Bagian dua tujuh

5.2K 537 8
                                    

Alvin menatap bosan kearah kamar miliknya dengan Seen, bisa-bisanya suaminya itu menyuruhnya tinggal dirumah saja dan tak boleh ikut bersama dengan Seen untuk menjemput anak yang mereka adopsi.

Anak itu sudah bisa diajak kerumah mereka sekarang karena masa belajarnya dipanti sudah habis, Seen sengaja melakukan itu agar anak mereka nanti bisa lancar berbicara walaupun nanti ia sendiri yang akan mengajarinya juga untuk hasil yang memuaskan.

"Huh bosan, gue harap setelah anak itu nanti datang gue nggak bakalan ngerasa kesepian lagi dirumah sendirian saat mas Seen kerja."ujar Alvin dengan mengelus perutnya yang masih rata.

Kedua keluarga sudah tahu tentang kamar ini namun mereka belum bisa datang dalam waktu dekat ini karena kerjaan mereka cukup banyak, Alvin sendiri tak merasa keberatan karena itu pekerjaan orang tua mereka yang tak boleh ditinggalkan begitu saja.

"Gue ngerasa beruntung mendapatkan semua ini walaupun untuk mendapatkan semua itu gue harus kehilangan sekolah gue dan cita-cita yang sejak kecil gue impikan."gumam Alvin dengan tatapan mengarah pada foto pernikahannya dengan Seen.

Ia bahagia bisa mendapatkan semua ini bahkan sangat bahagia tapi untuk mendapatkan semua ini dirinya harus kehilangan masa depan yang dulu ia bayangkan, dunia ini tak ada yang gratis semua didapatkan saat ada timbal balik yang setimpal.

***

Seen terdiam dengan terus menyetir mobil yang ia kendarai. Beberapa saat yang lalu dirinya baru saja menanda tangani surat sebagai orang tua sambung dari balita yang sekarang ada disampingnya.

Sejak tadi balita itu hanya diam tanpa mengatakan hal apapun, bahkan dari didalam panti tadi balita itu masih terdiam tanpa mengatakan satu katapun membuat Seen merasa heran, bukankah anak kecil identik dengan tingkahnya yang aktif dan sering berbicara tapi kenapa anak yang sekarang sudah resmi menjadi anaknya hanya diam saja?

Ia jadi merasa canggung untuk berbicara karena takut balita itu merasa tak nyaman namun jika dibiarkan maka itu tak akan bagus karena mereka akan hidup bersama nantinya.

"Nama kamu siapa?"tanya Seen seperti berbicara pada temannya sendiri saat perkenalan disekolah, padahal ia sudah tahu nama anaknya itu.

"Em?"

Terlihat balita yang memiliki pipi besar itu langsung menatap kearah Seen dengan tatapan bertanya karena ia sama sekali tak fokus karena sibuk memperhatikan jalanan yang mereka lewati, dengan sesekali mata bulat itu menatap penjual yang menarik dipandangannya namun tak berani untuk bilang karena terbiasa tak mengatakan apa yang ia inginkan karena dipanti, semua keinginannya tak pernah terpernuhi dengan penuh karena harus berbagi dengan anak-anak yang lainnya.

Seen tersenyum tipis, balita itu mulai mau diajak interaksi.

"Nama kamu siapa?"tanya ulang Seen dengan tatapan terus fokus kedepan.

"Nama atu? Nama atu Xelal,"ujar balita itu dengan menatap pria disampingnya, ibu panti mengatakan jika pria itu akan menjadi orang tua barunya. Orang tua yang akan memberinya banyak kasih sayang.

"Xelal?"tanya Seen dengan senyuman tipis, suara serta perkataan cadel balita itu terlihat sangat menggemaskan.

"Um! Xelal! Xelal, dicamping e na ada l jadi Xelal!"ujar balita itu dengan menjelaskan apa yang orang tua barunya itu ketahui.

"Xeral?"tanya Seen yang langsung membuat balita bernama Veral itu menganguk dengan mantap.

"Benel! Xelal! Ayah apet bintang lima!"

Hati Seen menghangat mendengar panggilan itu, 'ayah?' Panggilan sederhana namun bisa membuat dirinya merasa terharu, ternyata seperti ini rasanya menjadi seorang ayah.

"Xeral nama yang bagus. Kamu sekarang umurnya berapa? Kok pinter banget bicaranya."ujar Seen dengan terus fokus mengemudi agar tak terjadi hal diluar dugaan dengan sesekali mengajak sang anak berbicara agar mereka semakin dekat nantinya.

Terlihat balita itu terdiam dengan mengadahkan semua tangannya, terdengar suara kecil dari Xeral membuat Seen yakin jika anaknya itu tengah berhitung, entah menghitung apa ia sendiri bingung.

"Te temu! Umul na Xelal cetalang tiga tanun lebih cedikit!"ujar Xeral setelah terdiam cukup lama untuk menghitung umurnya sekarang berapa membuat Seen tersenyum melihat itu semua, pasti Alvin akan merasa senang saat bertemu dengan anak mereka yang sangat menggemaskan ini.

"Ayo turun,"ujar Seen saat sampai didepan indosi didekat rumah mereka dengan keluar dari dalam mobil sebelum berjalan kearah Xeral yang tengah menunggu dirinya dengan baik.

"Tita mau temana ayah?"tanya Xeral dengan mengikuti langkah lebar milik Seen dengan kedua kaki gembul miliknya, tangan kecil itu menggenggam satu jari milik Seen dengan sangat erat.

"Kita akan membeli jajanan didalam sana,"ujar Seen yang langsung membuat Xeral terdiam ditempatnya sehingga membuat Seen ikut berhenti berjalan sebelum menatap anaknya itu dengan tatapan bertanya. Kenapa setelah ia mengatakan semua itu sang anak malah terdiam.

"Tita pulang aja ayah ... nanti uang na ayah habic ...."ucap Xeral dengan pelan, ia selalu diajarkan untuk menyimpan uang dengan baik agar tak kelaparan nantinya karena jika ia boros maka nanti ibu panti tak bisa membeli beras untuk mereka makan. Ia tak mau sampai tak makan karena jajan didalam sana karena Xeral sangat menyukai nasi wakaupun ia juga suka jajanan.

Seen terdiam mendengarkan semua itu. Pasti ada alasan yang sangat berat sehingga membuat anak sekecil ini memikirkan semua itu disaat anak-anak yang lainnya hanya memikirkan jajan, beli mainan, jajan, beli mainan tapi Xeral?

Seen menunduk sebelum menggendong tubuh kecil itu didalam gendongan miliknya. "Ayah punya uang untuk jajan, jadi kamu tak perlu merasa khawatir. Bahkan Xeral bisa membeli apapun yang kamu inginkan sekarang."

****

Seen menggengam tangan balita kecil disampingnya untuk mengajaknya masuk kedalam rumahnya dan juga Alvin yang sebentar lagi juga akan menjadi rumahnya Xeral anak sambung mereka berdua.

Balita itu terlihat menggenggam dengan erat bungkusan kecil ditangannya yang berisi begitu banyak permen serta coklat, ia meminta beli satu tapi ayahnya itu malah mengambil satu bungkusan alhasil sekarang ia sendiri yang membawa itu karena ayahnya juga membawa begitu banyak makanan ditangannya.

Seen mengetuk pintu beberapa kali sebelum pintu utama terbuka dengan menampilkan sosok Alvin yang sepertinya baru bangun terlihat dari wajah bantalnya.

Pemuda itu terlihat terdiam beberapa saat sebelum menatap kearah Xeral dengan senyuman manis miliknya, ia sering bertemu dengan balita itu sehingga saat Seen mengatakan akan mengadopsi anak ia langsung menyarankan untuk nengadopsi Xeral.

"Xeral!"ujar Alvin yang langsung membuat balita itu tersenyum sebelum berlari kearah Alvin dengan semangat.

"Tata Avin!"ujar Xeral tak kalah semangat membuat Seen tersenyum kecil melihat itu semua, pemandangan yang sangat menggemaskan untuknya.

Bersambung..

Votmen_

Married Sugar Daddy [BXB] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang