir terjadi sesuatu pada dia?

"Paul," panggil Nabila, gadis itu sedikit kesusahan menahan tubuh Aro, tidak mungkin juga ia membiarkan Aro tergeletak begitu saja, pada akhirnya memapah tubuh Aro masuk ke dalam apartemennya.

Nabila menidurkan Aro di kursi utama ruang tamu, tubuh Aro yang besar dan tinggi membuat Nabila sedikit kesusahan mengatur posisi tidur yang nyaman untuk Aro.

Seperti terakhir kali bertemu, Aro mengenakan baju kerja, diwaktu yang sama, kini Aro juga masih berpakaian rapi, lengkap dengan jas dan dasi yang masih mengikat di lehernya, walau sudah tidak tertata rapih.

"Paul," panggil Nabila sambil menepuk pipi Aro.

Tidak ada jawaban, itu berarti Aro sudah benar - benar mabuk hingga tertidur. Nabila berdiri, memperhatikan secara seksama wajah Aro, menebak, ada apa dengan Aro?

Ditengah keterdiamannya menatap Aro yang sudah terlelap, Nabila merasa kasihan melihat Aro masih lengkap dengan pakaian kantornya, alhasil Nabila menolong mebukakan jas tersebut.

Mula - mula Nabila menarik dasi yang masih bergantung berantakan pada leher Aro, Nabila berhasil meloloskan benda itu keluar dari kepala Aro, sekarang jas, walau butuh sedikit tenaga untuk tangan Aro bisa keluar, akhirnya Nabila mampu membuka jas hitam milik Aro dari tubuhnya.
Selanjutnya adalah sepatu, dengan telaten Nabila membuka sepatu Aro beserta kaos kakinya.

Selesai semua dikerjakan, Nabila bergegas ke kamar, membawa selimut untuk Aro, semoga saja ini bisa menghalau udara dingin dari Ac ruangan pada tubuh Aro.

Aro, cowok tinggi itu, meringkuk seperti kucing kedinginan kala Nabila selesai menutupi tubuh atletisnya dengan selimut bermotif bunga lili. Tidak sadar, ujung bibir Nabila tertarik atas, apakah boleh jika Nabila katakan Aro terlihat lucu saat ini?

All About Aro (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang