14

2.2K 395 37
                                    

[ m o t i o n s ]

"Biru! Buka pintunya Bi!"

"Bi, biar Papa liat ya kondisi Biru. Oke? Buka pintunya"

"Nggak Perlu Pa.. Biru cuma kaget tadi."

Julian memijat kepalanya pelan, merasa frustasi. Sudah hampir pukul 12 siang tapi Biru belum berhasil dibujuk keluar. Julian hanya bisa mendengar suara Biru yang menyuruh dirinya pergi berkali - kali. Suaranya terdengar baik - baik saja tapi tetap saja ia harus melihat kondisi fisik Biru sebelum meninggalkannya.

Justru karena Biru menolak dilihat, Julian tahu betul ada yang salah.

"Bi, Biarin Papa masuk. Papa nggak akan pergi sebelum Biru buka pintunya"

Dalam satu gerakan Julian mendobrak pintu secara paksa. Ia bisa merasakan rasa panas dan sakit luar biasa di bahunya tapi ternyata ada yang lebih sakit dari itu, melihat tubuh kurus Biru yang tertundum di pojok kamar mandi.

Kaus abunya sedikit basah. Celana tidur kotak - kotak berwarna biru yang ia pakai juga terlihat basah kuyup.

Biru menenggelamkan wajah dikedua lututnya. Bahunya bergetar. Kedua tangan kurusnya dipakai untuk memeluk lutut.

Julian mengambil langkah besar menghampiri Biru di pojok. Ia menelusuri tubuh Biru cepat. Memeriksa tubuh anaknya dari luka.

"Bi! liat Papa!"

Biru menggeleng, terisak.

"Liat Papa!"

"Nggak..."

"Bi please, ayo"

Julian mengangkat wajah Biru pelan.

"Astaga!"

Tanpa ada maksud menyakiti perasaan Biru. Julian mengeluarkan kata - kata itu begitu saja ketika melihat wajah anaknya. Membuat Biru kembali menenggelamkan wajah diantara kedua lututnya.

"Biru udah bilang! Gausah masuk!" ujar Biru sangat marah.

"Papa pasti benci liat Biru! Sekalian panggil Oma juga biar liat Biru makin cacat!"

Biru menepis tangan Julian kasar.

"Nggak Bi.. Bukan gitu maksud Papa.."

Julian mengangkat wajah Biru pelan. Memperhatikan wajah sebelah kiri Biru yang terlihat kaku.

Mata kirinya bahkan tidak ikut berkedip ketika yang kanan berkedip. Julian memperkirakan ini sudah terjadi sejak Biru tidur karena mata kiri Biru memerah dan terlihat kering.

"Takut..."

Lirih Biru sangat pelan. Dibalik kemarahannya. Julian juga bisa merasakan ketakutan luar biasa yang Biru rasakan.

Karena Julian juga takut.

Bahkan bibir sebelah kiri Biru tidak bergerak ketika Biru bicara.

"Tenang dulu ya.."

"Mbak! tolong bawain anduk yang banyak!" Julian merasa nyawanya melayang. Pikirannya kosong. Ia bingung harus melakukan apa selain menghangatkan tubuh Biru yang terasa dingin dipelukannya.

I. MOTIONS [COMPLETED.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang