[ m o t i o n s ]
Julian membiarkan pintu di belakangnya terbuka, ia merangkul tubuh ramping Alana, menciumi pundak Alana yang sudah terekspos sepenuhnya, meninggalkan beberapa kiss mark disana. Ia menyeringai ketika melihat Alana tenggelam di lehernya, kedua tangannya sibuk meraba - raba punggung Julian.
Julian menggendong tubuh Alana sampai mereka terduduk di sofa berukuran besar, kemudian mendengar helaan nafas Alana.
Perempuan itu terlihat cantik sekali.
Ia mengelus pipi Alana dengan jemarinya, kemudian turun sampai ke dada Alana.
Ia membuka bajunya cepat sebelum mendengar suara pintu dibanting dengan kencang.
Mereka berdua yang awalnya tidak fokus menjadi sadar sepenuhnya.
"Itu suara apa?"
Julian menciup bibir Alana cepat sebelum mengancingkan bajunya lagi.
"Hari ini, yang bersih - bersih dan masak lagi libur. Kenapa bisa ada orang ya?," Julian berdehem kemudian merapikan rambutnya yang berantakan. Bersiap keluar. Tapi Alana meraih tangannya.
"Julian, jangan.."
"Ini rumah kamu sendiri, tapi who knows? Itu bisa jadi orang jahat."
Julian mendengarkan Alana. Kemudian mengangkat ponselnya, berusaha menghubungi penjaga rumah yang memang hanya berjaga di depan dan setengah hari.
Tidak ada jawaban.
"Um.. kayaknya kita lebih baik pergi dari sini."
[ m o t i o n s ]
Suara sirine berbunyi nyaring, Alana masih shock karena ini pertama kalinya dia melihat dengan mata kepala sendiri proses kematian seseorang. Julian ada di samping Alana, menenangkan dan beberapa kali Kirana juga memanggil - manggil namanya.
Seluruh tubuh Alana gemetaran. Tangan hangat Julian bahkan tidak bisa menghentikan gemetarannya.
"Gimana kalau kita bawa ke rumah sakit?"
Alana hanya bisa mendengar sayup - sayup suara orang disekitarnya. Sisanya, ia masih terbayang - bayang wajah penjaga rumah yang meregang nyawa di depan mata dan kepalanya sendiri. Kedua matanya terbuka, mulut dan hidungnya mengeluarkan darah dengan leher terpuntir. Di sisa sisa nafasnya, Alana melihat dia menunjuk ke arah gudang belakang.
Seluruh bulu kuduk Alana berdiri.
"Julian, kamu inget hari terakhir kita disini sama Blue?,"
Julian langsung melembutkan pandangannya, menatap Alana dan mengelus pipi pucat Alana.
"Aku inget, kenapa?," Julian meremas pelan tangan Alana.
"Kamu simpen dimana tas nya Blue?,"
Di momen Alana menemukan penjaga rumah tadi, genangan darah yang mengucur mengingatkan dia pada keadaan tas yang mereka temukan dua minggu lalu sebelum Blue jatuh dari tangga. "Tas?,"
Alana menangis, "Iya, tas nya Blue. Tas yang dia pake waktu kecelakaan,"
Alana teringat semua perkataan Blue sebelum koma. Ia meminta Alana untuk menemukan diary mendiang Ibunya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I. MOTIONS [COMPLETED.]
Romancein which alana fallin in love with how julian take care of blue.