06. Malam pertama.

3.9K 176 19
                                    

Acara sudah terlaksana. Tidak sepi tidak ramai. Acara pernikahan moyoritas di datangi oleh anggota perusahaan kakaknya dimana itu juga adalah kenalannya Jeno.

Dari keluarga Jeno hanya di hadiri oleh kedua orang tuanya yang hanya sebentar, mengingat kedua orang tua Jeno masih sibuk mengurusi perusahaan di luar negri. Sedang ada masalah katanya.

Dan dari keluarganya, hanya kakaknya yang menghadiri juga sebagai wakilnya.

Bahkan selama acara berlangsung hingga acara presepsi pun Haechan tidak mengenal siapapun. Mereka semua asing.

Setelah acara panjang juga membingungkan itu, kini ia di ajak Jeno, ah sekarang suaminya itu untuk ke apartnya. Ya, mereka sudah mulai untuk tinggal bersama di apartemen milik suaminya.

Walau begitu, apartemennya yang sudah di belikan Mark masih ada dan sengaja di biarkan kosong. Mungkin kakaknya itu ingin investasi atas nama dirinya, entahlah.

"Kamu mau makan lagi atau langsung mandi??" Tawar Jeno sembari mengeluarkan kotak-kotak makanan siap saji yang mereka beli saat pulang tadi.

Jujur, Haechan merasa lapar karena selama pestanya sendiri tadi ia sama sekali tidak bisa menikmati makanannya. Namun, Haechan terlalu malu untuk berkata 'makan' atau bahkan mnegangguk.

"Kalo mau makan, makan aja ya?? Atau kalo mau mandi di dalem kamar kita ada kamar mandi, udah ada handuk sama keperluan lain di lemari sana. Aku mau mandi duluan ya?? Udah gerah banget." Ujar Jeno setelah menyajikan semua makanannya di meja makan.

Jeno mendekatkan diri, tersenyum di hadapannya dan dengan tiba-tiba memajukan wajahnya untuk mengecup keningnya sekilas. Setelah mengecupnya ia kembali tersenyum lembut dan pergi untuk masuk ke dalam kamar mandi yang sepertinya kamar mandi yang terletak di sebelah dapur.

Terdiam, disusul suara perutnya yang meminta untuk di isi. Segera Haechan menduduki diri di kursi makan dan melahap makanannya.

Mie goreng, ayam goreng, pangsit rebus dan salad sayur. Haechan memakannya dengan perasaan senang di tambah rasa makanannya yang sangat cocok di lidahnya.

Enak!

Memakan dengan hikmat tanpa acara menganalisis makanan seperti biasanya karena sudah sangat kelaparan. Haechan menghabiskan 1 porsi mie goreng, 4 potong ayam goreng, 1 porsi pangsit rebus dan 2 porsi salad. Banyak?? Ya, karena Jeno juga membelinya banyak. Jadi, apa salahnya?? Yang penting ia tidak menghabiskan semuanya kan?

Setelah membereskan pasca ia makan malam, kini Haechan tersadar. Kenapa Jeno belum selesai mandi?? Namun, di dengar dari suara gemericik air juga gunaman pelan suara berat dari dalam kamar mandi itu membuat Haechan hanya mengangguk paham. Mungkin suaminya ini suka mandi, seperti dirinya.

Merasa Jeno masih akan lama untuk menyelesaikan acara mandinya, Haechan memilih memasuki kamar utama yang tadi sudah Jeno tunjukkan. Disitu memang ada kamar mandi, pintu kaca yang sepertinya adalah balkon, kasur yang besar, TV dan segala hal yang seharusnya ada di ruang utama. Haechan pun masuk ke dalam kamar mandinya siap untuk mandi.

Kamar mandi itu dapat terbilang luas. Area shower, bathtub, wastafel, toilet dan satu sisi dinding yang di pasang penuh oleh cermin.

Keren.

Bagaimana Jeno membersihkan kamar mandi mewah ini??

Masih terkagum, Haechan dengan perlahan menutup pintunya. Matanya terfokus pada cermin besar itu, ia suka bercermin.

Hai.

Sapanya pada dalam hati begitu melihat dirinya sendiri di cermin besar itu. Tersenyum hingga terkekeh Haechan sangat suka karena cermin yang menunjukkan seluruh tubuhnya, bahkan ia bisa dengan leluasa melihat outfit yang di kenakan dari ujung kaki hingga atas kepala.

RendiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang