26.

337 30 1
                                    

Namjoon, Seokjin, beserta orang tua Namjoon sedang duduk di meja makan. Eomma menyajikan masakannya kepada anak tunggalnya ini, Namjoon menatap senang sup kimchi nabe tersebut.

"Bagaimana sayang kamu senang?" Tanya Seokjin sembari mengelus surai kecoklatan milik tunangannya.

"Hump!" Namjoon tersenyum senang lalu mengecup bibir tebal Seokjin tanpa memperdulikan tatapan orang tuanya sendiri.

"Ekhem." Abeoji berdehem sedangkan istrinya menatap tak percaya ulah anak kesayangannya.

"Abeoji sakit tenggorokan?" Tanya polos dari Namjoon. Muka seokjin sedikit memerah betapa polosnya tunangannya itu.

"Mari kita mulai acara makan kita, jal meokgeussseumnida."

Mereka makan dengan tenang tanpa ada yang bicara, hanya ada suara dentingan sendok dan mangkok hingga sup tersebut habis.

"Namjoon-ie kenapa manja hm?" Tanya lembut eomma.

"Hm, Namjoon sedang ingin eomma." Bibir Namjoon maju kedepan, merasa eomma tidak suka saja padahal hanya bertanya.

"Kenapa cemberut begitu nanti seperti bebek loh."

"Eomma~" rengek Namjoon.

"Aigoo~ manjanya anak eomma~ jadi rindu Namjoon yang dulu." Ujar eomma sembari membereskan dapur bersama menantunya. Namjoon hanya duduk di kursi meja makan bersama sang Abeoji yang sedang meminum kopinya.

"Seokjin-ah, selama ini apakah Namjoon merepotkan mu? Terlihat ia sangat manja begitu."

"Aniya, eommonim. Namjoon itu pintar sekali membagi waktu antara pekerjaan dan rumah, kalau untuk manja baru akhir-akhir ini eommonim. Saya tidak tahu kenapa tapi Saya suka kalau Namjoon manja begitu."

"Kenapa suka kalau Namjoon manja, itu merepotkan."

"Bagi saya itu tidak merepotkan. Karena melihat Namjoon yang manja itu sangat jarang bagi saya eommonim."

"Arra-arra, eomma paham maksudmu. Namjoon memang pekerja keras mirip sekali dengan Abeojinya, dia sangat gigih dan tujuannya harus tercapai. Melihat kerja kerasnya eomma bangga, dia bisa membawa negara kita ke lembaga Unicef dan juga lagu ciptaannya berhasil masuk peringkat tertinggi di tangga lagu internasional maupun Korea Selatan."

"Majjayo eommonim."

"Oh ya, Seokjin-ah ada hal yang ingin kutanyakan."

"Apa itu eommonim?"

"Selain menciummu apakah kalian pernah berbuat lebih? Kalau dilihat perilaku Namjoon sekarang itu seperti tanda-tanda awal kehamilan. Eomma takut jika itu terjadi bisa-bisa nama baik kalian tercoreng."

'Jder'

Bagaikan petir menyambar di siang hari, jantung Seokjin berdetak kencang. Seokjin terdiam sejenak memikirkan jawaban yang tepat untuk mertua nya.

"E-itu kami ha-hanya berciuman saja y-ya berciuman saja haha.." Seokjin tertawa sumbang.

"Ah, syukurlah kalau begitu."

Seokjin merasa tidak lega dengan jawaban mertuanya, karena di otaknya berpikir keras tentang 'tanda-tanda awal kehamilan'. Ige mwoya?!

Apalagi mengingat sang ibu itu instingnya lebih tajam dan bisa merasakan hal aneh yang terjadi pada anaknya. Seokjin takut sebenarnya tapi mau bagaimana lagi.

|He is Perfect|

Tidak terasa jika Minggu ini ada Minggu terakhir bagi pasangan tunangan yang masih dirahasiakan dari publik ini.

He is Perfect | END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang