19. Caffe

55 32 7
                                    

Sekolah dibubarkan lebih cepat, sebagai seorang siswa hanya bisa mengikuti arahan dari pihak sekolah tanpa bisa berekspetasi. Sebenarnya bisa, namun seringkali ekspetasi mereka tidak memuaskan hasil.

Keputusan sekolah tidak terduga. Jika ingin pulang cepat, selalu ada kelas tambahan, tapi sekarang para siswa telah bersiap untuk kelas tambahan menuju ujian tapi malah dibubarkan begitu saja.

Sebenarnya siswa hanya perlu bersyukur.

Seperti Lee Heeseung, menggunakan kesempatannya untuk ikut Dami dengan Shana ke perpustakaan kota. Kedua gadis itu berencana untuk mengerjakan tugas bersama. Karena merasa diabaikan, Heeseung mencari tempat dan mulai dengan kegiatannya.

Entah apa yang Heeseung lakukan, ia terlihat sibuk melebihi Dami dengan Shana.

"Bagus sekali, dia pasti suka."



Dami celingukan mencari keberadaan Heeseung, ia tidak bisa menemukannya dimanapun. Ia menghela nafasnya dengan kasar, hal itu menarik perhatian Eun Shana.

"Kenapa, Dami?"

"Ah.. tidak. Ayo lanjutkan lagi."

Shana mengangguk, ia kembali pada bukunya, Dami pun mengikuti arah pandang Eun Shana. Namun pikirannya tetap pada Heeseung.

Jika Heeseung pulang atau pergi ke tempat les akan bahaya kalau ketahuan ayahnya. Mereka memang berencana bolos les bersama, namun pikiran Heeseung tidak bisa ditebak, bisa saja ia menjahili Dami dengan berpura-pura menyetujui bolos bersama lalu diberitahukan pada Joo Hyuk Oh, ayahnya.

Dami menggelengkan kepalanya mengusir Heeseung dari sana.

Ia kembali fokus pada bukunya, namun saking fokusnya hingga tidak menyadari bahwa waktu telah menunjukkan pukul 4 sore.

Dami merasa pundaknya ditepuk, ia melihat siapa pelakunya. Ternyata Lee Heeseung.

"Dari mana saja kau? membuatku khawatir tau gak?!"

"Aku hanya duduk dipojok sana," Heeseung menunjuk meja pojok dekat pintu keluar. "Apakah benar kau menghawatirkanku?"

"Terserah saja, ayo keluar, aku haus sekali."






Saat mereka bertiga berjalan beriringan, Dami melihat caffe yang menarik perhatian, ia mengajak kedua sahabatnya, untungnya mereka menyetujuinya.

Tiga orang remaja memasuki cafe dan memesan minuman kesukaan mereka masing masing. Dami dan Heeseung memiliki selera yang sama, mereka memesan coffee latte sedangkan Shana memesan matcha tea. Ketiganya berbincang tentang sekolahnya, ketika sedang asik Dami izin kepada Shana dan Heeseung untuk ke toilet, namun Shana ternyata ikut dengannya.

Di toilet Dami sedikit touch up lipsticknya, Shana yang baru saja keluar dari bilik closet heran melihat temannya kenapa tiba-tiba ia memakai lipstik. "Kau mau kemana menggunakan lipstik?" tanya Shana.

Dami sekilas menengok kearah Shana lalu kembali menatap cermin. "Aku akan menyatakan perasaanku pada Ethan, lihat kan tadi? Ethan terus saja memegang tanganku sebelum masuk cafe." jelas Dami yang membuat Shana diam membeku. Shana menundukkan kepalanya, "Aku duluan." pamitnya dan keluar dari toilet lebih dulu.

Dengan suasana hati yang baik Dami menyusul teman temannya yang terlihat sedang mengobrol. Heeseung melihat Dami yang tiba-tiba ceria bertanya tanya namun bukan kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut Heeseung, "Cantik." ucapnya.

Mendengar itu Shana melihat kearah Dami, memperlihatkan tatapan dinginnya yang entah apa maksudnya, Dami tidak mengerti. Ini pertama kalinya ia melihat raut wajahnya temannya seperti itu dengan serius.

Setelah puas di cafe, mereka bertiga bergegas untuk pulang. Dami dan Heeseung mengantarkan Shana ke halte bus karena arah rumah Shana berbeda dengan mereka. Shana menaiki bus lalu melambaikan tangannya pada teman temannya, setelah bis melaju Ethan dan Dami berbalik arah dan berjalan kaki untuk sampai dirumahnya masing masing.

Diperjalanan Dami melihat taman anak anak yang menyediakan berbagai macam permainan, terutama ayunan. Dami sangat suka ayunan. Tanpa Dami meminta Heeseung peka dengan apa yang Dami inginkan. Heeseung menarik Dami menuju ayunan dan mendudukannya disalah satu ayunan tersebut. H#eeseung mengayunkan Dami dari belakang, mereka mengingat masa kecilnya yang suka bermain ayunan.

Lalu Heeseung duduk di ayunan sebelahnya, Mengeluarkan yang sudah ia persiapan didalam tasnya. Sebuah buku yang Dami inginkan, buku sejarah. Dami yang melihatnya merasa senang, "Kau akan meminjamkannya padaku?" tanyanya. Heeseung hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Wah, aku menyukainya." ucap Dami.

Mendengar kalimat tersebut Heeseung sangat senang, ia sudah mempersiapkan buku tersebut dari semalam, Heeseung menyelipkan beberapa notes yang tadi ia tulis di perpustakaan, dan berharap Dami membacanya.



Hari semakin gelap, Dami baru saja sampai didepan gerbang rumahnya, tentu saja diantar oleh Heeseung. Sebelum berpamitan Heeseung mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah nametag bertulisan Eun Sha-na.

Jika nametag Shana ditangan Ethan berarti Shana telah mengajak Ethan pacaran? Dami meminta penjelasan pada Ethan.

"Di cafe tadi saat dia kembali dari toilet, ia tiba-tiba memberiku nametagnya." jelas Heeseung.

Dami tersenyum getir, menatap Heeseung lalu menepuk punggungnya. Tanpa berbicara apapun dami memasuki rumahnya, menutup gerbang dan berlari kekamarnya. Ia mengabaikan panggilan ayah dan ibunya.


Didalam kamar Dami melemparkan tasnya ke sembarang arah, melemparkan buku sejarah yang Heeseung berikan sehingga buku tersebut masuk ke dalam kolong kasurnya. Dami tidak peduli, hatinya sakit. Sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai keluarga mengkhianatinya begitu saja. Shana tau Dami mencintai Heeseung, tapi kenapa Shana malah mengajak Heeseung berpacaran.

Dami menangis sejadi jadinya, kekecewaannya entah sampai kapan, ia terus saja menangis meluapkan rasa emosinya.

"Sialan, perempuan brengsek!"

"Sialan, perempuan brengsek!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Misconceive ; Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang