2. Which was never revealed

208 78 28
                                    

Keadaan diluar sedang hujan, disinilah Dami dan Ethan, disebuah cafe dengan nuansa hangat. Penuh dengan pasangan yang sedang menghabiskan waktu diakhir pekan dengan meminum kopi dan berbagi waffle. Mengingat masa lalu, Dami tersenyum karna disinilah ia pertama kali merasakan debaran di dadanya ulah pria dihadapannya sekarang.

Hampir terbuai oleh khayalannya, Dami tersadar bahwa pria didepannya telah memiliki keluarga. Membuang nafasnya dengan kasar, "Katakanlah apa yang mau kau katakan." titahnya.

Ethan melihat Dami sebentar lalu memalingkan wajahnya menatap hujan diluar, "Nami ingin bertemu denganmu." ucapnya. Ethan membalikan lagi pandangannya untuk menatap wanita didepannya, "Aku harap kamu bersedia." sambungnya.

"Nami?" tanya Dami, pasalnya ia tidak pernah mendengar nama orang yang ingin bertemu dengannya.

"Anakku, Nami, Lee Nami." jelas Ethan.

Dami terdiam, menelan ludahnya dengan susah payah, ia terlihat gugup sekarang, ia bingung harus bereaksi bagaimana. Lalu ia meneguk kopinya untuk menghilangkan rasa gugupnya, dan memberanikan menatap Ethan. "Untuk apa?" tanyanya dengan sedikit terbata.

"Kau akan mengetahui alasannya langsung dari anakku." jawabnya.

Di suasana canggung seperti ini, ditambah tidak ada topik diantara keduanya. Hanya suara hujan dan musik yang tercampur menjadi satu dijadikan alasan oleh Dami untuk tidak merasa sepi. Beda dengan keheningan di antara keduanya, justru kepala Dami sangat berisik, banyak yang ingin ia katakan pada Ethan tapi Dami tentu saja menahannya karena gengsi.

Tidak lama ada salah satu pelayan menghampiri mejanya, "Permisi, Bu, ada titipan dari meja sebelah sana." ucap pelayan tersebut sembari menunjuk ke meja yang ia maksud. Melihat siapa yang dilihatnya, Dami terkejut, pasalnya yang ia lihat adalah orang yang tadi pagi ia temui.

Dami melihat Ethan juga sedang melihat siapa yang dimaksud, lalu Ethan menatap Dami seakan meminta penjelasan. Dami membalas tatapan Ethan lalu tersenyum, "Shim Jaeyoon, Pacarku."

: : :

Meninggalkan Ethan seorang diri, kini Dami dan Jaeyoon berada di dalam mobil menuju rumahnya. Sedari tadi Dami hanya diam berperang dengan isi kepalanya sendiri, sedangkan Jaeyoon fokus menyetir namun sesekali melirik ke arah Dami.




Sepuluh tahun lalu, tiga orang remaja memasuki cafe dan memesan minuman kesukaan mereka masing masing. Dami dan Ethan memiliki selera yang sama, mereka memesan coffee latte sedangkan Shana memesan matcha tea. Ketiganya berbincang tentang sekolahnya, ketika sedang asik Dami izin kepada Shana dan Ethan untuk ke toilet, namun Shana ternyata ikut dengannya.

Di toilet Dami sedikit touch up lipsticknya, Shana yang baru saja keluar dari bilik closet heran melihat temannya kenapa tiba-tiba ia memakai lipstik. "Kau mau kemana menggunakan lipstik?" tanya Shana.

Dami sekilas menengok kearah Shana lalu kembali menatap cermin. "Aku akan menyatakan perasaanku pada Ethan, lihat kan tadi? Ethan terus saja memegang tanganku sebelum masuk cafe." jelas Dami yang membuat Shana diam membeku. Shana menundukkan kepalanya, "Aku duluan." pamitnya dan keluar dari toilet lebih dulu.

Dengan suasana hati yang baik Dami menyusul teman temannya yang terlihat sedang mengobrol. Ethan melihat Dami yang tiba-tiba ceria bertanya tanya namun bukan kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut Ethan, "Cantik." ucapnya.

Mendengar itu Shana melihat kearah Dami, memperlihatkan tatapan dinginnya yang entah apa maksudnya, Dami tidak mengerti. Ini pertama kalinya ia melihat raut wajahnya temannya seperti itu dengan serius.

Setelah puas di cafe, mereka bertiga bergegas untuk pulang. Dami dan Ethan mengantarkan Shana ke halte bus karena arah rumah Shana berbeda dengan mereka. Shana menaiki bus lalu melambaikan tangannya pada teman temannya, setelah bis melaju Ethan dan Dami berbalik arah dan berjalan kaki untuk sampai dirumahnya masing masing.

Diperjalanan Dami melihat taman anak anak yang menyediakan berbagai macam permainan, terutama ayunan. Dami sangat suka ayunan. Tanpa Dami meminta Ethan peka dengan apa yang Dami inginkan. Ethan menarik Dami menuju ayunan dan mendudukannya disalah satu ayunan tersebut. Ethan mengayunkan Dami dari belakang, mereka mengingat masa kecilnya yang suka bermain ayunan.

Lalu Ethan duduk di ayunan sebelahnya, Mengeluarkan yang sudah ia persiapan didalam tasnya. Sebuah buku yang Dami inginkan, buku sejarah. Dami yang melihatnya merasa senang, "Kau akan meminjamkannya padaku?" tanyanya. Ethan hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Wah, aku sangat senang." ucap Dami.

Mendengar kalimat tersebut Ethan sangat senang, ia sudah mempersiapkan buku tersebut dari semalam, Ethan menyelipkan beberapa notes didalam bukunya dan berharap Dami membacanya.





Hari semakin gelap, Dami baru saja sampai didepan gerbang rumahnya, tentu saja diantar oleh Ethan. Sebelum berpamitan Ethan mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah nametag bertulisan Eun Sha-na. Jika nametag Shana ditangan Ethan berarti Shana telah mengajak Ethan pacaran? Dami meminta penjelasan pada Ethan.

"Di cafe tadi saat dia kembali dari toilet, ia tiba-tiba memberiku nametagnya." jelas Ethan.

Dami tersenyum getir, menatap Ethan lalu menepuk punggungnya. Tanpa berbicara apapun dami memasuki rumahnya, menutup gerbang dan berlari kekamarnya. Ia mengabaikan panggilan ayah dan ibunya.

Didalam kamar Dami melemparkan tasnya ke sembarang arah, melemparkan buku sejarah yang Ethan berikan sehingga buku tersebut masuk ke dalam kolong kasurnya. Dami tidak peduli, hatinya sakit. Sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai keluarga mengkhianatinya begitu saja. Shana tau Dami mencintai Ethan, tapi kenapa Shana malah mengajak Ethan berpacaran.

Dami menangis sejadi jadinya, kekecewaannya entah sampai kapan, ia terus saja menangis meluapkan rasa emosinya.

Terasa tepukan di pipinya semakin keras, Dami membuka matanya. Ia melihat sekeliling ternyata Dami sedang berada di mobil bersama Jaeyoon yang sedari tadi menepuk pipinya.

"Kamu kenapa menangis? mimpi apa?" tanya Jaeyoon.

Dami terdiam sejenak, "Aku mimpi buruk." jawabnya. Dami melihat keluar ternyata sudah berada di depan rumahnya. "Sejak kapan kita sampai?" tanya Dami.

Jaeyoon melihat jam tangannya, menghitung waktu ia berada disini. "Tiga puluh menit yang lalu." jawabnya. Dami melotot ke arah Jaeyoon, lalu memukul tangan Jaeyoon dengan tiba-tiba. "Kenapa tidak membangunkanku dari tadi?" ucapnya dengan nada sedikit naik.

"Aku tidak enak, kamu sangat pulas tidurnya." ucap Jaeyoon lembut.

Dami menatap Jaeyoon lalu memajukan tubuhnya, ia memeluk Jaeyoon dengan tulus sembari mengusap usap punggungnya.





Dilain waktu, saat Dami melemparkan buku sejarah pemberian Ethan ke kolong kasurnya, buku tersebut terbuka, menampilkan notes yang telah Ethan berikan. Di halaman belakang buku, terdapat sesuatu yang tertempel, yaitu nametag bernama Lee Heeseung.

Misconceive ; Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang