"Aaahhh!!" / "Aargghhh,"
Haechan memeluk Jeno dengan kuat merasakan semburan di dalam tubuhnya, begitu juga dengan Jeno di atasnya.
Terengah, Haechan sangat lelah tapi seks kali ini menyenangkan. Terasa bahagia, nikmat dan penuh kasih sayang, Haechan suka. Tidak seperti dengan kakaknya yang kasar, menakutkan dan menyakitkan.
"Aku mau lagi sayang..."
Suara rendah Jeno terdengar di ceruknya, disusul dada kirinya yang di remas pelan.
Haechan yang suka dengan sensasi menyenangkan itu hanya mengangguk semangat, melupakan kertas-kertas latihan perkaliannya yang sudah berserakan di atas ranjang juga bawahnya karena pergumulan mereka.
"Gapapa ya?" Jeno menatap istrinya, istrinya itu menatapnya dengan semangat di kabut nafsunya. Sangat lucu.
"I-iya kak-aahhhh~"
Bagian bawah sana bergerak lagi dengan perlahan membuat tubuhnya kembali menegang hingga berjengit merasakan gejolak tubuhnya yang bereakasi berlebihan pasca pelepasan.
Samar, Haechan melihat Jeno terkekeh lembut dengan suara beratnya lalu terasa pipinya di elus sangat halus dimana itu membuat Haechan berusaha sefokus mungkin menatap suami di atasnya.
"Ka-kakahh aahhh..."
"Nghh, ya? Kenapa?"
"A-adek, aahh, aahh, ahh-dek su-su- ngh!"
Jeno tertawa saat itu juga. Masih melangsungkan kegiatannya, ia sangat menikmati rupa Haechan yang kewalahan untuk berbicara itu. Padahal ia menggerakkannya dengan pelan dan konstan tapi istri mungilnya ini heboh hingga tidak bisa berbicara.
Sementara Haechan hanya bisa mendesah dan mengatur nafasnya susah payah, ia hanya ingin mengungkapkan jika ia suka di perlakukan lembut seperti ini tapi kenapa sulit sekali berbicara?
"Apa sayangh? Hm? Aahh, kamu jepit akuh, aargghh.." Tubuh Jeno sedikit bergetar dan menghentikan lajunya.
Dan Haechan hanya bisa menatap Jeno dengan bingung. Lagi pula, kenapa harus pakai kata 'hm'?? Itu membuat Haechan gila tanpa sadar!!
"Ma-maaf, kakk, maaf maaf."
"Ssttt, engga sayang,"
Pucuk kepalanya di usap pelan, baik Jeno dan Haechan masih sama-sama saling mengatur nafasnya. "Aku terlalu kasar ya? Hm??- aargghhh sayanghh, kamu-"
"Ka-kakakhh, aahhh ja-jangan 'hm' 'hm' terusshh..." Haechan menatap Jeno dengan linangan air matanya. Ya, setiap Jeno bertanya 'hm' dengan suara beratnya itu membuat tubuhnya meremang parah dan berakhir menjepit milik Jeno.
"Astaga, sayang.. kamu bisa tenang dulu? Aku gak bisa gerak, kalo aku paksa nanti kamu sakit." Ucap Jeno dengan ringisan sedikit karena sungguh, lubang Haechan menyempit hingga meremas kuat penisnya. Sebenarnya bisa aja ia paksa, tapi itu akan menyakiti Haechan nya.
"A-adek gak bisa.."
Jeno mengangguk paham dengan pelan, lalu meraih pipi Haechan dan melumat belah bibir berbentuk hati itu dengan lembut. Salah satu tangannya pun bergerak memainkan pucuk dada Haechan sementara yang lain mengusap penis mungil Haechan dengan perlahan.
Nghhh!
Desahan lembut terdengar dari sela ciuman mereka, kedua tangan Haechan memeluk tubuh atletis Jeno dengan nyaman. Sesekali tangan mungil itu meremas lembut surai hitam saat ciuman atau rangsangan dari Jeno terasa berlebihan.
Hingga lambat laun, pinggul Jeno kembali bergerak dan di iringi kembali oleh desahan merdu dari menusia berumur 16 tahun itu yang melupakan lembar perkaliannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendición
FanfictionHaechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya... "Ini semua aneh." Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)