Bagian delapan belas

5.6K 576 10
                                    

Seen mengangkat pandangannya saat sadar akan sesuatu, ia belum mengabari mommy serta keluarganya Alvin.

Ia ragu untuk memberitahu keluarganya serta keluarga Alvin, pasti mereka akan kecewa apa lagi kedua orang tuanya Alvin, Seen tak bisa membayangkan bagaimana tanggapan mereka berdua tentang dirinya yang tak bisa menjaga anak mereka dengan baik.

Namun ia harus memberitahu keluarga nya tentang semua ini karena mereka berhak tahu tentang masalah ini.

Seen langsung mengeluarkan handphone miliknya walaupun dengan tangan bergetar, ia merasa tak siap untuk semua ini. Rasanya sangat berat, ia takut miliknya terluka parah hanya karena fans sialan miliknya.

"Seen? Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan Alvin?"

Seen menutup kedua matanya saat mendengar pertanyaan itu dari mommynya, suara itu tersimpan begitu banyak rasa khwatir.

"M-mom ..."

Suaranya tersedat saat ingin mengatakan semuanya, rasanya sangat sulit, ia tak bisa membayangkan bagaimana tanggapan mereka nantinya. Pasti mereka akan kecewa pada dirinya.

"Seen? Kenapa sayang? Bilang sama mommy? Ada apa? Apa Alvin dalam masalah?"

Seen mengepalkan tangannya mendengar pertanyaan itu, orang tua memang tak akan bisa dibohongi sekuat apapun ia menyembuyikan semuanya.

"Alvin dibully sama temam-teman kelasnya mom, kondisinya sedang tak baik sekarang. .... aku tengah berada di rumah sakit keluarga ..." sambungan itu Seen putus secara sepihak, ia tak tahan untuk mengatakan semua nya.

Rasanya sangat berat, ia telah gagal menjadi seorang suami padahal pernikahan mereka baru dua hari namun sekarang apa yang pemuda itu dapatkan? Rasa sakit dan juga trauma, mungkin jika tak bertemu dengan dirinya masalah ini tak akan datang pada Alvin, ia memang pembawa sial.

****

Beberapa menit kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat membuat Seen langsung mengangkat pandangan miliknya karena sejak tadi ia hanya menyembuyikan wajahnya dikedua lutut miliknya. Bau busuk dari pakaiannya sama sekali tak ia hiraukan.

Saat tatapan Seen terangkat, disana sudah ada daddy, mommy, papanya Alvin serta daddynya Alvin. Kedua mata Seen kembali memerah, ia tak siap melihat wajah kecewa mereka namun semua itu diluar dugaan miliknya, papanya Alvin berjongkok disamping dirinya sebelum memberikan pelukan pada tubuhnya, rasanya sangat tenang karena sejak tadi pikiran aneh terus berkeliaran didalam benaknya.

"Kamu tidak salah disini. Ini semua sudah takdir jadi mau seberapa jauhpun kita menghindar pasti takdirnya akan selalu mengejar,"ujar Kiano dengan pelan.

Hatinya sakit mendengar perkataan dari Ravel jika anak tunggalnya mengalami pembullyan disekolahnya, ia juga merasa gagal menjadi orang tua karena tak bisa menjaga anaknya dengan benar, mereka sudah melakukan cara terakhir berharap masalah ini tak akan terjadi namun semuanya tetap saja terjadi.

"Saya tidak becus menjadi seorang suami untuk Alvin ..."gumam Seen dengan melepaskan pelukan milik papanya Alvin.

Ia berdiri dengan menatap kedua keluarga dihadapan dirinya sekarang, tatapan mereka terlihat sangat khawatir dan juga penasaran.

"Seen, apa yang sebenarnya terjadi?"tanya Ravel dengan mengelus punggung anak sulungnya itu sehingga membuat Seen terdiam beberapa saat, ia belum siap untuk bercerita namun kedua keluarga pasti akan penasaran 'kan?

"Tadi saat mommy mengatakan padaku jika Alvin tak pulang dan handphonenya tak bisa dihubungi, aku langsung merasa cemas karena bagaimanapun isu tentang vidio itu belum sepenuhnya selesai sampai aku memberanikan diri datang kesekolahnya Alvin. Satpam yang disana mengatakan jika Alvin tak ada keluar dari sekolah hingga dia mengira Alvin tak masuk sekolah. Perasaanku semakin cemas sehingga aku meminta izin masuk kedalam sekolah, untungnya satpam memberi izin sehingga aku tak perlu bersusah payah untuk meminta itu semua."

Seen terdiam setelah mengatakan kalimat panjang itu, rasanya sangat menyakitkan jika harus menceritakan semua yang terjadi.

"Saat sampai didalam kelasnya disana baunya sangat busuk. Hingga aku menemukan Alvin dalam keadaan pingsan dengan bawah mata berwarna merah, aku takut mereka melakukan hal aneh pada matanya." Sambung Seen dengan sangat pelan, ia berharap semua ini hanya mimpi buruk saja karena nanti saat ia terbangun semuanya akab baik-baik saja.

***

Beberapa jam kemudian dokter mengatakan jika Alvin sudah bisa dijenguk sekarang sehingga sekarang kedua keluarga langsung masuk kedalam ruangan dimana Alvin berada.

Dokter mengatakan jika mata Alvin hanya infeksi sebentar karena bubuk cabai yang masuk kedalam air itu tak terlalu banyak, namun harus terus dijaga karena mungkin kondisi mentalnya tak akan bisa stabil dalam waktu dekat ini.

Sedangkan Seen masih diperjalanan karena sempat pulang untuk berganti pakaian, ia tak ingin Alvin tak nyaman nanti saat bertemu dengan dirinya.

Kiano menatap anak tunggalnya dengan kedua mata berkaca-kaca, apa lagi saat melihat Alvin hanya diam saat mereka masuk kedalam ruan rawatnya, ia tahu anaknya tengah terguncang sekarang.

"Alvin,"ujar Kiano dengan suara bergetar, tangan yang sudah membesarkan Alvin sejak kecil itu terlihat bergetar untuk mengelus surai kecoklatan milik anaknya.

Kedua mata bulat yang terlihat sembab itu menatap kearah papanya sebentar sebelum menunduk, Alvin merasa takut namun sekarang ada keluarganya disini tak mungkin mereka akan datang kesini untuk melempari dirinya telur busuk dan juga air bubuk cabaikan?

"T-ternyata menjadi berbeda itu sulit. Mereka tak akan pernah mengerti sebelum merasakannya secara langsung. Aku tak pernah meminta untuk menjadi berbeda tapi takdir memberikan semua ini,"gumam Alvin dengan pelan membuat Ravel, Agara, Alkana dan juga Kiano terdiam.

Masalah ini pasti terjadi karena anak mereka berbeda, mereka melakukan semua itu beramai-ramai sedangkan anak mereka sendirian, ia yakin pasti yang melakukan semua ini tak sendirian.

"Kamu tidak salah. Mereka yang tak bisa menerima semuanya dengan baik, kita tak salah karena takdir memang membuat semua ini, tak ada yang mau terlahir berbeda namun kita hanya manusia yang bisa menerima semuanya saja tanpa bisa menolak semuanya."ujar Ravel dengan ikut mendengar kearah menantunya itu, ia tahu pasti sulit untuk Alvin melewati semua ini tapi ia yakin menantunya itu pasti bisa.

****

Setelah beberapa saat menemani Alvin. Kedua keluarga pamit pulang sebentar karena sudah malam sekarang, mereka akan datang lagi besok. Dengan sangat kebetulan juga saat mereka keluar ada Seen yang baru saja datang dengan membawa begitu banyak barang belanjaan, mereka yakin itu pasti untuk menghibur si manis.

"Kau pasti bisa Seen."ucap Alkana dengan senyuman kecil pada menantunya itu.

Seen menganguk sebagai jawaban sebelum berjalan masuk kedalam ruang rawat Alvin, menutup pintu itu serta menguncinya sebelum berjalan mendekat kearah Alvin. Senyuman kecil ia berikan untuk si manis.

"Kau baik? Maaf baru datang karena tadi harus mengantri untuk membeli semua ini untukmu." Ujar Seen dengan meletakan semua makanan yang ia bawa sebelum berjalan mendekat kearah Seen sekarang berada.

Cup!

Bersambung...

Votmen_

Married Sugar Daddy [BXB] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang