29

7.5K 972 150
                                    


[ m o t i o n s ]

Alana terbangun.

Mendapati dirinya tertidur nyaman di kasur dan ruangan berwarna coklat dan cream muda. Ada rasa ngilu di tangan kirinya. Membuat dia melirik ke arah dimana rasa ngilu itu berasal.

Kemudian ia menyadari. Kalau itu berasal dari jarum besar yang mengalirkan darah ke tangannya.

Alana menghela nafas.

Adiknya ada disana, kemudian melotot ketika melihat Alana berusaha duduk.

"Kak! Baringan dulu, aku panggilin dokter!,"

Alana kembali terjatuh ke bantal rumah sakit yang berbau kain linen dengan cucian antiseptik. Julian. Biru. Rumah sialan itu. Dan bayangan dirinya menangis - nangis meminta buku diary nya ditemukan. Mimpi buruknya soal ia yang berada di tengah kebakaran besar yang begitu panas, kulitnya terasa meleleh. Semuanya terasa begitu nyata. Rasanya melelahkan sekali.

"Ini.. udah hari ke berapa?"

Suara serak Alana memecah hening. "Hari ke tiga kak." Adik Alana mendekat.

"Jangan kayak gitu lagi kak, aku mohon. Aku takut. Cuma kakak yang aku punya."

Alana terheran. Seburuk itu kah kondisinya? Adiknya sampai memeluk dirinya dan terisak. Alana menenangkan adiknya.

Seorang dokter datang, diikuti Jasmine yang wajahnya sembap.

Sepertinya memang kondisinya cukup parah ya kali ini.

"Ah.. keliatanya udah lebih baik hari ini."

"Saya izin check bentar ya. Ada keluhan sakit?"

Alana menggeleng. Selain merasa pusing dan bingung tidak ada hal lain yang ia rasakan. Ia agak sedikit merasa cemas, tapi Alana memang punya anxiety dan mungkin obatnya tidak diberikan beberapa hari ini. Selebihnya Alana merasa ok.

Dokter itu mendekat, kemudian memeriksa Alana.

"Pusing?"

Alana mengangguk.

"Trombosit dan tekanan darahnya sudah mulai normal ya. Mungkin saya sarankan seminggu kedepan untuk bed rest."

Pemeriksaan nya berlangsung cepat. Alana hanya diam ketika melihat Jasmine mendekat dan memijat lengannya pelan. Alana terkejut karena baru sadar kalau lengannya benar - benar memar memar.

"Thankyou Jas.."

Jasmine tersenyum mengerti.

Alana ingin bertanya lebih jauh. Tapi sepertinya, obat tidur yang dimasukkan mulai bekerja.

Sebelum terlelap. Alana melihat bayangan laki - laki mendekat.

"Julian..." lirihnya sebelum kembali tertidur.

[ m o t i o n s ]

Julian melirik jam tangannya, kemudian memastikan Alana tertidur nyaman meskipun harus menerima transfusi dan berbagai suntik di seluruh badannya. Ia meringis melihat kulit putih Alana dihiasi memar memar. Belum lagi bibir pink alaminya sekarang juga terlihat pucat. Alana seringkali terbangun dan kesakitan.

I. MOTIONS [COMPLETED.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang