Sore itu senja muncul dan menerobos lewat kaca jendela yang tak di tutupi gorden, Alfa menatap senja yang indah itu, ia ingat sekali punya kepada Kiara untuk membawa gadis itu melihat senja bersama di pantai. Ia tersenyum sedikit, pada akhirnya dirinya mengakui kalau ia ini sangat labil, ia tak bisa memilih salah satu dari mereka berdua, Alfa bahkan merasa kalau ia mencintai mereka berdua.
Memilih salah satunya bukanlah hal yang mudah untuk Alfa, kalau bisa mengeluh rasanya Alfa ingin mengeluh. Mengeluh karena kenapa dalam hidup ini harus memilih salah satu? Kenapa tidak bisa dua-duanya? Kenapa harus ada pilihan?
"Liam?"
"Hm? Eh? Kenapa? Kenapa kak? Kakak kenapa? Mau apa?"
Kanaya tersenyum lalu menyuruh Alfa untuk kembali duduk sambil menatap senja yang indah itu, cahayanya menyinari mereka berdua. Momen seperti inilah yang Kiara inginkan tapi tak bisa, ia tidak bisa mengajak Kiara untuk melihat senja bersama karena dirinya telah mematahkan hati gadis itu.
"Kamu kenapa? Lagi mikirin apa?" Tangan Kanaya dengan lembut mengelus rambut Alfa, ia sudah memperhatikan Alfa dari sebulan yang lalu dan perubahan ekspresinya sangat terlihat jika ia sedang sendirian.
"Gak papa kok, emang aku kenapa? Aku gak papa kak."
"Kamu masih gak pinter ngebohong ya."
"Aku gak bohong."
"Jangan pernah coba bohong ke aku Liam, aku jelas tau kamu lagi bohong atau enggak. Keliatan jelas. Ayo cerita."
"Kak?"
"Iya?"
"Aku punya pacar, maksudnya aku.. ak-"
"I know Liam, you have girlfriend."
"Iya maksud ak-"
"Kiara kan namanya? Dia mirip aku kan?"
"Kakak tau dari mana?"
Kanaya tersenyum manis saat itu juga, ia menatap Alfa seperti orang yang tertangkap basah berselingkuh."Joanna yang ngasih tau aku, bahkan jauh sebelum itu aku pun udah tau semuanya Liam."
"Maaf."
"For what?"
"Everything."
"Liam kamu gak salah apapun, rasa kamu ke dia pun gak salah. Udah lama aku menghilang dan itu wajar kalau perasaan kamu berubah, aku pun udah siap karena tau konsekuensinya, aku milih untuk gak kembali karena aku gak mau bikin kalian semua bersedih ataupun malu, terlebih lagi kamu Liam. Aku gak mau kamu kecewa karena aku datang dengan keadaan yang enggak pantas, jadi aku milih untuk tinggal disini bersama keluarganya Joanna yang mau menerima aku."
"Joanna perlahan bantu aku bangkit dan berdamai dengan trauma aku, tapi tetep aja trauma itu bisa tiba-tiba datang dengan sendirinya sama seperti kamu pertama kali muncul dari gerbang sana dan aku langsung teriak histeris kan? Iya, aku juga gak pernah keluar karena ternyata aku belom berdamai dengan trauma aku sendiri. Terus Joanna kasih tau kalau perasaan manusia itu bisa berubah-ubah seiring berjalannya waktu, kita yang milih untuk menghilang gak bisa terus berharap kalau perasaan orang yang kita cintai bakalan tetep sama. Ada yang namanya fase 'move on' dan mereka akan melakukan itu, kalau enggak ya itu gak baik. Aku seneng banget pas tau kamu dah menemukan orang lain, aku sempet takut kalau kamu suka sama dia hanya sebatas dia mirip sama aku."
"Tapi Joanna bilang kalau aku gak perlu khawatir karena dia yakin 100% kamu suka sama Kiara bukan karena dia mirip sama aku, tapi karena kamu nyaman sama dia. Jadi apa yang bikin kamu murung? Ada masalah sama dia? Harus di selesaikan baik-baik ya?"
"Udah selesai kak."
"Kapan?"
"Sebulan yang lalu? Kayaknya."
"Karena apa?"
"Aku gak jujur sama dia kalau selama ini aku selalu nyamperin kakak, aku bilang kalau aku ada urusan dan disaat dia ngasih aku kesempatan untuk jelasin. Aku gak bisa kak, aku gak bisa jelasin jadi dia ngasih aku pilihan. Dia bilang 'pilih aku atau Kanaya?' aku diem, aku gak bisa milih dan dia ngiranya aku gak bisa milih dia karena sampai kapanpun aku bakalan tetep milih kakak." Mata Alfa terlihat memerah dan sudah berkaca-kaca, air matanya lolos dan Kanaya menghapus air mata itu.
"And then?"
"Dia bener, aku emang gak pernah bisa milih dia karena pilihan aku udah pasti jatuh ke kakak." Alfa menatap Kanaya, matanya tak bisa bohong kalau sebenarnya Alfa ingin memilih Kiara tapi karena suatu hal ia tetap memilih Kanaya.
"You have promise with me, right?"
Alfa terdiam lalu ia mengangguk, ia punya janji dimana akan selalu menunggu Kanaya dan rasa cintanya tak akan pernah berubah, tak akan pernah meninggalkan Kanaya sampai kapanpun bahkan disaat kemungkinan Kanaya tak pernah kembali pun janjinya tidak akan pernah ia ingkari.
"Tarik semua janji kamu, hati kamu ini bukan untuk aku lagi Liam, lagian itu udah lama banget dan sekarang hati kamu milik Kiara. It's ok, aku seneng malahan tapi kalau kamu begini, itu buat aku sedih. Sedih karena ngeliat kamu berusaha disini tapi hati kamu sebenarnya gak disini, jangan paksain ya, aku udah gak papa. Kamu udah bantu aku dan itu berhasil, makasih udah bikin aku berdamai dengan traumaku, sekarang aku mau bantu kamu untuk balik sama dia."
"Ak-"
"Aku gak nerima penolakan wahai bocil."
"Kak ki-"
"Putus, itu kan? Aku udah bilang putus jadi kamu ini bukan punya siapapun, sekarang ayo kejar Kiara lagi."
"Kakak serius?"
"Duarius malahan, sana kejar dia."
"Tapi aku gak tau dia dimana, sekolah pun gak masuk."
"Dia butuh waktu untuk sendiri ternyata, ya coba samperin ke rumahnya."
"Takut."
"Ya udah sama aku."
"Kak?"
"Aku juga mau menghirup udara di luar sana dan balik, kasian Ayunda sendirian hhh.. udah lama banget aku gak pulang."
"Kakak beneran?"
"Iya Liam."
"Tap-"
"Kamu bakalan selalu jadi bocil aku yang nyebelin dan gemesin, cinta gak semuanya bisa di artikan kalau itu cinta ke pasangan, bisa aja ke keluarga dan teman. Aku cinta sama kamu sekarang sebagai teman dan adik kecil, aku masih sama seperti dulu."
Alfa langsung memeluk Kanaya dengan sangat erat, ia menangis dan Kanaya menepuk-nepuk pelan punggung Alfa. Kanaya bersikap sedewasa mungkin karena ia berfikir inilah saatnya melihat mantan kekasihnya bahagia dengan orang yang lebih pantas, dia tidak mungkin menghalangi kebahagiaan Alfa, tidak boleh, bocilnya harus bahagia.
To be continued.....
Maunya sad or happy end?
KAMU SEDANG MEMBACA
WE!!! [END]
Fanfiction[ EPEP LOKAL! ] { WINRINA } tentang si anak baru yang demennya bikin ulah setiap harinya tapi bisa bikin kutub Utara mencair? kok bisa?! [GENDER BENDER] [NON BAKU]