03. Prepare

3K 182 8
                                    

Haechan terdiam membiarkan Mark meneliti tiap lekuk tubuhnya yang terbalut dengan jas putih itu.

"Tolong, bagian ini lebih di kecilin, saya mau pinggangnya jadi point utama." Ujarnya membuat pegawai design jahit itu mengangguk paham dan menandainya.

"So far udah bagus, udah segitu aja."

Lagi, pegawainya mengangguk patuh, dan meminta izin padanya untuk segera melepas jasnya secara perlahan.

"Mas, bajunya Om Jeno udah emangnya??" Tanya Haechan sedikit penasaran. Mendongak menatap wajah Mark dengan harapan sang kakak menjawabnya.

Mark hanya meliriknya sebentar, dan memilih untuk berjalan sembari mengangkat panggilan di ponselnya. Memang, kakaknya ini orang sibuk sekali, sementara Haechan hanya bisa membuntuti Mark.

Tangan mungilnya bergerak gusar di ujung kaos kebesaran yang di pakainya, Mark yang sedang bekerja membuatnya bingung harus bagaimana. Belum jalannya yang sangat cepat, ah, mungkin kakaknya itu sedang ada meeting.

Merasa tidak di perlukan, Haechan memilih berbelok ke sebuah toko baju. Toh kakaknya sibuk bukan?? Jadi lebih baik disini saja sekalian menunggu jahitan di butik itu.

Haechan melihat-lihat banyak baju disitu, di mulai baju lucu, kostum lucu atau aneh hingga berakhir di jajaran paling belakang, baju sexy.

Glup!

Menelan salivanya, rasa canggung menjalar, Haechan segera berjalan ke arah kostum lucu. Ada banyak kostum, di mulai hewan beruang, katak, kelinci, dan yang paling aneh adalah dinosuarus T-rex. Haechan terkekeh disitu melihatnya, berpikir bagaimana reaksi kakaknya jika ia memakai kostum aneh ini.

"Hm, permisi kak, boleh saya coba kostum ini gak??"

"Boleh kak, mari saya bantu."

.
.
.
.
.

Dengan kostum beruangnya, Haechan berlari-lari heboh mengelilingi mall itu. Tidak peduli jika ia di anggap badut oleh pengunjung mall, ia hanya ingin melakukan apa yang ingin di lakukan.

Untuk ukuran kostum beruang seharga 2juta ini sangat bagus menurutnya.

"Panas ih." Gunam Haechan di dalam kostum itu, ia menduduki diri di salah satu kursi dekat eskalator mall. Terdiam merasa lelah juga panas di seluruh tubuhnya.

Ingin membuka penutup kepala beruangnya, tapi ia malu jika wajahnya terlihat pengunjung lain. Mengingat tadi Haechan benar-benar seperti badut yang dengan heboh menganggu pengunjung mall.

Haechan memutuskan untuk berdiri dari duduknya, berjalan ke arah lift untuk ke arah basement. Tentu tujuannya adalah parkiran. Berharap Mark, kakaknya menunggunya di parkiran atau menjemputnya pasca telpon penting tadi.

Terdiam, merenungi apa yang sudah di lakukan dirinya selama di mall tadi. Cukup memalukan, mungkin setelah ini ia akan kena marah dari kakaknya.

Ah, siapa peduli, kakaknya kan salah satu investor juga di mall ini.

Haechan kadang berpikir, kakaknya ini sangat-sangat kaya tapi, kenapa tidak menikah saja?? Kenapa malah justru sampai melakukan hubungan intim dengan dirinya?? Apa jangan-jangan, ia dengan Mark bukan saudara kandung?? Mengingat dengan warna kulit mereka saja berbeda jauh.

Ting!

Suara lift mengalihkan isi pikiran Haechan. Ia mendongak lebih tinggi dari seharusnya karena memakai kostum beruang itu untuk melihat monitor layar di lift.

Basement.

Segera Haechan keluar dari ruang persegi kecil itu, berjalan tidak tentu sesuai feelingnya untuk mencari keberadaan mobil hitam kakaknya.

RendiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang