46|Shocking Fact

3.3K 96 13
                                    

Happy Reading
~Vote Before Reading~

🌻🌻🌻

"Bella, anak-anak udah tidur?" tanya Rania saat melihat Bella yang baru saja keluar dari kamarnya. Barangkali baru saja selesai memberi si kembar asi.

Kini Bella sudah bisa keluar dari rumah sakit kerna segala urusannya di sana telah selesai. Lagian dia dan anak-anak nya baik-baik saja jadi tak perlu berlama-lama dirumah sakit.

Lagipula ia tak menyukai suasana rumah sakit itu. Bella lebih menyukai berada di rumah berbanding di rumah sakit yang penuh dengan aroma ubat-ubatan yang kadang bikin mual.

Mereka juga tak mempermasalahkan itu kerna lebih baik menjaga Bella dirumah saja kerna lebih gampang.

"Iya mah baru aja. Ryna rewel banget, kalo Ryan gampang aja ditenangin lah kalo Ryna susahnya minta ampun" ujar Bella lemas lalu duduk disamping Rania yang seorang diri saja disana.

"Hahaha itu biasa dong Belle. Kalo kamu mau tau kamu dulu juga gitu. Bahkan kamu itu yang paling susah banget kalo dijaga apalagi kalo malem. Mama juga dulu linglung buat nenangin kamu supaya bisa bobo lagi" sahut Rania sambil terkekeh mengingat kembali waktu dimana ia baru saja melahirkan Bella dan Zella.

"Hehehe maaf ma, sekarang aku baru tau gimana susahnya jadi orang tua. Aku pikir jadi orang tua itu gampang mah. Kasi makan sayang Sama mereka, kasih perhatian. Aku pikir itu aja udah cukup buat mereka. Ternyata susah mah. Apalagi aku itu harus ngejagain mereka tiap detik. Ini aja mereka masih bayi, kalo udah gede nanti gimana?" tanya Bella dan mulai membayangkan gimana susahnya ia untuk membesarkan anak-anaknya nanti.

"Gakpapa itu, mama dulu saat pertama kali jadi seorang ibu juga susah banget. Kadang tuh rasanya mama mau nyerah aja. Kadang juga mama nyesel kenapa mama harus punya anak. Tapi mama gak sadar kalo kalian itu yang kadang jadi orang yang bisa nyenengin mama kalo lagi down" ujar Rania menceritakan bagaimana ia dulu.

Ia juga bukanlah seorang ibu yang sempurna dulu. Bahkan beberapa kali juga anak-anak nya pernah terluka kerna kecerobohannya yang mengabaikan mereka.

"Tapi walau apapun itu mah, dimata kita mamah itu paling hebat paling sempurna" ucap Bella.

Rania memeluk Bella kerna terharu mendengar ucapan Bella yang sungguh membahagiakan dirinya.

Pintu kamar yang terbuka membuat Rania dan Bella berpandangan kearah kamar Devin. Ternyata itu Devin. Sontak mereka melepaskan pelukan mereka.

"Mereka mana, udah tidur?" tanya Devin menanyakan tentang si kembar siapa lagi kalau bukan Ryan dan Ryna.

"Emm iya" jawab Bella.

Ia menunjukkan sofa didepannya memberi kode agar Devin duduk disana. Devin yang pada dasarnya memang cepat mengerti langsung saja duduk berhadapan dengan Bella dan juga Rania.

Rania memandang Devin dengan senyuman lembutnya. Ia tau jika Devin masih belum bisa menerimanya bahkan seluruh keluarganya setelah apa yang mereka lakukan pada Bella.

Ya ia memahami apa yang Devin rasakan. Ia mengerti jika Devin pasti juga merasa kesal atas perlakuan yang telah mereka lakukan kerna ia tau Devin sangat mencintai Bella.

Rania tak pernah menyalahkan jika Devin masih merasa kesal kepada nya kerna memang pada dasarnya itu adalah salahnya. Sedangkan Devin saja tak bisa memaafkan kesalahannya apalagi dirinya yang sudah melakukan kesalahan itu.

A Great Woman, BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang