02. Garis 2

3.9K 188 12
                                    

"Mas."

Mark bergunam di pelukkannya, membuat Haechan memejamkan kedua matanya bersiap untuk mengutarakan isi pikirannya.

"Mas, adek hamil karena mas."

Seketika Mark berdiri dari pelukkan nya. Menatap wajah adiknya dengan terkejut juga tidak percaya, membuat Haechan hanya bisa terdiam ketakutan.

"Kok bisa!! Gak!! Gak mungkin!! Adek tidur sama siapa selain sama mas!! Adek punya pacar kan???" Tanya Mark beruntun sembari menyengkram kedua sisi bahu polos Haechan, membuatnya mengernyit sakit dan membuang wajahnya ketakutan.

"Gimana adek punya pacar kalo mas selama ini ngancem adek terus!! Adek ga punya pacar, temen aja gak punya!!" Ujar Haechan penuh emosi sembari menangis. Sudah cukup ia terus meneuruti semua keinginan kakaknya hingga menghancurkan masa depannya. Mengiming-imingkan dengan kata 'Memukul hingga membunuh' yang membuatnya cemburu.

Kakak macam apa ini??

"Bohong!!"

Plak!!

Haechan dengan berani menampar pipi tirus Mark, membuat Mark membulatkan kedua matanya terkejut.

"Mas hancurin masa depan adek..."

Mark terdiam disitu, sementara Haechan hanya bisa kembali menangis. Tidak tahu harus apa dengan keadaannya sekarang. Kakaknya terlalu posesif dan emosinya mudah tersulut di tambah ringan tangan. Sudah seperti monster.

"Adek, adek mau ngelakuin bukan karena adek mau, adek takut kalo mas- bener negalakuin apa yang mas ancem,"

"Udah banyak temen adek yang pergi karena mas yang galak, malah sampe pernah gebukkin temen duduk adek cuma karena dia anterin pulang dari kerja kelompok, mas, kita saudara,"

"Adek takut sama mas, mas ga-galak."

"Diem Lee Haechan!!" Bentakkan Mark membuat Haechan langsung memejamkan kedua matanya dan berusaha meringkuk, takut jika kakaknya akan memukulnya.

"....."

Tidak ada pembicaraan, hanya ada Haechan yang masih menangis. Masih di posisi mereka, Mark menghela napas dan meraih rahang adiknya dengan perlahan.

"Gugurin."

DEG!!

"Gugurin bayi kamu, mas bakal cari orang, buat nikahin kamu."

"A-apa??"

"Nurut, atau kamu mau kayak gini terus??"

Seketika, Haechan mengatupkan belah bibirnya, berganti dengan isak tangisan kuat menahan raungan yang ingin ia perdengarkan ke seluruh dunia.

Kenapa jalan kehidupannya harus seperti ini?? Kenapa???

"Jangan bilang ayah sama bunda, kalo kamu, gak mau mas culik. Paham?!" Ancaman Mark yang selalu bisa menjadi kenyataan, membuat Haechan hanya bisa mengangguk patuh. Mengabaikan rasa sakit di hatinya dan seluruh tubuh juga perasaannya.

.
.
.
.
.

Seragam sekolahnya Haechan lepas terburu-buru di dalam bilik toilet sekolahnya.

Sudah 2 jam setelah bel pulang, dan sang kakak, Mark, memintanya untuk berganti baju dengan baju seragam basketnya. Entah, apalagi yang akan kakaknya lakukan lagi dengan tubuhnya.

Setelah mengganti bajunya, dengan segera Haechan berlari keluar area sekolahnya dengan tertatih, mengingat 3 hari yang lalu ia sudah menggugurkan bayi hasil dengan sang kakak. Masih berupa gumpalan merah, membuat Haechan tidak harus di oprasi.

Tangan kirinya terangkat hanya untuk melihat jam tangan. 18.39, sial, kakaknya pasti akan marah marah!

Mobil dengan sebutan Audi hitam terparkir sedikit jauh dari gerbang sekolah, mobil milik sang kakak.

"Mas," Sapanya begitu tiba, dan langsung meraih pintu mobilnya untuk ia buka. Menduduki diri disamping kursi pengemudi membuag pengemudi itu tersenyum lebar melihatnya.

"Bagus adek pake baju basket, sayang banget tau gak jadi ketua tim." Ucapan Mark membuat Haechan hanya membuang wajahnya acuh. Merasa semuanya terlalu berbohong, kakaknya pasti sedang menggodanya karena celana basketnya yang pendek.

"Bulan depan, adek gak usah berangkat sekolah lagi, bulan depan adek nikah."

"Apa??"

"Nikah, tuli atau mau di buat tuli??"

Terdiam, Haechan semakin takut dengan kakaknya sendiri.

"Jeno, temen kerja mas, yang pernah mas kenalin waktu acara nikahan ayah kemaren."

Terdiam, Haechan benar-benar tidak tahu yang mana. Saat acara pernikahan ayah mereka kemarin, Haechan terlalu hancur hingga membuatnya hanya bisa menurut di bawa kemana saja oleh sang kakak.

"Te-temennya Mas, mau sama adek?? Nikah itu kan sakral, mas." Ucap Haechan takut-takut.

"Nurut aja,"

Suara tegas juga dingin itu membuat Haechan hanya bisa terdiam dan memilih untuk melihat ke jalan sore menjelang malam di luar sana, membiarkan celana basketnya di sibak oleh sang kakak untuk di usap hingga di remas pelan pahanya.

Ini semua karena perceraian kedua orang tuanya. Perceraian yang mengubah kakaknya menjadi seperti ini. Posesif hingga menjerumuskannya. Sesuai hasil sidang hak asuh anak, mereka berdua ikut ayahnya dan sang ayah yang memilih menikah lagi dengan seorang janda tanpa anak. Ayahnya tidak peduli dengan anaknya, sama sekali. Dan itu sebabnya, Haechan benar-benar bergantung dengan kakaknya.

Ayahnya hanya memperbolehkan mereka untuk tinggal di rumahnya, tapi untuk urusan uang bulanan dan kebutuhan sandnag pangan lainnya, angkat tangan.

Lalu, kenapa mereka masih berada di rumah ayahnya?? Alasannya adalah karena Mark yang belum membeli sebuah apart. Entah, Mark menabung uangnya untuk apa, Haechan tidak tahu menahu hal itu.

Mark memang kakak yang baik, sejak SMP, Mark selalu menyempatkan diri untuk menjemputnya walau dirinya sendiri sedang sibuk mencari pekerjaan. Posisinya yang tidak di urus oleh kedua orang tua mereka membuat hanya memiliki satu sama lain.

Semua mulai berubah saat ia mulai masuk kelas 9 SMP. Mark mulai berubah, mudah marah hingga mampu menghajar salah satu anak berandalan di sekolahnya karena menggoda Haechan dengan 'cat calling' hingga berandalan itu koma selama 1 bulan.

Mulai disitu, Mark melarang banyak hal pada Haechan. Haechan yang paham akan hal itu hanya menurut, pun dengan pelecehan yang di dapatnya. Karena bagaimana pun, Mark adalah tempatnya bergantung hidup.

Haechan sedikit lega dengan acara 'nikah' yang di suruh kakaknya. Itu tandanya, hubungan antara kakak dan adik yang tidak lazim ini akan segera berakhir.

Walau dirinya sendiri pun tidak tahu, bagaimana calon suaminya nanti. Apa akan berakhir bahagia atau justru lebih menyakitkan.

 Apa akan berakhir bahagia atau justru lebih menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pusinh?? Ya??

Taun dari awal Covid sampe skrng adalah masa masa saya penuh menulis :)

Apakah bikin skripsi sama kek bikin wp?? oh tentu tidack


Salam,
Merinosheep
2 Agst 23

Btw, HBD Melk >_<

RendiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang