8. Panik

4.6K 534 114
                                    

Aro si keras kepala, sebutan itu rasanya sangat menggambarkan bagaimana karakter seorang Nyoman Paul Fernando Aro, bagaimana tidak? Dengan tidak tahu malunya, Aro, laki - laki itu masih berada di apartemen Nabila.

Nabila sudah mengusirnya beberapa kali, mencari cara agar cowok itu pergi dengan mengatakan ia akan segera berpergian, bak seorang yang tuli, Aro masih asik menonton acara siaran ulang bola favorit kesukaannya.

Jarak Nabila yang tidak jauh dari Aro, beberapa kali memandang tajam Aro, sambil bertanya pada diri sendiri, bagaimana bisa Nabila mempersilahkan seorang monster masuk kedalam apartemennya dengan mudah? Sekarang Nabila sendiri yang susah untuk mengeluarkannya.

"Powl, ayolah, aku mau keluar," alibi Nabila, agar Aro segera keluar dari dalam hunian Nabila.

"Kemana? Tanya Aro.

"Kerjalah, udah buruan keluar," usir Nabila.

"Hmm, kerja," sahut Aro santai, setelah itu kembali menonton tv.

"Paul ih," sentak Nabila.

Aro masih tetap diam, ia santai menonton tv ditemani cemilan Nabila yang hampir tersisa sedikit lagi, karna Aro terus memakannya.

Nabila putusakan untuk kembali ke kamar, ia meninggalkan Aro sendirian di ruang tv, Nabila sudah lelah dengan banyak tingkah laku Aro akhir - akhir ini melibatkan dirinya.

"Kemana? Tanya Aro.

Nabila tidak menjawab, ia terus berjalan menuju kamar, ia menutup pintu dengan keras, tidak peduli Aro akan tersinggung dengan sikap dirinya atau tidak.

Bummm.....

Nabila sudah dikamar, ia memilih untuk berada duduk di depan kaca, memandangi wajahnya yang masih bersih tanpa makeup, ia memperhatikan setiap detail wajahnya, tidak banyak yang berubah, kecuali kantung mata hitam, lumayan menganggu dipandang Nabila.

Nabila memilih untuk sedikit memoles wajahnya, ia putuskan setelah berdandan ia akan pergi keluar, agar Aro juga bisa pergi dari apartemen Nabila.

Sebelum itu, Nabila melupakan pouch make up kesayangannya yang ia simpan di dekat tv, ia harus kembali keluar membawa barang tersebut.

"Nab, nab, ada - ada aja sih," keluh Nabila.

Nabila keluar kamar, matanya sudah tidak menemukan sosok Aro di tempat semula, mungkinkah dia sudah pergi? Tapi Nabila masih menemukan jas hitam masih berada diatas kursi, lalu kemana dia?

Tidak ingin terlalu memikirkan, Nabila terus berjalan menuju ruang tv, hingga hembusan udara pagi dari luar yang masuk kedalam apartement Nabila, membelai kulit terbuka Nabila, menyadarkan dirinya.

Hembusan udara pagi itu berasal dari balkon, Aro sudah berada disana, berdiri memunggungi Nabila. Ia menatap punggung tegap Aro, laki - laki itu tengah berbicara melalui telpon, Nabila tidak mengetahui siapa yang menghubungi Aro, namun, melihat bagaimana Aro berbicara dengan menggunakan panggilan pak lalu bicara soal bisnis, Nabila cukup mengerti jika Aro tengah sibuk bicara soal pekerjaan.

Tanpa sadar Nabila masih terpukau dengan punggung bidang itu, Nabila dengan sangat seksama memperhatikan ketika Aro tengah serius dalam urusan pribadinya, tanpa sadar, Aro sudah berbalik, ia masih mengenakan kemeja hitam, yang membedakannya adalah kini Aro sudah melepas semua kancing - kancing itu, hingga tampak dada serta perut bisep Aro terlihat malu - malu menampakkan diri dari tempatnya.

Seperti seorang pencuri, Nabila cukup kaget ketika, mata keduanya kembali bertemu, Aro menampilkan senyum kecil diujung bibirnya, manis sekali, Nabila hampir terpesona dengan melihat Aro dengan keadaan saat ini, rambutnya yang kusut justru membuat Aro lebih tampan berkali - kali lipat, turun sedikit kebawah, Nabila semakin jelas melihat bentuk tubuh bagus Aro, akibat angin pagi yang menerbangkan setiap sisi baju Aro.

All About Aro (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang