"Hm, kamu cerdas."
Haechan mendongakkan wajahnya, menatap Jaemin yang sedang memeriksa buku latihan yang tebal itu. "Ta-tapi pak, banyak yang Haechan lewatin.."
Tangan Jaemin terangkat, membuat Haechan mengatupkan bibirnya seketika. "Buat anak IPS kayak kamu ini pinter. Mana ada anak IPS bisa ngerjain setengah buku latihan olimpiade biologi?"
Terdiam, Haechan saja tidak tahu jika jawaban itu benar atau salah. Ia hanya mengisi sebisanya dan seingatnya.
"Tontonan kamu apa sih?" Tanya Jaemin yang mulai menurunkan buku latihan soal dari hadapannya untuk menatap Haechan.
"Em, doraemon pak."
"Ah, masa?"
Mengangguk, Haechan pun kembali menjawab. "Kadang national geografik, atau dokumenter di netflix pak, Haechan nontonnya rancu."
Jaemin mengangguk paham, "Ingetan kamu bagus, hati-hati sama tiap kejadian di sekeliling kamu, itu bisa jadi boomerang buat kamu."
Haechan hanya mengangguk walau tidak tahu maksud dari gurunya apa. Lagipula, boomerang apa untuk dirinya sendiri?
"Hari ini tetep belajar biologi ya?"
Tatapan Jaemin yang ramah juga lembut itu hanya bisa membuat Haechan mengangguk. Lalu, kedua mata nya itu melihat gerak-gerik yang Jaemin lakukan.
Gurunya itu mengeluarkan leptopnya dan mulai memberikan sebuah video.
"Oh, anatomi pak?" Tanya Haechan begitu melihat dalam video itu menunjukkan sebuah kadaver.
Jaemin hanya mengangguk dengan senyumnya. "Kamu tonton dulu sampe habis ya."
Haechan mengangguk semangat dan semakin memajukan posisi duduknya agar lebih dekat dengan layar leptop sang guru. Dengan mata bulat dan wajah seriusnya Haechan menonton penjelasan itu walau dengan bahasa inggris.
Jaemin hanya diam memperhatikan adik dari ketua keuangan perusahaan terkenal itu. Meneliti tiap gerak gerik anak didiknya dengan seksama.
Haechan sebenarnya tidak begitu paham dengan istilah kedokteran apalagi yang di jelaskan dengan bahasa inggris tapi, dengan adanya subtitle bahasa inggris di bawahnya membuatnya tidak begitu bingung.
"Apa tadi? Itu bagian apa?" Tanya Jaemin tiba-tiba.
Sedikit berjengit kaget, Haechan dengan segera menoleh untuk menatap gurunya. "Rektus abdominis pak, otot bagian perut." Jawab Haechan.
Jaemin mengangguk kecil dan dengan gestur tangannya menyuruh Haechan kembali menontonnya. Memang sengaja bertanya tiba-tiba untuk melihat bagaimana respon dan fokus anak didiknya itu. Dan Haechan pun hanya mengangguk menurut dan kembali ke leptopnya dengan memundurkan durasinya yang terlewat karena menjawab pertanyaannya.
Melihat Haechan yang tampak tenang dan serius menonton video itu, Jaemin memilih untuk menyamankan duduknya. Pelan tapi pasti kedua mata itu terpejam.
.
.
.
.
.
.Haechan terdiam, video penjelasan anatomi itu sudah selesai dimana menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Kini ia hanya bisa melihat Jaemin yang tertidur dengan posisi bersikap dada itu. Tampak lelah memang.
Inisiatif, Haechan pun berdiri dari duduknya untuk berjalan ke kamarnya dan mengambil selimut. Dengan perlahan, Haechan menyelimuti gurunya yang menurutnya galak juga menyeramkan tapi, jika saat tertidur seperti ini terlihat sangat damai.
Tentu saja damai, tidak akan ada kuis atau kalimat tajam lagi bukan?
"Pak Jaemin pasti capek."
Haechan menatap wajah damai Jaemin hingga akhirnya memunculkan ide bagus. Mungkin dengan membuatkan minuman spesial untuk gurunya membuat tenaga juga semangat pak Jaemin kembali bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendición
FanfictionHaechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya... "Ini semua aneh." Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)