Kini tiba saatnya dimana kakaknya, suaminya dan juga gurunya berkumpul di ruang tengah.
Haechan hanya bisa terduduk kaku karena kakaknya yang sedang melihat serius bagaimana hasil belajar juga kertas latihan soalnya. Sementara Jeno hanya melihat soal latihannya sekilas dan lebih fokus pada hasil minat juga bakatnya.
"Saya mulai, apa boleh?"
Suara gurunya itu membuat Haechan semakin panas dingin, ia mengepalkan kedua tangannya di atas pahanya dengan gelisah. Melirik pada kakaknya yang tampak mengangguk acuh sementara Jeno mulai menurunkan kertas laporannya untuk mulai menyimak.
Sikap kakaknya dan suaminya ini sangat berbeda dalam memperlakukan orang.
"Hasil belajar Haechan selama 2 bulan ini sangat memuaskan, dia bisa menangkap penjelasan melalui video ajar ataupun secara langsung, fokusnya konsisten saat mengerjakan soal tapi sedikit terhambat jika ada sebuah angka dalam soal. Ingatannya bagus, memahami materi juga teori dan bisa menjabarkannya kembali dengan benar. Dia juga bisa memberi ilustrasi dari teori yang sudah di jelaskan."
"Kelemahannya ada di matematika, perkalian dan pembagiannya sangat lemah dimana itu sendiri adalah dasar dari menghitung cepat. Waktunya banyak terbuang hanya untuk menghitung dasar, terkadang juga saya melihat dia sedikit kesulitan dalam pengurangan di atas 100."
"Untuk bahasa, dia sangat bagus di bahasa Inggris tapi untuk ukuran seusianya sedikit lebih rendah. Jika di bandingkan dengan bahasa Mandarin dan bahasa Jepang, dia sedikit lemah mengingat abjadnya tapi dalam penerapan tata bahasa sudah cukup bagus. Jika di lihat-lihat, Haechan cukup tertarik dengan pelajaran budaya dan ini berkaitan dengan minat dan bakatnya. Sampai disini ada yang ingin di tanyakan?"
Penjabaran panjang tentangnya itu membuat Haechan ketakutan, apakah kakaknya marah? Atau suaminya kecewa?
"Dengan nilai matematika yang di atas sedikit dari rata-rata apa bisa lolos dengan sempurna?"
Suara kakaknya terdengar membuat Haechan menundukkan pandangannya. Lalu sebuah tangan terulur untuk menggengamnya. Itu tangan Jeno.
"Semua anak ada kelebihan dan kekurangannya, untuk Haechan sendiri punya kekurangan dalam berhitung dan itu wajar. Bahkan dalam ukuran kelemahan, Haechan masih bisa mengimbanginya dengan mata pelajaran yang lainnya." Jawab Jaemin dengan tenang juga senyuman ramahnya itu,
Mark tampak mengangguk, "Waktu untuk menghabiskan soal berhitung apa bisa di toleri?" Tanya Mark lagi membuat Haechan semakin ketakutan.
"Sejauh ini bisa, dia cukup cepat untuk berhitung dasar pertambahan. Dia hanya terhambat di pengurangan, perkalian dan pembagian saja, untuk penerapan rumus sudah sangat baik. Jadi, untuk berhitung matematika ataupun berhitung di mata pelajaran geografi dan ekonomi sudah cukup bagus." Jelas Jaemin.
"Kamu keren sayang." Bisikan Jeno terdengar, membuat Haechan mendongak dan mendapati Jeno yang tengah tersenyum lembut.
"Kemarin di bilang punya ingetan yang bagus, tapi nginget perkalian aja ga bisa, gimana sih?"
Ujaran Mark membuat Haechan kembali menundukkan kepalanya, kenapa ucapan kakaknya selalu menyakitkan?
Sementara Jaemin kini terkekeh, "Iya, Haechan punya ingatan yang bagus tapi itu ingatan kejadian atau peristiwa. Memori episodik nya bagus bahkan bisa dengan detail dimana kejadian itu di dukung dengan memori sensoriknya yang sama kuatnya. Saya pernah menjelaskan teori sembari membawa barang contohnya dan Haechan bisa mengingatnya dengan bagus."
Mark tampak mengangguk acuh dan itu membuat Jeno tersenyum. "Ayo, lanjut bahas bakat sama minatt." Ucap Jeno disusul senyuman dari Jaemin.
"Bisa saya lanjut?" Tanya Jaemin pada Mark dan lagi Mark hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendición
Fiksi PenggemarHaechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya... "Ini semua aneh." Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)