15.

354 37 3
                                    

Malam pun tiba, Keluarga Namjoon sedang diundang makan malam dengan Presiden dan juga ketua kedutaan besar Korea Selatan.

Acara makan malam mereka sangat private, penjagaan ketat agar media tak merusuhi. Presiden memilih restoran yang terletak di pinggir kota yang jarang dikunjungi semua orang. Biasanya restoran itu akan di booking oleh para petinggi perusahaan maupun negara.

Keluarga Namjoon pun turun di depan perusahaan, langsung disambut ajudan presiden. Namjoon melihat sekeliling restoran yang sangat sepi, dia tersenyum karena ketenangan yang ia butuhkan karena dari pagi sampai sore ia sering diburu media untuk dimintai penjelasan.

"Junhui!"

"Jina?!"

Kedua perempuan berumur itu saling menatap. Namjoon terkejut melihat Seokjin ada disana dengan wajah datarnya.

"Ah, akhirnya aku bertemu denganmu, Junhui." Ucap Jina dengan lega.

"Eoh, ada apa ya Jina?"

"Junhui Kim apa kamu lupa ya kalau kita ini—"

"Em, jeosonghabnida Presiden sudah menunggu Anda, Namjoon-ssi." Tegur ajudan presiden.

"Oh n-ne, Eomma Abeoji. Namjoon akan masuk dulu. Em, Mommy dan Appa Saya masuk dulu karena presiden telah menunggu saya." Namjoon membungkukkan badannya lantas pergi mengikuti ajudan.

'Duk'

"Awh!" Seokjin kesakitan karena kakinya ditendang Mommy.

"Sana ikutin Namjoon, dasar suami gak berbakti." Bisik Mommy.

"Hmm." Seokjin menatap malas Mommy nya dengan diam-diam Seokjin menyusul Namjoon masuk kedalam restoran.

Mommy pun mengalihkan perhatian Eomma Namjoon agar tak melihat Seokjin menyusul Namjoon kedalam.

"Lebih baik kita bicara di tempat lain, Junhui."

"Aish, Jina disini tempatnya aman. Dan lebih aman lagi kita makan malam didalam saja."

"Eoh, dengan presiden kah?!"

"Hmm, kalau boleh."

"Boleh-boleh pastinya. Aku belum pernah melihat secara dekat presiden Korea Selatan kita ini."

"Ya sudah kita masuk saja, eh mana Seokjin?"

"Em, tadi dia ingin ke toilet. Nanti agar kuberi tau lewat pesan saja. Kajja kita masuk." Jina menggandeng Junhui agar segera masuk.

|He is Perfect|

Seokjin berjalan dengan cepat menghampiri Namjoon yang sedang menaiki tangga. "Namjoon-ah?"

"Eh?" Namjoon menoleh ke sumber suara itu.

"Jakkamanyo."

"Waeyo?" Tanya Namjoon yang terdengar sinis.

"Aniya,"

"Lalu kenapa menyusul? Aku ada urusan penting dengan presiden." Ucap Namjoon dengan angkuh, Dia merasa masih sakit hati atas perlakuan Seokjin saat di pesawat saat itu.

'Namjoon terlihat berbeda dari 3 hari yang lalu. Apakah dia belum bisa memaafkan aku? Tapi kata dia sudah memaafkan.' Batin Seokjin bergejolak tanpa disadarinya Seokjin menatap Namjoon seolah-olah ada peluru yang menembus kepala Namjoon.

"Ya! Tatapan mu itu apa-apaan?! Dasar Namja!"

"Ta-tapi kamu juga Namja."

"Tck, terserah ku. Sana kamu pergi, jangan mengikuti kegiatan ku yang penting." Namjoon pun melangkah ke atas dengan cepat.

He is Perfect | END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang