26. Betrayal within betrayal

79 21 2
                                    

"Dari hasil pemeriksaan, motif pelaku adalah balas dendam." ucap seorang kepala polisi pada para anggotanya.

"Pak, kita akan mendapatkan lebih banyak tip dari istri korban?" tanya salah satu polisi disana.

"Apa maksudmu?"

"Aku bertemu dengan istri Pak Jo saat memeriksa perkembangan kondisinya, aku tidak sengaja mendengar percakapannya dengan Jo Dami, ia bilang jika hukuman terberat dijatuhi pada Na Jihan, dengan sukarela ia akan memberikan hadiah."

"Jadi kau berharap korban dihukum apa?"

"Dihukum mati, mungkin?"

"Kau yang akan dihukum mati, tidak kah kau berpikir? kau menerima uang dari hasil kematian seseorang, hukumanmu akan lebih berat."

"Cih! tidak usah munafik, aku tau kau juga suka uang."



Perdebatan kecil terjadi sepanjang perjalanan mereka, hingga sampai dikantor kepala polisi, perdebatan mereka mereda. Digantikan dengan deheman dari masing-masing tenggorokan mereka yang tidak merasa kering.

Bersiap bertemu kepala polisi yang sangat mereka hormati, penampilan pun harus serapi mungkin.

Setelah semuanya siap, salah satu dari mereka menarik knop pintu hingga bunyi terdengar akibat gesekan engsel yang mulai berkarat.

"Ah! sudah datang, silahkan masuk Pak Oh, Pak Kim." sambut kepala polisi.

Mereka berdua memberi salam pada atasannya, setelah itu berbalik memberi salam pada tamu yang ada disana.

Wanita tersebut membalas salam kedua penyidik tersebut.

"Bagaimana? apakah sudah kalian kerjaan?"

"Tentu, Pak. Kami telah menyelesaikan perintahmu, sisanya hanya persetujuan darimu, setelah itu jaksa akan menjadwalkan persidangan. Mungkin, lebih cepat lebih bagus?" ujar Penyidik Oh.

"Benar sekali, lebih cepat akan lebih baik dari segalanya. Penderitaan suamiku akan usai setelah hukuman pada Na Jihan dijatuhkan."

: : :


Seorang gadis dengan bawaan ditangannya melangkah masuk kedalam rumah tahanan perempuan.

Sesekali gadis itu menghela nafasnya, dadanya terasa sesak ketika membayangkan orang yang ia sayang mengenakan baju berwarna biru yang khas dengan modelnya.

Kini ia dititah menunggu dalam ruangan yang familiar menurutnya karena sering melihatnya dalam program televisi ataupun drama lainnya. Tapi, sekarang ia merasakan sendiri betapa dinginnya dalam ruangan ini.


Pintu terbuka, sedetik kemudian menampilkan seorang wanita dengan mata sembab tertara diwajah cantiknya.

"Bolehkah tinggalkan kami berdua saja?" ujarnya pada seorang sipir yang berdiri tegak di dekat pintu.

"Tidak bisa," jawab sang sipir.

Gadis itu mengalah, membiarkan sipir tersebut tetap berdiri disana. Ia menuntun sang ibu supaya duduk dihadapannya, sembari memberikan sesuatu yang ia tenteng dari tadi, sebuah makanan.

"Ibu pasti lapar, aku membelinya di kedai bibi Kim sebelum datang kesini. Makanlah dengan tenang."

"S-shana? maafkan ibu.. "

"Sudahlah, yang sudah berlalu biarkan berlalu."

Setelah mendengar ucapan sang putri, ia merasa malu, Na Jihan menundukkan kepalanya tak sanggup menahan air mata yang terus mengalir. Rasa bersalahnya kembali menghantuinya, ditambah kini rasa malunya yang besar terhadap sang putri, Eun Shana.

Seharusnya ia tidak menuruti egonya, jika telah terjadi seperti ini, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menyerah.

Kuasa yang ia miliki hanya sebatas biji jagung dibandingkan kuasa korban, Keluarga Jo.

Na Jihan menyesal, harusnya ia move on, harusnya ia ikhlas dan lupakan saja masalalu.
Perselisihannya dengan mantan sahabatnya akan selalu panas jika dikorek kembali, dan ia melakukan itu.

Lee Yoonsoon, sahabatnya saat masih muda.

Dalam tangisannya Na Jihan mengingat kembali momen yang telah ia lalui bersama Lee Yoonsoon. Kenangan indah banyak terukir disetiap menitnya, tidak pernah ada kata marah saat itu, sampai suatu ketika mereka menginjak usia dewasa.

Na Jihan memberitahu sahabatnya, Lee Yoonsoon. Bahwa ia tengah menjalani hubungan dengan seorang pria tampan, tentu Lee Yoonsoon mendukungnya dengan penuh.

Namun, saat mereka bertemu, entah apa yang ada dikepala Lee Yoonsoon, tingkahnya sangat aneh menurut Na Jihan.

Berbulan-bulan berlalu hubungannya dengan Jo Hyuk Oh berjalan dengan baik. Sangat baik hingga Na Jihan terbuai dengan perkataan manis Jo Hyuk Oh. Janji-janji manis telah ia telan, ucapan cinta menjadi rutinitas setiap harinya.

Tidak terasa saat peringatan hari jadiannya yang ke 1 tahun, mereka berdua sengaja menginap di salah satu villa milik keluarga Jo Hyuk Oh.
Saat saat bahagia mereka lewati, perayaan 1 tahunnya berjalan lancar hingga membuat Na Jihan yakin, mereka akan menua bersama.

Tapi suatu hari, Na Jihan dikejutkan dengan undangan yang tertara namanya. Saat membaca surat tersebut, benda pipih bergaris 2 terjatuh dari tangannya.

Na Jihan mengelus perut ratanya, tangisannya pecah saat itu juga. Sahabatnya, telah mengkhianatinya. Lee Yoonsoon dan Jo Hyuk Oh akan segera menikah.

"Tidak bisakah aku bahagia? Shana anakku..
ibu lelah."

: : :

"Ayah, janji padaku, ayah adalah ayah paling kuat didunia! bertahanlah." ucap Jo Dami seraya menggenggam tangan sang ayah.

Mendengar itu, Jo Hyuk Oh tersenyum dibuatnya. Anaknya telah tumbuh dewasa, putri kesayangannya tumbuh menjadi seseorang yang memiliki hati malaikat. Sedikit kekurangannya, namun hal tersebut dapat tertutup oleh sikap manis sang anak.

Dielusnya surai malaikat kecil itu, sambil harap-harap ia akan berumur panjang.

"Dami, anakku. Kau mau menuruti keinginan ayah?" kalimat tersebut adalah reflek dari Jo Hyuk Oh.

"Huh? apapun! apapun akan aku turuti asal ayah kembali pulih."

"Belajarlah ke negeri paman sam, dan kembali saat kau telah berhasil meraih apa yang ayah inginkan."




























WOI aku syok lagi

gak pas kayaknya cantumin foto heeseung disini, tapi aku pengen kasih liat aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gak pas kayaknya cantumin foto heeseung disini, tapi aku pengen kasih liat aja.

cowokku gantenggggg walaupun ketutup cinta ㅋㅋ

Misconceive ; Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang