15. Kursus

1.2K 118 7
                                    

Terdiam,

Menunggu suaminya yang memakai sepatu.

Sebuah kebiasaan barunya.

"Hari ini ada kursus??"

Oh, apa kakaknya sudah memberi tahu suaminya??

Haechan mengangguk, dan menyerahkan tas kantor suaminya tanpa tabung kok nya itu.

"Hm, semangat ya belajarnya, kalo ada apa-apa telpon aja."

Hampir saja Jeno melangkah pergi jika saja Haechan tidak menahan tangannya. Membuatnya menatap sang istri bertanya.

"Nomer hape kakak berapa??"

Astaga, apa mereka belum bertukar kontak?? Hubungan suami istri macam apa ini??

"Astaga, aku lupa sayang. Sini, mana hp kamu??"

Haechan segera merogoh saku celana pendeknya, mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Jeno.

Mengambilnya dan terheran karena ponselnya terkunci, oh face recognition. Jeno mengarahkan layar ponsel istrinya kedepan wajah Haechan. Membuat Haechan segera tersenyum dan yap, terbuka.

Tapi bukan masalah kunci layarnya yang terbuka, melainkan senyum Haechan yang benar-benar manis juga indah. Aduh, Jeno berdebar-debar mengingatnya.

Tanpa sadar, Jeno merasakan jika wajahnya memanas. Ia tersipu hanya karena melihat senyum manis Haechan. Ah rasanya seperti kasmarannya remaja.

"Udah yah, nanti kalo guru nya udah dateng kabarin. Kata kakak gurunya temen aku."

"Oh iya??"

Jeno mengangguk dan tersenyum, tangannya pun terulur mengusak pucuk kepala istrinya. "Belajar yang rajin, maaf juga ya."

Haechan menaikkan alisnya bertanya, maaf untuk apa?? Dan suaminya tidak menjawab, justru hanya kembali terkekeh disusul kecupan di dahinya.

"Aku berangkat."

"Hati-hati kak."

Blam.

Pintu tertutup, membuat Haechan kembali terdiam. Bukan kah seharusnya ia bersiap untuk memulai pelajaran?? Oh, ia juga harus menyuguhkan sesuatu pada gurunya itu bukan??

Mengangguk, Haechan dengan semangat berlari ke dapur. Tujuan utamanya adalah kulkas, mungkin ia bisa memasak sesuatu untuk gurunya atau untuk suaminya nanti pulang.

Segera membuka pintu kulkas dan melihat banyaknya bahan-bahan masakan. Haechan termenung.

Tidak bisa memasak.

Aarrgghhhh!!!

Mengerang frustasi dalam hati membuat Haechan menghela napas kesal. Mata beruangnya melirik pada pada satu buah melon. Oh, mari kita kupas!!

Mengambil buah melon untuk di keluarkan dari kulkas dan segera memeluknya untuk ia meraih talenan. Menaruh melon di atasnya dan segera meraih pisau.

Siap potong!!

Dengan kesungguhan hati dan tekad Haechan mulai mengarahkan pisaunya pada buah melon. Sedikit sulit karena melonnya yang besar, terus menekan pisau itu agar membelah buah bulat berwarna kuning kehijauan.

"Ih, susah..." Bisiknya meringis sembari melihat tangannya yang memerah karena memaksa untuk menekan pisau di melon.

"Bisa bisa, jangan nyerah." Lagi, Haechan menekan pisau lagi. Entah pisaunya yang tumpul, melonnya yang kebesaran atau melonnya belum matang. Haechan tidak tahu apa yang salah dengan ini.

Hahhh.

Menyerah, mata beruangnya melirik pada laci di bawah kabinet dapur. Apa ada gergaji??

Dengan semangat dan penuh harapan Haechan menarik laci di bawah kabinet. Namun yang ada hanya jajaran sendok garpu dan pisau makan. Di luar dugaan.

"Au ah, kakak harus beli piso baru." Mengangguk setuju pada argumennya, Haechan kembali mengambil melon dengan pisau yang masih menancap dan memasukkan kembali pada kulkas.

Tapi, bagaimana jika suaminya akan marah??

Aishh!!

Ting tong!!

Oh!! Apa itu guru kursus nya??? Sial!! Ia belum mandi.

"Mandi mandii." Bisik Haechan dengan nekat dan segera berlari ke kamar utama untuk mandi. Mengabaikan tamu yang masih berada di luar.

.
.
.
.
.

"Na Jaemin."

"Lee Haechan."

Guru kursusnya itu menganggukkan kepalanya pelan, bibirnya tipis dengan senyuman yang cerah juga manis. Sangat tenang dan dewasa.

"Mau belajar dimana??"

Haechan menaikkan alisnya dan disusul detak jantungnya yang bertalu-talu karena panik.

Harus cepat menjawab.

Tangannya terulur pada meja kecil di ruang tamu itu, membuat guru muda itu mengangguk dan menduduki diri di sofa sembari menghela napas lelah. Ayolah, ia menunggu di depan pintu apartement lama sekali. Ada sekitar 1 jam. Bayangkan saja.

"Pa-pak guru mau minum apa??"

Jaemin melirik pada Haechan, melihat gelagat Haechan yang sibuk memilin ujung kemejanya sembari menunduk itu membuatnya paham dengan adik dari Kepala keuangan perusahaan terkenal itu.

"Apa aja, air putih juga gapapa." Jawabnya membuat Haechan langsung mengangguk dan pergi begitu saja sembari semakin menundukkan kepalanya, mungkin tanda sopan?? Ntahlah.

Jaemin terdiam sendirian di ruang tamu itu, tangannya mulai untuk membuka tas dan mengeluarkan leptopnya juga sebuah buku tebal. Ya, bank soal.

"Permisi pak, ini minumnya."

Sedikit syok, juga terkejut karena Haechan membawakannya segelas air putih. Hey??

"Hm?? Air putih??" Gunam Jaemin memastikan air bening yang berada di gelas mug berbentuk sapi.

"Bapak tadi minta air putih??"

Seketika Jaemin tertawa, wajah polos anak didiknya ini membuat Jaemin ingin menyiramkan air putih ini pada wajah lugu Haechan. Apa tidak tahu arti basa-basi??

"Oh, iya, maaf ya dan terima kasih."

Haechan menunduk kaku, lalu ia segera mengambil tempat untuk duduk bersila  di atas karpet dan mengambil buku tebal yang berada di sebelah leptop yang sedang Jaemin pakai. Ia membuka bukunya, rasanya sangat penasaran dan semangat dengan pelajaran setelah ia keluar dari sekolah.

"Kalo bisa kerjain ya kerjain, kalo mau materi dulu, ya ayo materi dulu." Jaemin tahu anak pendiam berkacamata ini penasaran, mungkin untuk hari ini ia mengabaikan metode pembelajarannya dulu. Toh sekalian melihat kemampuan Haechan.

"Kerjain soal, boleh???"

Jaemin mengangguk senang, melihat anak didiknya yang tidak membawa alat tulis membuatnya merogoh tasnya untuk mengambil sebuah pulpen. Ia menyondorkan pada Haechan, dimana Haechan langsung meraihnya dan bergunam terima kasih sembari menunduk sekilas.

Sangat sopan.

Didikan Mark benar-benar indah.

Didikan Mark benar-benar indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Salam,
Merinosheep
29 Mei 24

RendiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang