"Sayang."
Haechan mendongak, mengalihkan fokusnya dari kertas soal perkaliannya. Ia barusan sudah mandi setelah mereka makan malam dan kini Jeno baru selesai mandi.
"Kamu masih mau ngerjain perkaliannya?"
Jeno menindihnya, posisinya yang tengah tiduran terlengkup membuat salah satu tangan Jeno menelusup masuk ke dadanya dengan mudah.
"Ahhh~ nghh, mau ngerjain kak." Haechan meraih tangan Jeno di dadanya untuk ia singkirkan tapi Jeno kembali menelusupkannya dan kini mendusalkan wajahnya pada ceruknya.
"Kamu sibuk banget habis nikah langsung belajar, masa sibuknya ngalahin yang kerja?"
Suara berat di telinganya membuat Haechan meremang. Tapi jika di pikir, memang hampir sebulan ini ia sibuk belajar.
"Ah! Kakakk!" Haechan merengek sembari memberontak saat tangan lain suaminya sudah mulai mengerjai pusatnya. Ia ingin mengerjakan tugasnya! Bagaimana jika besok ia di marahi Pak Jaemin karena tidak mengerjakan perkaliannya?
"Main bentar ya sayang? Nanti aku bantuin ngerjain. Aku kangen tauu."
"Ahh~ nghh ga mauu, mau ngerjain dulu ahh!"
Haechan kewalahan, kocokkan di penisnya membuatnya menungging tanpa sadar mempermudah tangan Jeno bergerak sementara tangannya yang lain mengusap hingga mencubit pucuk dadanya.
"Bentar, aku janji bentarr, ya?"
Mengangguk, Haechan pasrah begitu kini celananya di tarik untuk di lepas. Tubuhnya dengan mudahnya di balik dan di lepas kaosnya padahal, Haechan masih terengah susah bernapas karena kocokan tadi.
Haechan menatap Jeno di atasnya, suaminya masih memakai jubah handuk dengan tatapan tajam juga gelap. Tampak sangat tidak sabar dan liar.
"Astaga, kamu cantik sekali." Kedua dadanya di raba oleh kedua tangan dominannya membuat Haechan menahan napasnya merasakan rangsangan.
Lagi pula, bagaimana tidak cantik? Rambut coklatnya itu tampak sangat halus dengan wajah yang bersemu merah, kedua mata itu sayu habis menangis dan bibirnya sedikit bengkak. Siapa yang tidak terpesona dengan istri mungilnya ini?
"Hahh~ kakakk..."
Rengekan itu terdengar saat Jeno yang tanpa sadar meremas belah pantatnya dengan kuat. Terasa sangat halus dan kenyal. "Kamu basahin dulu ya sayang? Mau?"
"Ba-basahin gimana?" Tanya Haechan tidak mengerti, biasanya jika dengan Mark, kakaknya itu yang akan melakukan semuanya jadj ia hanya diam seperti boneka. Lalu sekarang di suruh untuk membasahi? Bagaimana caranya?
"Ini, kamu kulum ya."
Di perlihatkannya penis Jeno yang sudah setengah berdiri membuat Haechan semakin bersemu, ia melemparkan arah pandangnya ke arah lain disusul kekehan pelan oleh Jeno.
"Sayang, liat sini, di masukin mulut kamu sayang." Jeno mengambil tangan Haechan agar berdiri dan mengarahkan tangan mungil itu pada penisnya menuntun untuk mengocoknya.
"Ahhh, iya gitu sayang, pake tangan kamu dulu, ngh, habis gitu masukin ke mulut kamu."
Haechan bingung, merasakan bagaimana besar, keras dan hangatnya penis Jeno membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
Apakah penis besar ini yang memasukinya waktu malam pertama kemarin? Apakah akan semenyakitkan kemarin? Apa muat?
"Muka kamu.. dah ga sabar ya, hm?"
Dagunya yang di raih oleh Jeno untuk saling bertatapan membuat Haechan semakin malu. "A-apaan kakak.." Elak Haechan masih dengan mengocok penis Jeno.
Jeno terkekeh walau wajah istrinya tadi benar-benar menggoda saat melamun menatap penisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendición
FanfictionHaechan yang terbiasa harus menuruti segala perintah kakaknya, bertemu dengan jodohnya yang mau menuruti segala keinginannya... "Ini semua aneh." Haechan harem, 21++ (BXB, Incest, Seks, Naked, Kekerasan, Kata Kasar.)