"Ahhhhh~"
"Mmhh,"
Haechan mendongak dengan kedua alis yang tertaut, mata sayunya susah payah melihat ruang tamunya yang berhadapan dengan dapur. Sementara Jeno di belakangnya, menggenjotnya dengan lembut dan stabil.
"Ka, kakakkhh," Haechan merengek, kedua tangannya menyengkram kuat sandaran tangan sofa. Posisinya yang menungging di atas sofa ruang tamu membuat kedua kakinya yang dijadikan pondasi bergetar karena lemas.
"Nghh, sayanghh, terushinn, kita seharian begini, ya?" Ujar Jeno disusul jilatan di punggungnya. Haechan menggeleng, merasa tidak mampu jika harus melakukan seks sampai seharian. Lagipula, bagaimana dengan les privatnya?
"Kah ngh! Ma-mauu kel-aahh!!" Haechan menunduk sembari meringis, pelepasannya akan tiba tapi penisnya di cengkram oleh suaminya, menutup saluran kencingnya membuatnya tidak bisa pelepasan.
"Tunggu sayanghh, ahhh aahhh bareng yah?"
Disusul kecupan juga lumatan ditengkuknya, Haechan berjengit dengan tubuh bergetar. "Ahh~ hiks, aaanghhh, ga-ga bisa, ah-adekk nghh!"
Haechan meringkuk, tangan kanannya meraih tangan sang suami di penisnya berharap dilepas agar ia segera mengeluarkan cairannya tapi, disaat itu juga Jeno mempercepat tusukkan dan mengocok penisnya membuat Haechan setengah berteriak dengan nyaring.
"Aaah! Kak-akh! U-udah~ ahh, adek gak ku-kuathh~ aah aaahhhh aahhhhhh,"
Masalah berkomunikasi tentang ia akan melanjutkan kuliah atau tidak terlupakan begitu saja saat Jeno, suaminya langsung menciumnya dengan lembut. Sarapan pun terlupakan begitu Jeno melucuti bajunya dan menggiringnya ke ruang tamu.
Haechan tidak bisa menolak, karena ia juga terlena dengan ciuman dan gerakan tangan Jeno di atas tubuhnya. Menuruti keinginan suaminya, mengabaikan jerih payahnya membuat sarapan dan melupakan lelahnya ia menangis semalaman.
Apakah, berkomunikasi dalam rumah tangga seperti ini?
Melakukan seks?
Apakah, dengan melakukan hal ini akan mengeluarkan mereka dari masalah?
Tapi, dimana letak diskusi dan komunikasinya?
Plak!
Tamparan dibongkahan pantatnya membuat Haechan tersadar dari argumen di kepalanya.
"I-ihh, kakakk! Aahh!"
Jeno semakin mempercepat genjotannya, pelepasannya akan segera tiba.
Dan Haechan mendesah kuat menyerupai teriakkan, tusukkan dalam lubangnya yang cepat dan kocokan di penisnya membuatnya ingin memecahkan kepalanya. Ia harap, ini segera berakhir. Ini sudah pukul 7 pagi, apa suaminya tidak bekerja?
"Ahh! Ahhh! Hahh! Aahhh!"
Seluruh tubuhnya menegang, bergetar hingga berjengit disusul rasa hangat deras muncul di dalam lubangnya dan disusul dirinya yang akhirnya pelepasan.
"Ahhh~" Desahan berat penuh kelegaan itu terdengar di punggungnya, Jeno memeluk tubuhnya dengan satu tangannya sementara tangannya yang lain masih berada di penis mungilnya.
Baik Jeno dan Haechan sama sama mengatur nafasnya yang terengah dengan tubuh mereka yang lengket karena keringat. Sepertinya sia-sia Jeno mandi tadi.
"Ka-kakak, gak kerja?" Tanya Haechan dengan lirih disisa tenaganya.
Cup!
Cup!
Bukan jawaban yang didapat, tapi kecupan di bahunya yang ada. Masih mengatur nafasnya, Haechan sedikit mengerang karena penis suaminya yang masih berada di lubangnya, terasa semakin panas dan kembali membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendición
FanfictionHaechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya... "Ini semua aneh." Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)