Seoul - South Korea
Melangkahkan kakinya masuk kedalam mansion mewah yang kini disebut si empu sebagai sebuah rumah. Iya, rumah tempat kita pulang dan kembali, tempat kita memulai hari yang baru dan mengakhiri hari ini. Tempat dimana kita bisa mengeluarkan semua keluh kesah, dalam keadaan senang dan duka. Tempat dimana kita dapat merasakan hangatnya kebersamaan dan kasih sayang.
Mansion ini, memang tidak sebagus dan semewah miliknya, tidak banyak pelayan dan chef pribadi di rumah ini. Namun, baru saja ia melangkahkan kaki, rasa kehangatan sudah memeluk lembut tubuhnya. Hyunjin menatap si empu yang kini berjalan di sampingnya, menggandeng lengannya. Ia melontarkan senyuman manis kearahnya, dibalas hal yang sama oleh dirinya.
Aroma hidangan yang lezat sudah dapat tercium dari jauh, ia belum menyentuh hidangan apapun sejak kemarin malam. Rasanya kala mencium aroma lezat ini membuat perutnya meronta-ronta, ingin semua hidangan itu masuk kedalam sana.
"Hyunjin".
Hwang Haejoon merekahkan senyumnya, melihat putranya yang begitu ia rindukan datang melangkah ke rumah ini. Ia memberdirikan tubuhnya, untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lihat bukan hanya khayalan tetapi benar-benar putra kandungnya, Hwang Hyunjin.
Hyunjin bertemu dengan kedua manik pria paruh baya itu, sesosok satria yang begitu ia kagumi sekarang, betapa kuatnya seorang pria yang ia sebut sebagai 'ayah' dengan sabar menghadapi dirinya yang tersesat dengan banyak manipulasi yang begitu menyakitkan, juga kedua mata yang tertutup akan kebenaran.
Ia merekahkan senyumnya melihat ayahnya itu, tanpa basa-basi ia mendekatkan dirinya menuju Haejoon dengan cepat. Sampai, ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai, menyimpan dahinya di permukaan marmer ini tepat di depan Haejoon.
"Appa, maafkan aku. Maafkan aku untuk semuanya, aku a-anak yang kurang ajar. Kau benar-benar sabar menghadapiku, appa".
Ucapnya dibawah sana dengan air mata yang masih menetes dari matanya. Haejoon menatap si empu dengan iba, bagaimana putranya yang memohon mendapatkan permintaan maaf darinya, walaupun begitu Haejoon tidak pernah benar-benar membenci Hyunjin putra kandungnya, sebab ia tahu bahwa semua ini bukanlah salahnya dan Hyunjin hanya tertutupi oleh kebohongan yang ibunya bual.
"Hyunjin, putraku". Haejoon merundukkan tubuhnya, sejajar dengan si empu. Ia mengangkat bahu Hyunjin, agar pemuda itu menghentikan aktivitasnya.
Hyunjin menatap ayahnya. "Appa, aku minta maaf kepadamu, sebesar-besarnya. Aku tidak tahu apa kau bisa memaafkan aku atau tidak, tetapi aku sungguh menyesal atas perilaku aku selama ini kepadamu juga yang lain". Ucap Hyunjin dengan sungguh-sungguh.
Haejoon mengusap halus bahu si empu, sesosok yang begitu ia rindukan selama ini, ia tidak pernah diberi kesempatan untuk dekat dengan putranya sendiri, sampai hari ini. "Appa telah memaafkanmu, appa tidak pernah benar-benar membencimu Hyunjin, semua orang yang ada disini, mereka sungguh menyayangimu, kita adalah keluarga". Jelas Haejoon dengan sungguh-sungguh.
"Hyunjin, kau sudah datang nak !".
Hyerin yang baru saja datang dengan piring di kedua tangannya. Langsung menyambut hangat si empu, Haejoon merekahkan senyumnya ia membawa pemuda itu untuk memberdirikan tubuhnya.
"Eomma ? Aku bisa memanggilmu seperti itu ?". Tanya Hyunjin membuat Hyerin terkekeh pelan dan mendekat kearah si empu, Hyerin menggenggam kedua bahu si empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Closed Eyes | Hyunlix [✔]
FanfictionSetelah mendapatkan kesempatan untuk mengubah hidupnya lebih baik dengan bekerja sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi dari seorang CEO dan Presiden Direktur pemilik perusahaan ternama, Felix tidak menyangka bahwa hal ini menjadi awal baru ba...