1. Long time no see

425 96 33
                                    

Seorang wanita berkemas membereskan barang-barangnya, dengan cepat ia bergegas menuju pintu. Namun, ia melupakan sesuatu dilaci mejanya, ia kembali untuk mengambil barang tersebut lalu bergegas keluar.

Di lobi, ia bertemu dengan seseorang yang membuatnya merasakan sakit dibagian dada, jangan lebay, detak jantungnya tidak stabil. Matanya tidak pernah berbohong, orang itu adalah yang selama ini ia rindukan, sangat.

Jangan goyah, ayo fokus!

Semangatnya pada diri sendiri.

Ia melihat seorang pria menuju resepsionis, namun setelah itu ia teringat dengan janjinya tadi. Melihat jam ditangannya, ia terkejut karena tidak banyak waktu tersisa untuk temu janji yang sudah ia sepakati sebelumnya.
Sebagai orang yang disiplin- sangat disiplin, ia sangat panik dengan waktu, waktu adalah musuh terbesarnya.

Butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan, waktu tersebut ia gunakan untuk memikirkan orang tadi.
Sampai tempat tujuan pun ia hilang fokus saat mengobrol dengan lawan bicaranya, orang tadi sangat berpengaruh besar terhadap dirinya.

"Permisi, Sayang, apakah kamu mendengarkanku?" tanya lawan bicaranya.

Dengan tersentak, Dami langsung tersadar dari lamunannya, ia mengedarkan pandangannya kesana kemari dengan rasa gugup dan tidak enak.

"Maaf, Maaf, aku tidak fokus, aku minta maaf." ucap Dami.

Senyuman terpampang diwajah pria tersebut, "Tidak apa, aku mengerti, selesaikan dulu masalahmu, kita bertemu dilain waktu, oke?"

Dami berdiri dan menarik seseorang itu hingga ia ikut berdiri, "Terima kasih, sekali lagi aku minta maaf." lalu Dami memeluknya.

Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju Joobash's Group, kantor milik keluarga Jo. Setelah berpamitan dengan pria tersebut, Dami kini kembali ke kantornya. Ia menuju resepsionis dan sedikit basa basi dengan wanita dimeja tersebut,

"Oh, ya, Bu Dami memiliki tamu, ia sedang menunggu disana Bu." celetuk resepsionis wanita tersebut dengan menunjuk ke arah ruang tunggu.


Dami mengerutkan dahinya, bingung, siapa yang mencarinya dihari seperti ini? ini bukan hari kerja by the way. Sengaja Dami datang ke kantor pada hari sabtu, ia hanya bosan ketika sendirian dirumah.

Didepan pintu ruang tunggu langkah Dami terhenti, karena menerima telepon dari Sang Ibu. Setelah selesai menjawab telponnya, entah kenapa Dami memutar tubuhnya menjauhi pintu, ia berlari dan melewati resepsionis tadi,

"Bilang aku ada urusan, aku akan kembali secepatnya." lalu Dami pergi meninggalkan gedung kantornya.

: : :

Didalam ruang tunggu seorang pria memeriksa jam tangannya, membuang nafas lalu mengusap rambut gadis kecil dihadapannya.
Gadis itu melihat ke arah foto yang terpampang didinding ruangan tersebut,

"Ayah lihat, cantik sekali." sembari menunjuk ke salah satu wanita difoto tersebut, Dami. Pria yang disapa Ayah itu hanya tersenyum pada putri cantik didepannya itu.

Pintu terbuka, reflek orang orang yang ada diruangan tersebut menengok ke arah pintu. Terdapat wanita berseragam membungkuk kearahnya,

"Maaf, Pak, Bu Dami menyampaikan bahwa ia memiliki urusan." ucapnya.

Pria itu berdiri lalu tersenyum, "Ah, begitu ya. Terima kasih kalau begitu, saya akan datang lain kali, saya pamit." jawabnya lalu berpamitan dan meninggalkan gedung tersebut.

Sesampainya di basement gadis digenggamannya terjatuh, dengan cepat pria tersebut menggendong putrinya ke mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Ayah, om dokter bertanya padaku, apakah aku merindukan ibu? aku menjawab aku sangat rindu ibu, tapi aku juga menyayangi ayah." gadis itu terus saja mengoceh, ia akan terus berbicara agar kesadarannya tetap terjaga, memang gadis yang pintar.

: : :

"Ibu, aku kan sudah berjanji akan menjenguk di hari minggu, kenapa ibu menelpon sekarang?" tanya Dami pada wanita paruh baya didepannya.

Wanita tersebut adalah ibu Dami yang sedang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit, penyakitnya cukup serius, namun ia tidak suka berada di rumah sakit jadi ia terus meminta anaknya untuk menemaninya, tidak peduli jika anaknya sedang sibuk ataupun di luar kota, ia ingin Dami disampingnya.

"Aku bertemu Ethan," ucap Dami pelan dengan menundukkan kepalanya, ia memainkan jemarinya lalu menatap sang ibu.

"Apa aku boleh bertemu dengannya, Bu? aku sangat merindukannya." sambungnya, Dami memberi tatapan memohon kepada ibunya.


Wanita yang ditatapnya merubah ekspresinya, yang tadi hangat, sekarang tatapan dingin tertera diwajah pucatnya.
Kemudian, ia berdiri menghadap jendela memandang taman diluar.

"Aku sudah tua, tidak ada hak lagi untuk melarangmu, kau sudah dewasa, Dami. Tapi aku mohon-" ucapnya terpotong.

Lalu ia membalikkan tubuhnya jadi menghadap Dami,

"Jangan pernah berada dalam hubungan orang lain."


: : :

Keluar dari ruang inap sang ibu, Dami berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan pikirannya yang entah dimana. Bayangan masa lalu terus saja berputar dikepalanya, ingin ia melupakannya namun ia masih tidak sanggup untuk sendiri didalam kekosongan.

"Seharusnya aku ikuti kata hatiku." gumamnya.


"Benar, kata hatimu akan mambawamu pada ketenangan. Ia akan menunjukkan yang sebenarnya." sahut pria yang sedari tadi dibelakangnya.

Dami membalikan badannya dan melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.
Dami mematung menatap pria tersebut,

"Ethan."

Tidak sengaja nama tersebut lolos dari mulutnya. Pria tersebut tersenyum dan menghampiri Dami, jaraknya sangatlah dekat sehingga Dami bisa merasakan harum yang selama ini ia rindukan, Lee Heeseung atau sering ia sebut Ethan, sahabatnya.


"Long time no see, Jo Dami."

Misconceive ; Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang