27

6K 1K 56
                                    


[ m o t i o n s ]

Alana memasangkan airpods ke telinga Biru dengan suara yang paling rendah. Kemudian merapatkan scarf nya. Hari yang melelahkan. Bakery , rumah sakit, bakery, rumah sakit. Dan pikirannya selalu tersita pada Biru. Sekarang, sudah hari ke lima dan Biru masih belum sadar. Tapi pembengkakan di otaknya mulai mereda. Mereka menjalani serangkaian tes untuk Biru, memperkirakan bagaimana kondisi Biru ketika sadar nanti.

Di hari ke tujuh nanti, mereka akan mengembalikan tempurung kepala Biru ke tempatnya dan mulai mengurangi anestesi untuk Biru. Alana diberi tahu Julian, kalau nanti mereka akan merangsang Biru untuk sadar, mulai dari memberikan terapi oksigen, memasukkan obat melalui infus dan bahkan suntikan. Mendengarnya saja Lana ngeri.

Lana meraih hand cream beraroma bunga peony dari tas nya, kemudian mengoleskannya sedikit ke tangan Biru. Dengan gerakan pelan, dia membalurkannya ke tangan Biru yang cukup kering karena selalu berada di ruangan intensif dengan AC yang sangat dingin.

Selanjutnya, dia mengambil lip balm dan mengoleskannya ke sekitar bibir Biru yang sedikit terbuka karena dimasukkan selang yang terhubung ke ventilator.

Di hari kedua, Biru sudah terkena pneumonia. Atau infeksi paru - paru. Hal yang biasa menurut Julian, Jasmine, dan Dylan. Karena pernah menghadapi yang lebih parah dan sudah biasa berhadapan dengan pasien ICU. Tapi buat Lana, harus menyaksikan dada Biru di sayat untuk dimasukkan selang dan dikeluarkan cairannya bukan pengalaman yang menyenangkan. Meskipun esoknya keadaan Biru langsung stabil dan menunjukan perkembangan. Cairan di otaknya tidak bertambah, dan ukuran otak Biru semakin normal setiap harinya.

Tapi anehnya, Biru belum menunjukan tanda - tanda akan sadar. Mereka sudah mencoba mengalirkan listrik ke kaki dan tangan Biru, melakukan tes - tes motorik ringan. Tapi tidak ada respon sama sekali.

"Good afternoon," Julian muncul, mencium pipi Lana cepat dan mengelusnya pelan.

"Dont stress yourself too much. Okay?,"

Di hari ketiga kemarin, Lana sempat jatuh sakit karena terlalu banyak pikiran. Tepat setelah melihat Blue drop, Lana drop juga. Membuat Julian melarang Lana menengok Biru. Karena jika diizinkan, Lana akan seperti ini.

"Kenapa gak bangun - bangun ya?,"

Julian terkekeh mencubit hidung Lana. "Di whatsapp, ketemu langsung, pertanyaan nya tetep sama.

"Aku kangen Biru." Lana merengek.

Membuat Julian mengacak rambut Lana pelan dan mencium kening Lana.

"Kamu ga pernah bilang gitu ke aku."

"Kan kamu ga pernah tidur lama - lama kaya Biru. Kalau aku ga bales whatsapp 3 jam aja, Kamu udah ada di depan bakery."

Julian terkekeh dengan suara cukup keras. Membuat Lana mencubit perutnya. Berisik.

"Kamu kok tenang - tenang aja sih?,"

Julian tersenyum kecil. "Kalau aku panik juga, kamu apa ga makin stress?,"

Julian juga khawatir karena sejak Biru sakit, anemia Lana juga semakin menjadi - jadi. Sampai harus bedresr dan transfusi, adik Alana juga menjelaskan kalau terakhir Alana seperti ini dua tahun lalu karena pandemi.

I. MOTIONS [COMPLETED.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang