14. Study?

1.3K 131 20
                                    

Haechan menatap Jeno yang sedang memakai sepatunya, kedua tangannya memegang tas kantor juga sebuah tabung kecil seperti bungkus kok badminton.

Apa suaminya akan olahraga nanti sore?? Dimana raketnya??

"Aku berangkat dulu ya sayang."

Cup!

Dahinya di kecup cepat sementara Jeno sudah mengambil alih tas dan bawaannya. Membuat Haechan dengan panik meraih tangan suaminya.

"Kak, raketnya gak ketinggalan??"

Jeno menatapnya dengan tatapan bulat terkejutnya, sementara Haechan dengan segera siap berlari kembali ke kamar mereka. Tapi, dengan secepat kilat juga Jeno menahan tangannya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Jeno serius menatap istrinya.

"Ambil raket." Jawab Haechan dengan tatapan bulat. Sangat polos saat mengucapkannya.

Mengerutkan dahinya, Jeno pun bertanya, "Emang tau dimana raketnya??"

Haechan terdiam, pandangannya ia turunkan untuk berfokus pada lantai di bawahnya, baru sadar ia tidak pernah melihat raket di rumah ini. Atau ada ruangan khusus?? Ntah!

"Dimana raketnya kak???" Haechan mendongak, menatap suaminya yang kini langsung menahan tawanya.

Apa lagi sih suaminya??

"Ih gemes!! Kamu tuh bisa ada pikiran raket tuh dari mana sih!!!" Jeno menariknya maju, lalu kedua sisi pipinya di cubit hingga ia meringis karena sakit. Sementara suaminya sudah mengulum bibirnya seperti yang... geregetan??

"I-ihhhh, kakak itu bawa kok." Haechan menunjuk tabung yang kini di sampirkan Jeno di bahunya.

"Ini??" Tanya Jeno menunjuk apa yang di bawanya membuat istrinya mengangguk.

Cup

Cup

Cup!

Di ciumnya beberapa kali pipi gembul Haechan, mampu membuat tubuh mungil itu meringis tidak suka namun tidak ada pergerakan menolak.

"AAAA!!!!"

Akhirnya Jeno mendengar teriakkan Haechan untuk pertama kalinya saat ia dengan sengaja menggigit pipi bulat itu. Lagipula, siapa yang tidak gemas sih!!!

Jeno hanya tertawa, membiarkan istrinya kini mengusap heboh pipinya yang sudah ia gigit. Ia lebih memilih menurunkan benda yang di tunjuk istrinya tadi.

"Ini namanya drafting tube, bukan kok sayang."

Haechan langsung melupakan acara menggosok pipinya, menatap benda yang kini di tunjukkan Jeno lebih menarik minatnya. "Isinya apa kak??" Tanya Haechan yang kini mengambil kembali tabung kecil itu.

"Jangan di buka ah, males muterin lagiii."

Rengekan Jeno, Haechan hiraukan. Rasa penasarannya sangat tinggi ingin mengetahui apa isi dalam tabung itu. Siapa tahu isi nya kok badminton...

Terbukanya penutup tube itu, disusul hela napas dari Jeno. Haechan yang penasaran memejamkan mata kirinya untuk melihat isi dari tube itu.

Kosong.

"Udah?? Ada apa??" Tanya Jeno sembari berkacak pinggang.

"Kosong kak."

"Ya, itu kayak isi hati aku sebelum ada kamu."

Apaan sih! Tidak jelas!!

Haechan langsung menutup tabung itu dan menyondorkannya pada Jeno sedikit kasar karena malu. Rasanya ingin langsung lari ke dalam kamar untuk salah tingkah namun, tidak mungkin jika ia meninggalkan Jeno begitu saja. Itu tidak sopan, siapa tau Jeno akan marah. Alhasil ia hanya bisa menundukkan kepalanya tidak tahu harus bagaimana mengatasi rasa malu dan tersipunya.

RendiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang