10

2.6K 390 29
                                    

[ m o t i o n s ]

Enjoy your day! Lana membaca tulisan di paper cup dari toko kopi favoritnya. Menyumpal telinganya dengan airpods kemudian lanjut berjalan menikmati udara segar di sekitaran area apartement nya. Matahari membuat suhu dingin di sekitar Lana menjadi hangat. Sore nanti, ia ada jadwal membuka kelas baking, Lana menikmati sekali hidupnya sekarang.

Membuka kelas baking setiap Selasa, Rabu, dan Jumat. Sisanya Lana bisa sesuka hati membuka Pre Order artisan cake dan pastry lewat sosial media tanpa harus berada di bawah tekanan head chef. Kebetulan waktu itu Lana bekerja menjadi chef di restoran fine dining milik keluarga Julian.

Dulu Lana hanya sebatas tahu siapa Julian, tidak mengenalnya. Tapi karena Biru, mereka jadi kenal.

Biru...

Mungkin dia sekarang belum keluar dari rumah sakit ya? Karena anak itu biasanya tiba - tiba muncul tanpa diundang.

Lana tidak merasa risih sama sekali. Malah kadang senang karena Biru selalu lahap memakan masakan buatannya. Lana heran sekali karena anak dari pemilik bisnis restoran, lounge, dan supermarket seperti Julian bisa sengsara seperti itu. Apalagi ketika Lana tahu kalau Biru tidak pernah diberi makan oleh susternya. Lana tidak mengerti tentang kesehatan tapi ketika melihat wajah Dylan dan Jasmine waktu tahu gula darah Biru. Mereka tercengang sekali. Karena mereka dokter, Lana menganggap itu buruk.

Jadi ya.. begitulah. Lana sekarang mengerti kenapa Biru sering datang kerumahnya. Memakan coklat - coklat atau pastry potongan yang Lana olah dengan caramel agar tidak terbuang, kemudian memakannya sambil menonton adventure time.

Mungkin di rumahnya, Biru tidak merasakan itu.

Lana berharap, Julian kali ini lebih memperhatikan anak itu.

[ m o t i o n s ]

"Two days, before your birthday! Be happy, and cheer up Biru!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Two days, before your birthday! Be happy, and cheer up Biru!"

Julian mencium puncak kepala Biru. Mengacak rambut anak itu dan memeluknya.
Biru tersenyum kecil.

"Hows your day?" Julian berjongkok di depan kursi sofa tempat Biru menyandar. Biru hanya diam saja, menatap ke arah jendela luar yang langsung mengadap halaman belakang. Menurutnya Biru tidak terlihat lebih baik sejak keluar dari rumah sakit. Kedua tangan Biru terasa dingin sekali di tangan Julian. Julian berpikir mungkin ia harus mencari suster baru untuk anaknya. Yang mengerti cara memberi obat, mengerti bahasa isyarat, dan tentunya... sabar.

Keterangan dari Matthew, keponakannya. Cukup menjadi alasan bagi Julian untuk mendepak suster bajingan itu dari rumah. Julian sebenarnya ingin mengecek CCTV agar si brengsek itu dipenjara tapi sialnya. CCTV rumah Ibunya mati semua.

"Soon, Papa cari suster yang lebih baik untuk Biru. Ya?"

Julian memperhatikan lengan Biru yang masih dipenuhi memar - memar karena waktu mau diinfus, pembuluh darahnya sulit ditemukan. Beberapa kali mereka mencoba menusuk kulit biru disana - sini.

I. MOTIONS [COMPLETED.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang