23

8.4K 1.4K 92
                                    

[ m o t i o n s ]

To: Als
From: J & B.

Alana melepas ikatan apronnya cepat, ketika mendengar adiknya memanggil dari area depan toko. Petugas pengantar paket itu meminta tanda tangan Alana sebagai tanda terima barang. Alana hanya menghela nafasnya. Melihat mobil box sedang mundur ke area tokonya.

"Oven nya mau disimpan dimana ya Bu?"

Alana mengerutkan keningnya, berfikir. Julian memberikan Oven dan beberapa bahan kue yang Alana beli kemarin. Dia sedikit kagum karena Julian bisa menyadari apa yang Lana butuhkan dalam waktu singkat.

Dia tidak berusaha menolak karena percuma. Julian itu keras kepala. Akhirnya ia memutuskan untuk berterimakasih saja.

Alana mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Julian. Di nada panggilan ketiga, Alana sudah disambut suara Julian.

"Iya.. sama - sama" Julian tertawa di seberang sana. Ada suara tawa kecil juga yang Lana kenal.

"Itu nggak gratis." Kata Julian.

Lana memutar bola matanya malas.

"Masak yang enak buat syukuran rumah baru kita ya."

Alana membulatkan matanya. "Udah nemu?"

Julian memindahkan panggilan itu menjadi Video Call. Lana bisa melihat Biru disamping Julian.

"Udah.. tadi abis dari sana. Itu rumah lama kita kok. Plafond di depan nya aja perlu dibenerin. Kayaknya seminggu lagi kita pindah ke sana. Udaranya juga bagus. Gak banyak polusi kaya Jakarta."

"Yaudah oke, gimana kalau nyetir aja dulu? Nanti hubungin aku kalau udah gak nyetir. Oke?" Lana menjawab dengan nada khawatir. "Blue, hello." Lana menyapa anak itu dan dibalas dengan lambaian tangan.

"Iya. Abis ini kita jalan kesana ya. Kamu tunggu aja kita jemput. Kita dinner bareng."
Lana mengangguk.

[ m o t i o n s ]

Bisa dibilang, ini pertama kalinya Julian mengajak Biru makan di tempat umum lagi setelah sekian lama. Tempat hot pot itu cukup ramai. Tapi tidak ramai sampai mengganggu privasi. Julian sengaja mengajak Biru makan disana. Pelan - pelan membiasakan anak itu makan di tempat umum. Biru tidak mungkin selamanya takut dengan makanan.

Kemarin dokter dan ahli gizinya sudah bilang kalau Biru tidak bisa dibiarkan mengonsumsi makanan sesukanya. Gizinya harus seimbang.

Lana menuangkan kuah sup ke dalam mangkuk Biru. Meniupnya pelan. Biru memegang sendok hati - hati dibantu Lana. Julian memperhatikan mereka berdua.

Blue terkesiap ketika sendoknya terjatuh.

"Maaf! Maaf!" Katanya buru - buru.

"No.. its okay. Ambil lagi sendoknya Bi.." Lana meyakinkan. "Gak ada yang liatin kamu, lihat semua sibuk sama makanannya sendiri. Ya kan? Nikmatin makanan. Biru juga harus kayak gitu. Ya?"

Biru terbiasa dicekoki makanan dan kalau makan sendiri ia akan dibentak bentak untuk cepat. Kalau tidak, dia akan membiarkan sendok logam masuk dengan paksa ke mulutnya. Rupanya itu membuat makan menjadi kegiatan yang beban untuk anak itu. Makannya ia lebih betah bersama Lana karena pertama, ia bisa berbohong kalau ia sudah makan di rumah. Kedua, dia bisa makan sesukanya tanpa tekanan.

I. MOTIONS [COMPLETED.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang