18. Him

75 34 21
                                    

Dami dan Heeseung tetap mengikuti les sepulang sekolah. Mereka berdua kini telah selesai mengikuti pelajaran tambahannya. Didepan mata keduanya terlihat kedai icecream yang ramai pembeli.

Dami penasaran, ia menarik Heeseung untuk ikut mengantri.

Saat gilirannya, Dami ingin membayar. Namun, ia ingat. Uang sakunya telah dipotong oleh ayahnya. Dami menatap Icecream ditangannya dengan sedih, Heeseung yang melihat merasa gemas.

"Aku yang membayar," Heeseung memberikan 1000 won pada penjual.

Senyuman Dami kembali mengembang, ia keluar dari barisan meninggalkan Heeseung sendiri menunggu kembalian.

"HEI LEE HEESEUNG! KEJAR AKU KALAU KAU BISA!"

Dami berlari setelah melihat Heeseung menerima sisa uangnya dari penjual icecream.

Heeseung mengejarnya dikeramaian orang berlalu lalang, mereka yang kejar-kejaran tidak sekali menabrak orang yang sedang berjalan.

Dami melirik ke belakang, memeriksa apakah Heeseung sudah dekat atau masih tertinggal jauh.
Namun, Heeseung tidak terlihat. Dami memerankan larinya, sembari melihat kebelakang dan mencari keberadaan sahabatnya ia tetap melanjutkan jalannya.

Tanpa ia sadari, terdapat trotoar yang rusak didepan. Alhasil Dami terjatuh, kakinya terpelintir.

"Sakit," lirihnya seraya memegangi kakinya yang terasa sakit.


"Jo Dami! Astaga!" heboh Heeseung saat melihat Dami tengah duduk dikeramaian orang lalu lalang.

"Sakit?"

"Menurutmu saja!"

"Ayo aku bantu berdiri, jangan duduk disini."
Heeseung membopong Dami, ia menuntunnya untuk duduk didekat pohon yang memiliki pondasi dibawahnya.

Dami didudukan diatas pondasi tersebut, sedangkan Heeseung berjongkok dihadapannya untuk memeriksa kakinya.

"Kau mengkhawatirkanku, Ethan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau mengkhawatirkanku, Ethan?"

"Ya, sangat. Aku selalu begini, apakah kau baru menyadarinya?"

"Maafkan aku, selama ini aku terlalu acuh padamu. Aku hanya menganggapmu sebagai sahabat, hanya teman yang selalu ada di sampingku disaat senang maupun susah."

"Terima kasih karena sudah menunggu selama ini, aku ingin membalasmu." sambungnya.

"Bagaimana kau akan membalasku?"

"Nanti, akan aku pikiran."



: : :

Heeseung terus saja menggandeng tangan Dami, tidak, tidak terbalik. Memang Heeseung menautkan tangannya pada tertengahan tangan Dami.

Sesekali kepalanya akan jatuh pada pundak Jo Dami, namun Dami yang merasa aneh pada sahabatnya kali ini, terus menolak perlakuan menggelikan itu dari Lee Heeseung.

"Belajar, kita harus belajar berpacaran." ucap Heeseung.

"APA?!"

"Kenapa? kita harus menjadi pasangan yang sangat romantis."

"Kita? berpacaran? are you kidding me, Ethan Lee?"

Mendengar itu Heeseung menjauhkan dirinya dari Dami, ia berlaga merajuk pada sahabatnya itu. Dami yang dipunggungi oleh Lee Heeseung malah merasa gemas.

Dami tebak, Heeseung tengah mengerucut bibirnya.

Dan benar saja, saat Dami memaksa untuk melihat wajah merajuknya Heeseung, terlihat Heeseung sedang memajukan bibirnya dengan tangan yang terlipat didepan dadanya.

"Apa maksudmu 'are you kidding me' Jo Dami. Jawab aku."

Dami memandang wajah sahabatnya, menatapnya lekat-lekat mencari jawaban atas pertanyaannya. Namun yang Dami temukan hanya sesuatu yang membuat senyuman Dami tidak bisa tertahan lagi.

"Kenapa kau terlihat begitu kesal, hm?" tanya Dami masih dengan memandangi wajah sahabatnya itu.

"Aku marah, katamu akan membalasku. Tapi kau seakan menolaknya."

"Memangnya aku ada bilang membalasnya dengan berpacaran?"

Heeseung terdiam, menundukkan kepalanya, mengingat kembali perkataan Dami beberapa jam yang lalu. Saat menyadarinya, Heeseung kembali merajuk, kali ini merajuk pada dirinya sendiri.

Heeseung membalas tatapan Dami, terlihat Dami yang sudah menatapnya dengan menantang.

"Baiklah, aku tunggu balasanmu. Waktumu hanya 27 jam dari sekarang. Kalau lewat dari itu, aku akan menyetujui kuliahku di Sydney. Menangislah sampai aku kembali, aku tidak akan menghubungimu."

Dami mendecih, "Coba saja, kau kira aku tidak bisa menyusul?"

"Tuhkan, kau memang begitu obsesi padaku. Akuilah bahwa kau mencintaiku."

"Terserah kau saja."


: : :

"Eun Shana.. wanita gila."

"Cinta memang tidak memandang umur, apakah dia benar-benar tidak memandang umur? pasti dia mencintai lelaki yang seumuran dengan ayahnya, kenapa? apakah dia pecinta lelaki tua atau pecinta uang?"

"Aku tidak bisa diam saja!"

"Gadis miskin tidak tahu diri."

"Akan ku hancurkan hidupmu, Eun Shana."











Misconceive ; Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang