Kaki Nabila sudah menjejakkan kaki di kota kembang Bandung, ia bersama dengan team yang menemani, kini tengah melakukan ceksound untuk penampilan di sore nanti.
Zaky dan Abi setia menunggu di atas panggung, sesekali Zaky akan memberi Nabila minum usai menyanyikan sebuah lagu. Tak ayal tindakkan Zaky tersebut membuat Abi mengukir senyum, ia tampak sumringah ketika Zaky menjukkan bentuk perhatiannya pada Nabila.
"Aku bisa minum sendiri zak, nanti aku ambil sendiri, kamu gak usah nyamperin aku, cape nanti kamu," terang Nabila.
"Gak apa-apa, dari pada aku diem, bosen. O, iya ini," Zaky membawa satu coklat dari saku celana jinsnya. "Buat kamu, katanya kalau makan coklat bisa bikin mood naik. Tapi inget, jangan banyak-banyak gak baik, kamu kan mau nyanyi juga."
"Ya ampun zak, jadi enak" celoteh Nabila.
Zaky mengukir senyum. "Dimakan."
Nabila mengangguk cepat. "Makasih yah."
Kebiasaan Nabila tidak berubah, ia gampang sekali jika sudah disogok oleh sesuatu yang berbau makanan manis, apalagi sesuatu itu terbuat dari bahan coklat, Nabila pasti luluh. Ia terlalu menyukai camilan asal Belgia itu, sampai orang terdekatnya sudah tidak heran lagi akan kebiasaannya itu.
"Ka, selesai ceksound langsung ke Hotel yah, istirahat," Abi berbicara.
"Memangnya Abi mau kemana? Kita satu hotel kan? Tanya Nabila.
"Iyah, tapi mau keliling sebentar di Bandung, sama Zaky dan ka Bunga, kamu langsung tidur aja, biar badan kamu segar," titah Abi.
"Aku sendirian dong di Hotel?" protes Nabila.
"Sebentar aja ko, gak jauh, masih sekeliling Barga, mau lihat-lihat lukisan." terang Abi.
"Iya nab, bentar aja ko, kaka juga sekalian mau nunggu yang makeup artis yang akan touchup kamu." Bunga ikut nimbrung.
Nabila memicingkan mata pada perempuan yang kini sudah berada disampingnya itu. Melihat Bunga sedikit ada perasaan kesal didada Nabila. Padahal yang dicurigai semuanya terhadap Bunga belum terbukti Bunga melakukannya.
Sampai hari ini, Nabila masih mencoba untuk tetap percaya jika Bunga tidak mungkin melakukan perbuatan picik itu, ia masih percaya. Meskipun, dalam pikirannya sudah sangat menganggunya ingin mencari bukti-bukti untuk membuktikan perbuatan Bunga. Nabila berharap ini hanya sebuah kecurigaan yang dipengaruhi oleh Aro, karna rasanya tidak mungkin, orang yang begitu sangat dipercaya oleh Nabila dan keluarga, terlebih Abi tega melakukan penggelapan uang dengan nilai yang di taksir oleh Nabila masuk angka 50 milyar selama lima tahun.
"Ka, ko diem," teguran Abi menyadarkan Nabila.
"Ah, iya bi, gak apa-apa." Nabila segera angkat kaki dari Abi, Zaky dan Bunga, ia medudukkan dirinya dibelakang panggung sambil menghafal lirik lagu pada bagian tengah, Nabila masih sering lupa.
Selesai Ceksound, Nabila segera masuk ke Dalam hotel, ia merebahkan tubuhnya di kasur size berukuran besar. Sebaliknya, Abi, Zaky dan Bunga sudah berpamitan pada saat ketiganya harus mengantarkan Nabila masuk kedalam kamar hotel demi memastikan Nabila sudah aman.
"Aku harus cari bukti." monolog Nabila, sambil menatapa atap kamar.
Detik berikutnya, dering sambungan telpon nyaring terdengar, nama Aro tertera disana. Nabila mengukir senyum. "Assallamualaikum." sapa Nabila.
"Wallaikumsallam."
"Buka pintu," titah Aro.
"Hah," Nabila terkejut, jangan bilang Aro sekarang berada di depan kamar hotel yang ia tempati. Buru-buru Nabila bangun dari kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Aro (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Harusnya aku tidak ikut kumpul," Nabila. Masa lalu adalah bagian, masa depan adalah tujuan sedangkan hari ini, adalah perjalanan. Dipertemukan kembali dalam satu acara, adalah kejadian yang tidak diharapkan Nabila, bertemu orang lama, hanya membua...