"Ini di masukin pak?"
Jaemin hanya mengangguk dan membiarkan Haechan mulai menaruh hasil potongan buah melonnya ke dalam sebuah blender. Hah, bahkan untuk menemukan benda blender itu saja butuh waktu 30 menit. Haechan sebagai tuan rumah tidak tahu keberadaan parabotnya.
"Semua di masukin pak?"
"Iya." Jawab Jaemin seadanya.
Melihat Haechan yang sudah tidak terlalu bergetar karena ia mengajaknya membuat jus melon membuat Jaemin sadar bahwa, adik dari ketua keuangan ini sedikit berbeda.
Entah berbeda sejak lahir atau ada sesuatu.
Dengan seksama, Jaemin memperhatikan Haechan yang kini bingung dengan mesin blender. Anak itu tampak meneliti dengan serius agar blendernya berputar, anak itu juga sudah menekan tombolnya beberapa kali tapi tidak berputar.
Sementara Haechan bingung bukan main, bukankah seharusnya mesin blender ini sudah berjalan? Ia sudah menekan tombol on off nya, tapi kenapa tidak berjalan? Atau harus di putar sendiri agar bisa berputar?
Dengan yakin, Haechan mulai memutarkan mesin blendernya berharap mesin di dalamnya berputar dan menghancurkan melon di dalamnya.
"Haechan-Haechan, kamu mau ngapain?"
Tangannya di tahan oleb Jaemin, membuat Haechan menatap Jaemin dengan tatapan bulatnya. "Muter blender biar muter, kayaknya mesin blender Kak Jeno rusak pak."
Jaemin langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, jatuhnya ia bingung dengan anak SMA ini.
"Sini tangan kamu." Jaemin meraih tangan Haechan untuk ia tuntun pada kabel si blender. Lalu masih dengan menuntun tangan Haechan, Jaemin mulai menancapkan kepala kabel itu pada stop kontak.
Dan-
Bllrrrrtttt!
"Wohhh, harus di colokin duluu. Keren! Kok bapak tauu?!!"
"Kamu gak pernah megang barang di dapur ya?" Tanya Jaemin mengingat Haechan memotong kulit melon saja tidak bisa.
"Iya pak, sama Mas gak di bolehin." Jawab Haechan jujur sembari menatap Jaemin sekilas dan kembali melihat blender yang sedang membuat jus dengan mata berbinar.
"Kenapa gak di bolehin?"
Haechan kembali menatap Jaemin, "Gak tau, pokoknya ga boleh, kalo ketauan nanti di marahin." Setelah mengatakan itu, Haechan kembali melihat jus melonnya.
Ingat, harus menatap lawan bicaranya saat berbicara.
Jaemin hanya mengangguk paham. Lalu matanya melirik pada kulkas, iseng, Jaemin buka dan menemukan apa yang di carinya, sebuah madu.
"Tolong ambil gelas ya Chan."
Segera, Haechan meninggalkan blender itu dan mengambil 2 gelas. Hanya bisa melihat Gurunya yang sudah mematikan mesin blender dan mulai menyiapkan jus itu dalam gelas.
"Wah, kasih madu pak?"
Jaemin mengangguk, membiarkan Haechan melihat dengan semangat saat ia menaruh madu ke dalam gelas.
"Haechan mau yang manis pak! Mau banyak, mau banyak!!"
Menurut, Jaemin memberi sedikit lebih banyak madu dalam salah satu gelas.
"Asiikkk."
Tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tersenyumnya karena Haechan yang sangat polos seperti anak SD. Yaa, bagaimana pun juga anak ini masih remaja.
"Yeayy!"
Lagi, saat Jaemin menuangkan jus ke dalam gelas Haechan heboh sendiri. Membuat Jaemin tersenyum gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendición
FanfictionHaechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya... "Ini semua aneh." Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)