26 : Life, Reality, Family

623 84 20
                                    

Seoul - South Korea
10 : 45 KST

Felix keluar dari pintu taksi setelah melakukan pembayaran, dengan terburu-buru ia turun dan berlari menuju bangunan dimana ia tumbuh dan tinggal selama ini. Ya, itu adalah rumah milik keluarga Seo, bangunan sederhana yang penuh dengan kehangatan.

Felix membelalakan kedua matanya, kala terdapat sebuah truk kontainer terparkir tak jauh dari sana. Beberapa pekerja membawa barang-barang yang familiar dimatanya yang mereka bawa dari arah rumahnya.

Tidak sempat berkata-kata langsung saja Felix pergi ke halaman rumah tersebut, kala disana banyak sekali pekerja yang sedang mengeluarkan barang-barangnya. Ia melihat dua orang pria memasangkan sebuah spanduk berukuran besar tepat di dinding rumahnya.

'Rumah Ini Disita Oleh Bank'

"Apa..? B-bagaimana bisa ?".

Felix membeku melihat spanduk tersebut. Dia tahu benar bahwa Eunsoo memilik hutang kepada sebuah bank, di samping dari pinjaman ilegal lainnya. Tapi.. satu hal yang janggal adalah selama ini Felix tidak pernah menyimpan uang hasil kerja kerasnya, uang yang Felix hasilkan tentu saja jauh lebih banyak dari yang dihasilkan di bar.

Penghasilannya selama ini bekerja dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, dan kepentingan lainnya yang mana ia simpan di rekening milik Eunsoo sebab Changbin menolaknya.

"Hutang dari bank itu- bukankah eomma mengatakan bahwa semuanya sudah lunas ?".

Felix mengalihkan perhatiannya kala seseorang yang sangat familiar keluar dari rumah itu dengan wajah kusut.

"Hyung..".

Si empu menatap ekspresi pria tersebut, tatapan kosong dimatanya. Namun walaupun sekarang ia berada dihadapannya. Pria itu hanya berjalan lurus melewatinya begitu saja.

"Changbin-hyung, ada apa ?". Tanya Felix, menatap punggung Changbin yang kini berjalan keluar dari halaman rumah ini.

Tidak ada jawaban, namun tiba-tiba saja Felix mendengar suara tangisan dari dalam rumah yang ia yakini adalah suara tangis Eunsoo. Melupakan Changbin sejenak, si empu berlari kedalam rumah mencari tahu dimana sumber suara itu.

"Nyonya, kami sudah berbicara baik-baik denganmu sejak lama sekali. Tapi apa hasilnya ? Kau sama sekali tidak tahu malu, kami terpaksa harus menyita semua propertimu. Rumah ini dan bar milik mendiang suamimu". Ucap seorang pria berjas abu tua sedang berbicara kepada Eunsoo yang terduduk di sudut dinding ruangan ini.

Felix buru-buru pergi mendekati keduanya. Ia sungguh terkejut melihat Eunsoo yang terduduk menangis di lantai dengan keadaannya yang terlihat sangat pucat, ditambah beberapa memar berada di wajahnya.

"Felix !".

Ucap Eunsoo kala melihat Felix di hadapannya. Si empu masih terkejut dengan kondisi Eunsoo yang memprihatinkan, entah apa yang telah terjadi sampai-sampai semuanya kacau disini dan mengapa mereka harus pergi dari rumah sakit sedini itu ?

"Eomma, ada apa..?". Lirih Felix, bertanya kepada Eunsoo yang masih terisak dibawah sana.

Ekhem

"Maaf anak muda, jika kau melihat betapa kacau nyonya ini dan..
memar di tubuhnya bukan kita yang melakukannya. Kami dari Bank Nasional, kami disini melakukan pekerjaan kami dan mengambil hak kami kepada seseorang yang tidak memenuhi kewajiban sebagai peminjam dana dan mengambil jaminan yang telah di sepakati. Disini kami tidak melakukan kekerasan apapun, nyonya ini hanya tidak ingin meninggalkan rumahnya". Jelas pria berkacamata hitam itu, menjelaskan panjang lebar dengan apa yang terjadi saat ini.

Felix mendudukkan dirinya, berusaha menenangkan Eunsoo dengan memeluk wanita tersebut. "Eomma, tenanglah terlebih dahulu, aku mohon".

Eunsoo membalas pelukan Felix, memeluk si empu dengan sangat erat, menumpahkan air matanya di bahu pemuda itu. "Felix... maafkan aku".

Closed Eyes | Hyunlix [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang