Bagian tujuh belas

5.5K 582 22
                                    

Seen menatap laptop miliknya dengan tatapan serius miliknya, baru satu hari ia tak pergi ke kantor tapi sudah banyak dokumen yang masuk membuat ia harus fokus mengerjakan semuanya agar bisa pulang nanti malam dan menghabiskan waktu bersama dengan istrinya. Bahkan sekarang sudah lewat jam makan siang namun rasa lapar sepertinya kalah dengan keseriusan Seen sekarang karena ia ingin cepat-cepat pulang.

Berbeda dengan dulu, ia bisa bersantai-santai atau malah tak pulang kerumah dalam waktu yang lama namun sekarang ia tak bisa melakukan itu semua karena ada istri yang harus ia perhatikan, terlebih mereka masih pasangan baru yang membutuhkan waktu untuk pendekatan.

Dering handphone miliknya membuat Seen mengalihkan tatapan miliknya, siapa yang siang-siang seperti ini menelpon dirinya?

Dengan cepat ia langsung mengangkat panggilan itu, ternyata mommynya yang menelpon.

"Kenapa mom?"tanya Seen ia penasaran kenapa mommynya menelpon sekarang, tak mungkin untuk mengingatkan dirinya makan siang 'kan?

"Apa Alvin bersama denganmu di kantor?"

Kedua alis Seen terangkat, kenapa mommynya bertanya hal demikian? Ia tak bersama dengan Alvin sekarang karena sudah pasti di jam seperti ini pemuda itu sudah pulang karena ia menyuruh Alvin pulang bersama dengan sopir, lalu kenapa mommy nya bertanya seperti itu?

"Aku sendirian di kantor, karena tadi pagi aku menyuruhnya pulang bersama dengan sopir kita. Apa pak Mahji tak menjemput Alvin?"tanya Seen, mungkin saja sopir mereka lupa menjemput Alvin atau malah pemuda itu yang tak menghubungi sopir mereka?

"Pak Mahji ada di ruangannya sendiri. Mommy sudah bertanya tapi kata dia tak ada telpon dari Alvin, mommy juga sudah menelpon dia tapi nomornya tak bisa dihubungi."

Seen terdiam kenapa Alvin tak bisa dihubungi? Ia jelas-jelas melihat sendiri jika ponsel pemuda itu terisi penuh tadi pagi tak mungkin mati karena kehabisan daya, lagi pula sekarang sudah lewat jam sekolah pulang tak mungkin pemuda itu masih belajarkan?

"Apa momny tanya keluarga dia? Siapa tahu dia pergi kerumah kedua orang tua nya kan?"

Seen lagi dan lagi terdiam, Alvin tak mengatakan akan pergi kerumah kedua orang tuanya tadi pagi, pemuda itu hanya mengatakan jika ia akan langsunh pulang setelah jam sekolah selesai.

"Aku akan pergi kesekolahnya sebentar, nanti jika tak ada dia disana maka mommy bisa menelpon keluarganya. Aku tak ingin mereka khawatir."ujar Seen dengan mematikan sambungan secara sepihak, ia akan pergi ke sekolahannya Alvin walaupun sekarang sudah tutup sepertinya.

***

Seen keluar dari dalam mobil miliknya setelah parkir di depan sekolah, pria itu melangkah mendekat pada satpam yang bertugas disana.

"Permisi,"ujar Seen yang langsung membuat satpam itu menoleh, sepertinya gerbang sekolah baru saja ditutup beberapa saat yang lalu.

"Iya?"

"Apa bapak melihat Alvin? Dia tak pulang, saya merasa khawatir dengan kondisinya sekarang."ujar Seen dengan langsung, ia ingin memastikan apakah satpam itu melihat Alvin atau tidak.

Satpam itu terlihat terdiam seperti berpikir, "apa nak Alvin sekolah hari ini? Saya tak melihat dia keluar dari sekolah tadi,"ujar pak satpam itu yang langsung membuat pikiran Seen menjadi buruk.

Apa terjadi sesuatu pada istrinya itu? Jika memang iya maka dirinya tak akan membiarkan orang yang melakukan semua ini tenang.

"Apa bapak bisa membuka gerbang nya sebentar? Saya ingin memeriksa kedalam sekolah karena tadi pagi saya sendiri yang mengantar dia ke sekolah ini tak mungkin dia bolos kan?"ujar Seen dengan perasaan cemas membuat satpam itu menganguk.

Ia juga merasa khawatir karena Alvin termasuk murid yang baik kepada dirinya hingga sering kali membelikan dirinya makanan.

Seen langsung berjalan cepat mencari ruangan kelas Alvin berada, ia merasa takut dan juga cemas sekarang. Ia takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan karena pernikahan mereka waktu itu, ia melupakan satu hal jika mungkin saja teman-teman istrinya itu tak menyukai pernikahan mereka. Kenapa dirinya baru sadar sekarang?

Saat sampai didepan kelas Alvin, Seen terdiam pintunya terkunci dan ia tak meminta kunci cadangan pada satpam tadi. Ia ingin memastikan Alvin ada didalam sana atau tidak walaupun sisi hatinya mengatakan itu tak mungkin karena pintu kelas nya sudah terkunci dengan rapat.

Seen menatap kesekeliling, tak ada satu orang pun yang bisa dimintai bantuan, tak ada pilihan lain.

Ia mengambil ancang-ancang sebentar sebelum mulai mendobrak pintu itu, satu kali percobaan tak bisa karena kunci nya cukup kuat sepertinya. Seen mencoba untuk yang kedua kalinya walaupun badannya terasa sedikit sakit, ia curiga karena jendela semua nya tertutup dengan rapat tanpa ada cela sedikitpun.

Percobaan ketiga pintu berhasil terbuka, Seen langsung mencium aroma busuk dari dalam kelas ini membuat ia langsung berlari masuk, menatap kearah sekeliling sebelum tatapannya mengarah pada seorang pemuda yang sangat ia kenali terbaring dilantai yang penuh dengan cairan merah serta bau busuk yang menyengat, kedua tangan Seen terkepal dengan sangat kuat sebelum berlari kearah pemuda itu, berjongkok disana tak peduli jika tubuhnya ikut kena cairan busuk itu.

"Alvin ..."panggil Seen dengan pelan saat pemuda itu berhasil masuk gendongan miliknya, kedua mata bulat itu tertutup, bagian bawah mata Alvin terlihat memerah serta sembab. Seen berharap tak terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada mata istrinya itu.

Dengan cepat Seen berjalan keluar karena tak mendapat jawaban apapun, Alvin pingsan.

Ia tak bisa membayangkan apa yang pemuda itu dapatkan tadi, dirinya tak seharusnya membiarkan Alvin pergi kesekolah tadi walaupun pemuda itu terlihat antusias namun ia luluh sehingga membiarkan istrinya itu pergi. Tapi apa yang terjadi sekarang? Ia tak akan pernah membiarkan semua orang yang sudah ikut dalam melakukan semua ini tenang, mereka sudah berani melukai miliknya dan dirinya tak akan pernah mengampuni orang-orang itu.

***

Seen berlari masuk kedalam rumah sakit membuat beberapa orang yang mengenal pria itu langsung menjauh karena bau busuk itu sangat menyengat sedangkan Seen sendiri tak peduli karena ia harus segera menyelamatkan istrinya itu.

Beberapa petugas mendekat dengan membawa brankar yang langsung membuat Seen meletakan tubuh lemas Alvin disana, pemuda itu segera dibawah keruang IGD untuk diperiksa, sedangkan Seen langsung menjatuhkan dirinya dilantai. Dunianya hancur melihat pemuda yang beberapa hari ini menjadi istrinya pingsan dengan keadaan memprihatinkan, baju putih yang penuh dengan noda hitam dan merah serta bau busuk yang sangat memyengat.

Ia mengira mereka tak akan berani melakukan semua itu karena ada dirinya sebagai suami Alvin sekarang namun nyatanya? Pembullyan memang tak pernah memandang siapa yang akan mereka bully, bagi mereka jika orang itu orang yang harus disingkirkan maka mereka akan langsung melakukan tindakan tanpa melihat siapa musuhnya.

Kedua tangan Seen terkepal dengan mata memerah, ia akan membalas semua yang terjadi sekarang dengan balasan yang setimpal. Darah dibalas darah, trauma dibalas dengan trauma juga. Ia takut Alvin akan trauma nantinya.

Bersambung..

Votmen_

Married Sugar Daddy [BXB] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang