Misconceive ; Lee Heeseung

4. Puppy love

Saat liburan musim panas, keluarga Dami mengunjungi sebuah rumah di pulau Jeju. Dami yang masih berusia 7 tahun merasa sangat senang, ia bisa melihat pantai sesuai dengan keinginannya, ia akan banyak bercerita pada teman temannya disekolah.

"Jo Da-Mi." panggil neneknya kala itu.

Dami berbalik, ia tersenyum melihat neneknya yang tengah berdiri menghadapnya, tapi disampingnya ada seorang anak laki-laki yang sedang menggenggam tangan nenek. Dami menghampiri keduanya, ia penasaran siapa dia.

"Kau, kenapa kau bersama nenekku?" tanya Dami pada anak laki-laki tersebut.

"Aku biasa bermain disini, aku ingin melihatmu. Nenek kata cucunya akan datang dari kota, aku penasaran secantik apa anak gadis dari kota tersebut. Ternyata kau?" jelasnya panjang lebar.

"Ya, aku. Kenapa? apa kau terpesona akan kecantikanku?"

Mendengar itu anak laki-laki tersebut mengumpat dibelakang nenek, "Tidak, kau jelek." ucapnya dan bersiap untuk lari.

Benar saja setelah mendengar ucapan dari mulut anak laki-laki itu Dami merasa kesal, ia ingin memukul laki-laki tersebut tapi larinya sangat kencang.
Dami tidak menyerah, ia terus mengejarnya sampai baju belakang laki-laki tersebut tertarik oleh tangan kecil Dami.

"Berhenti! aku capek." tarikan tangan Dami semakin mengencang.

"Payah,"

Dami terus menerus dibuat kesal olehnya, namun Dami sudah tidak memiliki tenaga. Ia mengajak anak laki-laki tersebut untuk duduk di bebatuan dipinggir pantai. "Kesini, apa kau takut?"

"Kau meremehkanku? siapa sih namamu?"

"Jo Dami, Dami Dami lebih baik."

"Aku Heeseung, nenek memanggilku Ethan. Kata nenek, aku kesayangannya jadi beliau memanggilku dengan nama khusus."

Dami malas menanggapi, namun ia dengan cepat memukul punggung anak laki-laki tersebut, Ethan namanya. Dami bermain dengan air, sedangkan Heeseung hanya memandangi Dami dari belakang. Pikirnya, ia tidak pernah bertemu orang seperti Dami, ceria dan sangat emosional.

"Mari berteman denganku?" ajak Heeseung.

"Tanpa kau meminta, aku sudah menganggapmu sahabat." jawab Dami tanpa berpaling dari air.

Cukup lama mereka berdua bermain di air, tidak terasa waktu sudah semakin gelap, malam akan tiba dengan cahaya bulan yang menerangi lautan. Dami dengan Heeseung berjalan bersama menuju rumah nenek, setelah sampai Heeseung berniat untuk langsung pulang kerumahnya, namun ia melihat ibunya didalam rumah nenek.

Dami mengajak Heeseung untuk masuk kedalam rumah, dilihatnya orang tua Dami dan Heeseung sedang makan bersama.

"Apa yang ibu dan ayah lakukan disini?" tanya Heeseung pada ibunya.

"Kemari nak, duduk disamping ibu."

Heeseung bingung dengan situasi sekarang, pasalnya sekarang bukan ulang tahun atau acara special lainnya sehingga mengharuskan para tetangga berkumpul untuk makan bersama, itu tradisi. Tapi sekarang adalah hari biasa, tapi makan bersama?

Anak umur 8 tahun seperti Heeseung masih sangat polos. Wajar jika ia bingung.

"Ayah akan pergi ke Seoul untuk ikut paman Jo bekerja, kau dan ibumu akan ikut bersama ayah." jelas pak Lee Junghae pada anaknya.

Heeseung tidak terima dengan kalimat yang diucapkan ayahnya, "Lalu nenek? apakah nenek juga akan ikut?" ia begitu menyayangi neneknya Dami, walaupun bukan neneknya namun ia sudah menganggapnya sebagai nenek sekaligus temannya.

"Nenek memiliki kebun disini, kalau nenek ikut siapa yang mengurusnya?" ucap nenek.

"Tapi- "

"Kau bisa datang berkunjung bersama Dami saat liburan nanti, nenek akan tetap disini. Pergilah kejar cita citamu di Seoul. Katanya kau ingin ke Seoul, kan?" sambung nenek.

Heeseung kecil hanya diam menunduk, ia tidak bisa menjawab nenek. Sangat sulit untuk memutuskan. Heeseung memang sangat ingin pergi ke Seoul untuk bersekolah di sekolah impiannya, disisi lain ia tidak ingin meninggalkan nenek, ia sudah sangat menyayanginya.

: : :

Puas bermain di pulau Jeju, kini Dami menginjakkan kembali kakinya di kota Seoul. Namun sekarang Dami tidak sendiri, disampingnya ada Heeseung yang setia menenteng tas milik Dami. Keduanya berdiri disamping mobil ayah Dami yang sedang mengeluarkan barang barangnya.

Dami berbisik pada Heeseung, "Dalam hitungan ke tiga kita lari, aku akan mengajakmu ke tempat yang bagus."

Dami bersiap menghitung mundur, "1, 2, 3 lari!" teriak Dami. Heeseung hanya menuruti perintah Dami tanpa tau alasannya kenapa harus berlari.

Setelah dirasa cukup jauh dari rumah, mereka berhenti dan mengatur nafasnya.

"Kau haus?" tanya Dami.

Heeseung mengangguk mengiyakan. Lalu tanpa disangka, Dami menarik Heeseung kembali untuk berlari. Heeseung hanya pasrah walaupun ia sangat ingin meminum air aquarium.

"Tadaaa!"

Dami menunjukkan stand stand makanan, sangat beragam. "Ini pasar, aku sering kesini bersama ibuku. Makanan disini sangat enak dan murah."

"Ini minumlah, biar aku yang bayar." Dami memberi Heeseung sebotol air mineral.

Anak 7 tahun yang sudah seperti orang dewasa tersebut memang sangat pemberani, tipis dengan nakal. Ia memang dikenal cukup berani anaknya, pada siapapun tidak memandang usia.

Setelah cukup beristirahat, kini Dami mengajak Heeseung untuk memakan tteokbokki kesukaannya. Dipesannya oleh Dami dengan porsi double, tapi bukannya bibi yang biasa melayani Dami, tapi seorang gadis kecil yang memberikan tteokbokki padanya. "Ini tteokbokkimu,"

"Dimana bibi?" tanya Dami padanya.

"Ah- itu, ibu sedang menggoreng udang. Aku menggantikannya sementara." jawabnya.

Dami mengerti, ia mengabaikan gadis tersebut dan lanjut mengajak Heeseung berkeliling.

: : :

Saat malam tiba, sudah saatnya anak kecil tidur. Namun dengan kenalannya, Dami mengajak Heeseung pergi ke balkon. Mereka melihat bintang bersama disana.

"Cantik." puji Heeseung.

"Memang, apa kau baru melihatnya?"

"Iya, sangat cantik."

Dami mengira pujiannya tersebut untuk bintang bintang yang sedang ia pandangi, namun Heeseung tidak peduli dengan bintang tersebut, yang menarik perhatiannya yaitu gadis disampingnya.

Sebut saja ini cinta monyet, diusianya yang masih duduk di sekolah dasar belum pantas untuk cinta cintaan.