Bagian tiga empat

6.2K 466 21
                                    

Beberapa hari kemudian Alvin sudah diperbolehkan pulang dengan catatan ia tak boleh terlalu berpikir dengan keras, tak boleh kelelahan dan juga tak boleh sampai telat makan serta minum obat.

Sekarang pemuda itu tengah berada didalam mobil duduk dikursi bagian belakang bersama dengan Xeral yang sejak tadi sibuk memperhatikan jalanan lewat jendela mobil, dengan mobilan besar berada dipelukannya. Balita itu begitu sangat menyukai mainan yang ayahnya itu berikan sehingga tak ingin sampai melepaskannya walau sebentar saja membuat Alvin maupun Seen senang karena itu semua.

Mereka tak ingin terlalu memanjakan Xeral dengan begitu banyak mainan namun mereka juga tak begitu membatasi untuk membelikan apa saja yang anak itu inginkan selama itu masih bisa dimakan dengan baik oleh balita itu, mainan juga kadang Seen belikan tapi tak terlalu sering agar tidak menjadi kebiasaan bagi anak itu untuk selalu membeli mainan.

"Xeral kemarin tinggal dirumah grendpa gimana? Seru?"tanya Alvin karena kemarin balita itu tinggal dirumah kedua orang tua Seen untuk membatasi dia berada dirumah sakit, karena anak kecil seperti Xeral tak baik berada dirumah sakit terlalu lama sehingga Seen memutuskan untuk menitipkan anaknya itu pada kedua orang tuanya.

Xeral menatap kearah bundanya itu sebelum menganguk dengan semangat. Disana banyak makanan sama seperti rumah mereka, grendmanya juga selalu membuatkan nya makanan yang banyak saat tengah bermain membuat ia merasa sangat betah tinggal disana, mereka baik sama seperti kedua orang tuanya. Xeral suka tinggal disana, tapi hari ini ia harus pulang kerumah dengan menjemput bundanya yang ada dirumah sakit, mungkin nanti ia akan minta diantar kesana lagi untuk bermain bersama dengan grendma dan juga grendpanya.

"Celu! Dicana uga banat matanan! Glenma celalu tacih Xelal matan! Telus pac tidul Xelal dibacain doneng!"ujar Xeral dengan semangat membuat Alvin tersenyum.

Siapa sangka dulunya ia merasa tak yakin bisa membesarkan seorang anak bersama dengan suaminya, namun sekarang saat melihat Xeral begitu bahagia ada rasa bangga tersendiri didalam hatinya karena sudah bisa membuat balita itu lebih bahagia dari pada tinggal dipanti asuhan dulu. Walaupun jasa pengurus disana tak akan pernah terganti karena sudah membesarkan Xeral dari balita itu masih bayi hingga sekarang saat bersama dengan mereka.

****

Malam harinya setelah merasa Xeral sudah tertidur dengan tenang didalam kamar mereka serta sudah memberi batasan guling dikedua sisi balita itu. Alvin memutuskan untuk berjalan kearah balkon karena sejak tadi suaminya itu sudah berada disana, menatap punggung lebar itu dengan senyuman tipis sebelum memeluk pria itu dari belakang dengan erat.

"Xeralnya sudah tidur?"tanya Seen dengan membalik tubuhnya sehingga sekarang ia bisa membalas pelukan hangat sang istri tak kalah erat.

"Sudah."jawab Alvin dengan menyamankan tubuhnya didalam pelukan suaminya itu, rasanya sangat tenang dan juga damai berada didalam pelukan pria yang sangat ia cintai itu.

"Kamu masih ingat pertemuan pertama kita dulu?"tanya Seen dengan memberikan beberapa ciuman di surai kecoklatan milik Alvin membuat pemuda yang tengah hamil itu menganguk dengan pelan.

Pertemuan pertama karena sebuah vidio yang diperlihatkan Raka pada dirinya. Disana ia begitu berani sehingga menawarkan dirinya sendiri untuk menjadi sugar baby dari pria itu, terdengar sangat menggelikan untuk diingat membuat Alvin merasa malu sendiri untuk itu semua.

"Kamu mendatangi mas bahkan memanggil mas dengan sebutan om. Sampai sekarang mas berpikir, apa mungkin wajah mas setua itu sehingga kamu panggil om? Padahal usianya mas baru mau 25 tahun. Tapi kamu memanggil mas dengan sebutan om."

Alvin memukul dada bidang suaminya itu dengan kencang, kenapa disaat seperti ini suaminya itu malah membuat ia merasa malu? Mengingat dirinya yang mendatangi pria itu dulu saja sudah membuat ia malu, dan sekarang suaminya itu mengatakan hal yang membuat ia malu lagi. Dulu ia memang asal berbicara sehingga memanggil Seen dengan sebutan om tanpa aba-aba sedikitpun, rasanya sangat memalukan.

"Hahaha, baikah mas berhenti godain kamu."ujar Seen dengan mengelus dengan pelan punggung istrinya itu.

"Kamu tahu? Saat mendengar jika keluarga kamu dan juga kamu setuju dengan pernikahan kita mas merasa cemas. Bagaimana tidak, pasangan yang saling mencinta saja bisa bercerai apa lagi kita yang hanya bertemu satu kali dan langsung menikah? Mas berpikir jika pernikahan kita tak akan lama karena perbedaan pendapat, berbedaan semua hal menjadi masalahnya. Tapi siapa sangka kita bisa sampai ketahap ini? Bahkan sudah mau mempunyai anak kedua yang akan menambah kebahagiaan keluarga kita. Semuanya tak pernah terpikirkan akan menjadi seperti ini karena nyatanya takdir tuhan jauh lebih baik dari apa yang kita rencanakan."ujar Seen dengan memeluk dengan erat tubuh istrinya untuk menyampaikan rasa bahagianya lewat pelukan.

"Aku juga nggak pernah berpikir semuanya akan jauh lebih baik. Aku kira kamu sudah mempunyai istri tapi karena berita itu kamu memaksa untuk bertanggung jawab hingga nanti aku akan ditinggalkan. Terkesan sangat absurd namun itulah yang selama ini aku pikirkan."ujar Alvin, ikut mengatakan semua yang dulu tak bisa ia ungkapkan secara langsung pada suaminya itu, hingga sekarang semua itu bisa ia ungkapkan semua tanpa tersisa apapun.

Semua yang berawal dari kesalahan satu orang membuat semuanya menjadi seperti ini. Nyatanya takdir tuhan jauh lebih baik dari apa yang kita rencanakan, kita memang bisa mengubah takdir yang ada namun itu tak akan mungkin lebih baik dari takdir yang sudah ditentukan oleh yang diatas.

****

Beberapa bulan berlalu dengan begitu cepatnya hingga sekarang Alvin tengah berada didalam ruang operasi untuk melahirkan anaknya.

Sembilan bulan bukan waktu yang sebentar untuk dirinya karena ia seorang pria yang seharusnya bekerja bukannya hamil tapi malah mendapatkan anugrah ini. Hari-hari ia jalani dengan tenang karena ada suaminya yang selalu ada sisinya, anaknya yang semakin hari semakin pengertian membuat Alvin merasa beruntung karena ini semua. Mungkin hamil tak pernah terpikirkan olehnya karena dirinya mengira itu tak akan terjadi pada dirinya namun takdir berkata hal yang berbeda hingga mau tak mau ia harus menerima semua itu dengan baik tanpa harus mengeluh.

Seen menunggu diluar bersama dengan kedua keluarga serta Xeral yang ikut juga karena balita itu ingin melihat secara langsung bagaimana adiknya itu saat lahir nanti.

"Adit na nanti cama tayac Xelal atau beda?"tanya Xeral karena ia bingung adiknya nanti akan sama dengan dirinya atau tidak karena dipanti ada sebagaian yang tak seperti dirinya karena mereka perempuan. Ia ingin tahu apakah adiknya perempuan atau laki-laki.

"Adiknya nanti akan cantik, dia berbeda dari kamu. Jadi nanti Xeral harus jaga adiknya dengan baik ya?"ujar Seen yang langsung membuat Xeral menganguk dengan semangat.

Tak lama terdengar suara tangisan bayi membuat semua orang yang tengah menunggu diluar bernapas dengan tenang karena operasinya berjalan dengan lancar.

Beberapa jam kemudian Seen dan juga keluarganya sudah diperbolehkan masuk untuk melihat anaknya serta istrinya, terlihat Alvin dengan menggendong bayi kecil yang terlihat sangat cantik itu, membuat Xeral yang tengah duduk disamping bunda nya itu tertawa senang karena adiknya sudah keluar setelah sekian lama didalam perut bundanya.

"Bunda, nama adit na Xelal capa?"tanya Xeral dengan menatap bundanya itu membuat Alvin tersenyum kecil.

"Jeslin Axciando."ujar Seen dengan menatap putri kecilnya itu membuat keluarga yang mendengar nama itu langsung menganguk setuju karena memang nama itu sangat cocok untuk cucu mereka.

SELESAI

#sorry kalo kurang memuaskan untuk kalian semua karena inilah yang gue bisa. Maaf ya kalo banyak kurangnya untuk cerita ini. Semoga dicerita selanjutnya kalian masih mau dukung gue, walaupun ceritanya kurang panjang ataupun memuaskan. Makasih yang udah nemenin gue dari chapter pertama hingga akhir ini. Sampai jumpa dicerita selanjutnya.

Married Sugar Daddy [BXB] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang