14|Recognition

4.5K 133 0
                                    

Happy Reading 🤗
Vote before reading!

🌻🌻🌻

Sampai kini Angga masih memikirkan tentang Bella. Sungguh ia tak bisa melupakan apa yang sudah ia lakukan kepada gadis Malang itu.

Bisa-bisa nya ia tega membiarkan gadis yang bahkan masih belia itu untuk menjaga anak nya sendiri bahkan Angga tak mau masuk campur dalam hal Bella.

Namun ia dengan tak tau malunya malah menyuruh Bella agar tak menggugurkan anak mereka dengan harapan ia akan bertemu lagi dengan anak nya saat ia sudah siap dan dewasa.

Ia mula membayangkan bagaimana indah dan bahagianya kehidupannya nanti setelah anak mereka terlahir. Tanpa sadar ia tersenyum lebar dengan hanya memikirkan itu.

Seketika ia menyesal kerna sudah memutuskan untuk membiarkan Bella seorang diri menjaga anak mereka nanti.

Seharusnya ia bersikap berani seperti lelaki pada umumnya. Lah ini? Ia merasa malu dengan dirinya sendiri.

Ia berpikir matang-matang dan memutuskan untuk memberitau dan mengakui saja hal ini pada orang tuanya.

Ia sudah memantapkan hatinya untuk menerima apa saja yang akan mereka lakukan padanya. Toh itu memang salahnya.

Ia yang sudah pengecut dan tak berani menghadapi sesuatu yang bisa merugikan dirinya. Ia menggelengkan kepalanya mengingat perlakuan buruknya itu.

Lalu Angga pulang kerumahnya kerna memang waktu sekolah sudah pun habis. Lagipula ia memang dari tadi bolos dan tak masuk kelas.

"Assalammualaikum" teriak Angga saat masuk kedalam rumah.

Roze- sang bunda melotot tajam kearah Angga yang seenaknya berteriak didalam rumah. Dipikir ini hutan apa.

Angga yang melihat bundanya langsung saja mendekati dan memeluknya dari belakang kerna posisi roze yang memang membelakangi Angga.

"Bunda ngapain?" Tanya Angga kerna ia memang tak tau apa yang bundanya lakukan.

Dilihat seperti memasak namun tiada apapun yang bisa ia lihat seperti makanan di dalam panci yang bahkan apinya saja tidak hidup.

"Hehehe bunda iseng mau main masak-masak aja" jawab Roze dengan cengiran membuat Angga terkekeh gemas dengan kelakuan bundanya yang aneh-aneh saja.

Angga meletakkan dagunya di bahu sang bunda manja. Ia menghela nafasnya dan berniat untuk menenangkan hatinya dengan melihat sang ibu.

Namun melihat raut wajah Roze yang kelihatan bahagia membuatnya lagi-lagi tak tega untuk memberitau hal Yang sebenarnya.

Tapi ia tau jika memang itulah konsekuensi atas apa yang sudah ia perbuat. Ia sudah dewasa sudah bisa berpikir. Dan hal inilah yang seharusnya ia lakukan.

"Ehem bun, Kaka sama papa udah pulang?" Tanya Angga.

"Tumben nanyain mereka, kenapa udah kangen ya?" Goda Roze.

"Enggak-"

"Halah bilang aja lo kangen sama gue. Gak usah ditutupi gitu kali. Kalo kangen ya bilang kangen" ejek Arzyani- kaka perempuan Angga yang memang sangat suka menggoda adeknya sehingga kesal.

A Great Woman, BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang