Bagian dua

11.1K 726 22
                                    

Seorang pemuda berlari masuk kedalam rumah besar milik keluarganya, ia baru saja pulang dari sekolah sekarang, tatapan kedua mata bulat itu memperhatikan ruang tengah yang terlihat kosong, biasanya ada papa ataupun daddynya disini namun sekarang terlihat kosong, kemana kedua orang tuanya? Tak mungkin kan mereka meninggalkan anak menggemaskan mereka ini?

"Daddy! Papa!" Teriak pemuda itu dengan berjalan naik kelantai atas, oh demi apapun ia tak ingin ditinggal dirumah bersama dengan maid sedangkan kedua orang tuanya pergi bersama, ia ingin ikut!

Beberapa saat kemudian terlihat pria paruh baya keluar dari dalam kamar miliknya dengan berjalan menghampiri anak tunggalnya yang baru saja pulang, untung kamar miliknya tak kedap suara sehingga suara dari luar bisa terdengar dengan jelas.

"Alvin kenapa kamu berteriak?"tanya Kiano pada anak tunggalnya yang sekarang tengah cemberut, ia memang tak menunggu anaknya itu diruang tengah karena harus menemani suaminya beristirahat didalam kamar mereka.

Sepertinya karena itu semua sekarang anak tunggalnya marah, ah tak terasa Alvianandra sekarang sudah tumbuh dewasa, Kiano masih tak menyangka semua ini akan berjalan dengan baik, dulu ia takut kehilangan suaminya karena sakit Albino yang suaminya itu derita namun setelah sekarang hidup bersama hampir dua puluh tahun lebih, ia percaya bahwa ajal tak ada yang tahu, dan tak ada yang abadi didunia ini jadi sekarang ia hanya akan menikmati semuanya bersama dengan suami serta anaknya.

Suaminya yaitu Alkana sekarang sudah tak terlalu sering keluar masuk rumah sakit lagi untuk melakukan pengobatan karena tubuhnya sudah lumayan stabil, hanya saja sekarang Kiano selalu mengusahakan agar suaminya itu tak kelelahan karena itu cukup bisa membuat tubuh suaminya drop, maka dari itu tadi ia menemani suaminya beristirahat sehingga melupakan kebiasaannya yang akan selalu menunggu anaknya pulang dari sekolah.

"Tadi aku kira papa sama daddy sedang pergi keluar bersama maka dari itu aku berteriak untuk memastikan semuanya," ujar Alvin dengan cengiran lucu miliknya, ia tak jadi marah sekarang karena pasti papanya itu tengah sibuk merawat daddynya sekarang, dirinya bisa mengerti semua itu.

Kiano tersenyum lembut mendengar penjelasan anak tunggalnya itu, Alvin selalu bisa menepatkan dirinya kapan harus bermanja dan kapan harus bersikap dewasa, ia bangga untuk itu semua.

"Daddy sakit lagi?"tanya Alvin memastikan karena sering kali kondisi tubuh daddynya drop sehingga mengharuskan daddynya itu untuk beristirahat secara total didalam kamar saja.

"Daddy kamu hanya butuh istirahat sebentar, kamu tak masalahkan jika papa tidak menemani kamu makan siang?"ujar Kiano dengan menatap anaknya itu, ia terbiasa menemani anaknya itu makan siang berdua ataupun bertiga bersama suaminya.

Alvin tersenyum lembut sebelum mencium pipi papanya dengan cepat, ia sangat beruntung mendapatkan keluarga yang selalu bisa membuat ia merasa senang serta beruntung bisa terlahir didunia yang kejam ini dengan keluarga yang baik.

"Papa mengatakan itu seperti aku anak kecil saja yang akan marah serta tak mengerti keadaan, papa tenang saja aku bisa melakukan semuanya sendirian sekalian belajar biar nanti bisa jadi istri yang baik," ujar Alvin sebelum berlari kecil dari sana agar papanya tak melihat wajah malunya sekarang, oh demi apapun mulutnya selalu saja mengatakan hal secara serentak tanpa melihat situasi yang ada, rasanya sangat malu.

Sedangkan Kiano tersenyum mendengar perkataan anaknya itu, ia tahu bahwa anaknya itu sama seperti dirinya maka dari itu baik dirinya maupun suaminya yaitu Alkana tak pernah mempermasalahkan apapun, karena bagi mereka kebahagiaan anak mereka jauh lebih baik dari apapun itu.

Ia senang karena anaknya itu bisa menerima dirinya sendiri serta kedua orang tua seperti mereka yang jauh berbeda dari orang tua normal lainnya, mereka spesial.

***

Alvin menjatuhkan tubuh kecilnya diatas ranjang miliknya, menatap langit-langit kamar dengan tatapan melamun. Ia sering mendapatkan pertanyaan dari beberapa teman kelas yang mungkin belum bisa menerima dirinya karena lahir dari keluarga spesial, banyak yang bertanya bagaimana rasanya menjadi anak dari pasangan sesama? Apakah itu asik atau sulit karena kedua orang tuanya seorang pria.

Terkadang karena merasa sedikit muak, Alvin menjawab pertanyaan mereka jika keluarganya sama saja dengan keluarga normal lainnya hanya yang membedakan ia punya dua orang ayah sedangkan teman-temanya mempunyai satu ayah serta satu ibu, ia sendiri tai pernah merasa berbeda karena itu semua, dirinya malah bangga bisa terlahir didalam keluarga seperti ini karena mereka bisa menerima dirinya dengan baik jika suatu hari nanti ia juga mencintai seorang pria.

Alvin merasa jika itu mungkin saja terjadi karena untuk sekarang ia sama sekali tak tertarik untuk berdekatan dengan seorang gadis, ia merasa kurang nyaman berhubungan dengan seorang gadis, mungkin nanti ia akan mencoba mendekati salah satu pria dikelasnya untuk melihat apakah memang dirinya tertarik pada sesama juga atau ini semua hanyalah rasa samar semata.

Cukup lama Alvin terdiam didalam kamar miliknya sebelum ia merasakan getaran dari handphone yang ada didalam sakunya, dengan cepat ia langsung melihat panggilan dari siapa yang masuk kedalam telpon miliknya hingga ia melihat nama teman satu-satunya terlihat disana, 'Rakanjing'

Dengan cepat Alvin langsung mengangkat panggilan itu karena merasa penasaran apa yang membuat temannya itu menelpon padahal tadi mereka baru saja bertemu disekolah.

Pasti ada hal penting yang ingin teman kocaknya itu katakan sekarang sehingga tak bisa menunggu sampai besok.

"Kenapa cok?"tanya Alvin, ia memang bar-bar jika diluar rumah namun saat didalam rumah maka dirinya akan berubah menjadi kucing manis yang sangat menggemaskan.

"Anjir sensi banget lo jadi manusia, gue cuman mau bilang besok lo datang lumayan pagi kesekolah karena ada beberapa cerita yang pengen gue kasih tau, pasti lo bakalan seneng,"

Alvin terdiam, ghibah apa lagi yang akan temannya itu katakan besok? Sepertinya ada saja bahan ghibahan setiap harinya. Kalau kata Raka mah itu asupan mereka sebelum belajar.

"Lo mau ceritain tentang duda perut buncit itu lagi? Ogah! Gue ilifil dengernya, amit-amit gue dapat gadun perut besar kek gitu," ujar Alvin dengan mewanti-wanti temannya itu agar tak menceritakan tentang duda perut buncit lagi, ia geli mendengarnya.

"Dih pede banget lo, gue mau ceritain yang lain. Lagian ntuh duda udah nikah sama janda anak lima dikampung sebelah,"

Alvin refleks tertawa mendengar itu semua, temannya memang rada berbeda. Selalu saja bisa menghibur dirinya setiap harinya walaupun hanya mereka berdua saja, karena yang lainnya cukup sulit menerima perbedaan Alvin diantara mereka semua.

"Dah gue matiin dulu, lo siapin aja semua yang akan lo ceritain besok, gue tunggu."ujar Alvin sebelum memantikan sambungan secara sepihak, ia akan segera membersihkan dirinya lebih dulu sekarang.

Bersambung...

Votmen_

#gimana? Lanjut?

Married Sugar Daddy [BXB] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang