23 : The Angel's Wand

644 79 15
                                    

Seoul - South Korea
14 : 30 KST

Shezmu's Bar

"Ah begitu..". Balas Changbin dengan anggukan paham kala pemuda yang terduduk di hadapannya telah selesai berbicara panjang lebar. "Jadi, kau pulang dengan siapa ?".

Pemuda tersebut mengeluarkan kotak rokok dari saku baju hangatnya membuat Changbin menaikkan satu alisnya. "Hmm, aku akan menunggu sampa hujan reda. Maaf telah berbohong padamu karena aku mengatakan sedang menunggu seorang supir".

"Apa kau punya korek ?". Tanya pemuda tersebut menjulurkan satu tangannya ke arah si empu. Langsung saja Changbin merogoh saku celananya dan memberikan sebuah korek elektrik dari sana.

"Jadi kau mahasiswa sarjana dua di universitas ternama, itu hebat apalagi mengetahui kau mengambil jurusan yang bergengsi". Puji Changbin meminum secangkir kopi hitamnya perlahan.

Pemuda tersebut tertawa pelan. "Jangan berlebihan, aku mengambil sarjana dua karena jika tidak ayahku pasti akan menempatkanku di perusahaannya". Balasnya sembari menghisap batang rokok tersebut.

"Bukankah itu bagus ? Kau mendapatkan pekerjaan tanpa harus menunggu dan mencari". Ucap Changbin.

Faktanya bahwa di bar ini hanya tersisa keduanya, bar sudah tutup dan para karyawan sudah pulang. Namun, tidak menyangka bahwa keduanya berbincang cukup lama membuat mereka bisa melepas rasa canggung.

"Tidak juga, aku lebih suka hidup seperti ini. Aku tidak perlu melakukan sesuatu untuk mendapatkan uang, karena orang tuaku selalu memberikannya setiap minggu".

Changbin mengangguk paham, dalam hati ia cukup kagum dengan kehidupan orang-orang kaya di luar sana, mereka menganggap bahwa uang bukanlah sesuatu yang besar dan bisa mengeluarkannya sesuka hati mereka tanpa mengkhawatirkan apapun.

"Kau hebat Jeongin-ssi". Ucap Changbin, namun pemuda tersebut menyerngitkan dahinya kala si empu mengucapkan namanya dengan formal.

"Ahk.. tunggu. Usiamu dua tahun lebih tua dariku, kau tidak perlu seformal itu denganku. Hyung..". Ucap Jeongin, pemuda berusia dua puluh enam tahun itu sembari menumpu dagu dengan tangannya.

Changbin tersenyum miring. "Kalau begitu biarkan aku memanggilmu tuan muda. Itu tidak formal bukan ?".

Jeongin menampilkan ekspresi kesalnya membuat Changbin tertawa. "So.. Jeongin-ah, eum.. sudah kupastikan kau memiliki seorang kekasih, apa dia seseorang yang hebat ?".

Jeongin berdecih pelan, sembari menghembuskan asap rokoknya. "Apa yang kau bicarakan hyung ? Jika kau tertarik padaku bilang saja, apa sulitnya ?".

Changbin terkekeh pelan, ia tak pernah bertemu dengan seseorang yang mudah akrab bahkan dengan orang yang baru ia temui. "Hmm, begitu ya ? Jadi jika aku tertarik padamu tidak akan ada yang marah ?".

"Tidak akan ada, karena seseorang yang aku sukai tidak menyukaiku. Dia tidak peduli denganku". Ucap Jeongin penuh penekanan menatap Changbin yang kini terkejut dengan perkataannya.

Changbin kembali menyicip kopi hitam miliknya. "Ahk.. begitu ya. Apa ada seseorang yang tidak menyukai seorang Yang Jeongin, kau hanya bercanda bukan ?".

Jeongin menghela nafas. "Dia satu-satunya sepertinya. Yap.. pria yang besar kepala dan sombong, arogan dan pemarah".

Jeongin menumpu dagunya di atas punggung tangannya menatap kosong permukaan meja itu dengan senyumannya. "Tapi siapa yang peduli ? Dia tampan, kaya raya, sexy, tubuhnya yang sempurna, penuh energi dan nafsu untuk memulai permainan di ranjang". Monolog Jeongin.

Dalam kepala pemuda itu dibayangkan sesosok pria yang ia bicarakan, pria yang dulu sangat dekat dengannya namun ia merasa sekarang pria tersebur menjaga jarak bahkan tidak peduli dengannya sama sekali.

Closed Eyes | Hyunlix [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang